TEMANGGUNG, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Rabu-Kamis (4-6/12) mendatang akan menggelar Tanwir. Acara ini dipusatkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) bersamaan dengan Milad ke-112 Muhammadiyah. Tema besar yang diusung "Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua." Direncanakan dibuka Presiden Prabowo Subianto.
Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah dijelaskan secara eksplisit, Tanwir merupakan permusyawaratan dalam Muhammadiyah di bawah Muktamar, diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat. Dan terdiri atas Anggota Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah, Wakil Wilayah, dan Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan, pemilihan lokasi Tanwir di Kupang merupakan apresiasi atas kiprah Muhammadiyah di kawasan timur. Seperti di NTT, Papua, dan kawasan terjauh lainnya, termasuk juga di kawasan terdepan dan tertinggal. Muhammadiyah begitu rupa dalam upaya memajukan dan mencerdaskan kehidupan.
"Itu Insyaallah (Muhammadiyah) menjadi satu-satunya organisasi yang punya eksistensi dan peran yang tinggi," ujarnya saat Peresmian Gedung Zam-Zam RS PKU Muhammadiyah Temanggung, Jawa Tengah dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah, Sabtu (23/11).
Sebagai pembuktiannya, di tempat penyelenggaraan Tanwir itu, terdapat perguruan tinggi yakni Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK). Universitas ini, sebut Haedar, mayoritas mahasiswanya merupakan masyarakat Kristen setempat.
"Sampai UMK disingkat Universitas Muhammadiyah Kristen. Karena memang seperti itu, yang menurut Pak Sekum (Abdul Mu'ti) disebut KrisMuha (Kristen Muhammadiyah). Artinya mereka Kristen-Katolik, tapi sekolah di Muhammadiyah, kuliah di Muhammadiyah, dan merasa menjadi bagian dari Muhammadiyah," bebernya.
Juga, di Desa Tliu, NTT. Di desa ini, awalnya belum ada sekolah, tapi Muhammadiyah hadir mendirikan sekolah. “Kita bangun di situ bersama UMK, akhirnya berhasil. Betul-betul dirasakan pendidikan di sana,” ungkapnya. Sampai ada tokoh Katolik, menghibahkan tanahnya untuk Muhammadiyah. “Itu hubungan antaragama yang susah dijelaskan dan kaya akan nilai,” katanya.
Selain itu, di Kawasan Papua, Muhammadiyah punya Universitas Muhammadiyah Jayapura, Universitas Muhammadiyah Sorong, Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Papua, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Maumere.
"Itulah Muhammadiyah. Kayaknya belum ada ya Ormas lain yang bergerak seperti itu," ungkapnya.
Haedar menceritakan pengalamannya saat berkunjung di Pulau Arar, Sorong, Papua Barat. Masyarakatnya beragam ada Islam dan Kristen. Di sini, tidak ada kendaraan. “Mereka biasa berjalan kaki,” katanya. Hanya ada SD Inpres (Instruksi Presiden) era Presiden Soeharto. Artinya, menunjukkan pendidikan di pulau ini belum merata.
Maka, Muhammadiyah dan Aisyiyah hadir menciptakan pemerataan pendidikan. Tujuannya agar masyarakat dapat memperoleh layanan pendidikan yang lebih baik.
"Aisyiyah mendirikan TK ABA, Muhammadiyah mendirikan SMP dan SMA. Jadi tertolong sekali. Mereka akhirnya bisa bersekolah dan merasakan betapa kehadiran Muhammadiyah. Itu yang disebut rahmatan lil 'alamin," jelasnya.
Semua ini merupakan cara Muhammadiyah hadir di tengah masyarakat tanpa membeda-bedakan. Pada saat bersamaan, Muhammadiyah ingin terus berkontribusi dalam menghadirkan kemakmuran untuk semua. “Muhammadiyah telah berkiprah untuk umat, bangsa, bahkan untuk kemanusiaan semesta dalam perbuatan nyata,” tandasnya. (Cris)