Badan Usaha Milik Warga Muhammadiyah (BUMWM)

Publish

10 November 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
37
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Badan Usaha Milik Warga Muhammadiyah (BUMWM)

Oleh: Suwatno

Dari Obrolan Telepon, Menjadi Gerakan Ekonomi Umat

Kadang ide besar tidak lahir di forum besar,
bukan dari seminar ekonomi syariah,
dan bukan pula dari ruang rapat PWM yang ber-AC dingin dan kopi panas.

Kadang, ide besar itu justru lahir dari obrolan telepon santai.
Begitulah awalnya. Saya ngobrol lewat telepon dengan Kyai Khafid Sirotudin --Ketua LP-UMKM PWM Jateng--
tokoh yang kalau bicara, nadanya selalu bersemangat dan tenang, tapi isinya bisa bikin kepala mikir tiga hari. 
“Mas Suwatno, kenapa ya, setiap ada bisnis di lingkungan Muhammadiyah, pasti muncul pertanyaan:
ini milik Persyarikatan, atau milik warga Persyarikatan?”, tanyanya.

Saya tertawa kecil.
Pertanyaan itu klasik — bahkan lebih klasik dari nasyid Hizbul Wathan.

Kadang pertanyaan itu muncul bukan karena iri, tapi karena bingung. Apalagi kalau logonya biru-putih atau hijau-putih, ada tulisan "Aisyiyah Mart" atau "Muamalat Corner".
Wah, langsung ramai:  “Itu punya siapa, ya?”

Daripada sibuk tanya “Milik Siapa”, yuk tanya “Manfaatnya Apa?”

Saya dan Kyai Khafid akhirnya sepakat,
daripada energi habis membahas “milik siapa”, lebih baik kita tanya, “Manfaatnya untuk siapa?”

Karena dalam logika dakwah, kepemilikan itu bukan soal nama di akta, tapi nilai di hati.
Kalau bisnis itu menyejahterakan jamaah, membuka lapangan kerja,
dan membantu dakwah Muhammadiyah makin kuat, bukankah itu sudah menjadi bagian dari amal jariyah Persyarikatan?

Kadang kita lupa —
bahwa di balik setiap toko kecil, warung nasi, jasa laundry, percetakan, atau jasa digital, ada potensi dakwah ekonomi yang luar biasa.

Kalau warga Muhammadiyah sejahtera, otomatis Persyarikatan ikut makmur. Dan kalau Persyarikatan makmur,
LAZISMU bisa lebih banyak menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah.

Itu artinya,
kesejahteraan warga adalah bahan bakar bagi gerak dakwah.
Sejahtera bukan untuk gaya, tapi untuk berdaya.

Ketika Kaya Bukan Lagi Tabu

Saya jadi ingat ucapan Presiden Prabowo Subianto yang cukup menggelitik, “Indonesia butuh lebih banyak orang kaya.”

Bukan orang kaya yang menumpuk harta di rekening bank,
tapi orang kaya yang berbagi rezeki dan membuka rezeki bagi yang lain. Orang kaya yang senang bersedekah, bukan pamer saldo. Orang kaya yang kalau untung, langsung ingat “berapa persen ZIS  buat Lazismu?”

Di sinilah nilai Muhammadiyah menjadi istimewa.
Kita tidak anti kekayaan, kita hanya anti keserakahan.
Kita ingin kaya yang barokah — kaya yang menenangkan, bukan menegangkan.

Maka muncullah ide besar:
Badan Usaha Milik Warga Muhammadiyah (BUMWM).

Dari Warga, Oleh Warga, Untuk Umat

Konsep BUMWM sederhana tapi kuat:
usaha yang didirikan dan dikelola oleh warga atau sekelompok warga Muhammadiyah,
dengan semangat kemandirian, profesionalitas, dan kebermanfaatan.

BUMWM bukan perusahaan yang sibuk rapat tanpa hasil, bukan juga proyek elit yang jauh dari jamaah. Ia adalah wadah ekonomi umat,
tempat warga kecil bisa ikut besar,
dan warga besar tidak lupa pada yang kecil.

Bayangkan, jika setiap Cabang dan Ranting Muhammadiyah memiliki BUMWM.
Di desa, ada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah milik Warga Muhammadiyah yang membantu modal petani tanpa riba.

Di kota, ada WarungMu, MartMu, toko kelontong ritel jamaah yang menjual produk lokal dengan harga terjangkau, adil dan jujur

Di sekolah, ada usaha kreatif guru, karyawan dan siswa Muhammadiyah yang belajar menjadi wirausahawan muda.

Di kampus, ada startup digital Muhammadiyah yang bikin aplikasi ZIS dan Wakaf online.

Dan di setiap Daerah, ada ojek online jamaah. Bukan untuk gaya, tapi untuk penghidupan.

Bayangkan, jika semua itu berjalan —
betapa kuatnya jaringan ekonomi Persyarikatan ini.

Kita tidak perlu menunggu investor asing. Karena investor sejati Muhammadiyah adalah jamaah itu sendiri.

Ngopi Sambil Dakwah Ekonomi

Kyai Khafid menutup percakapan sore itu dengan kalimat yang lucu tapi tajam:
“Mas Suwatno, kalau warga Muhammadiyah kaya, Persyarikatannya gak perlu minta-minta bantuan. Dakwah jalan sendiri, kok!”

Saya terdiam, lalu tertawa. Benar juga.
Kalau dakwah ingin kuat, maka perut juga harus kenyang. Karena bagaimana mau bicara tentang surga,
kalau dompet masih “dihantui tanggal tua”.

Maka, ekonomi umat bukan sekadar soal uang, tapi soal martabat dan kemandirian.
Dan di situlah ruh Islam yang sejati:
menegakkan kebaikan bukan hanya dengan kata, tapi dengan karya nyata.

Dari Jamaah untuk Negeri

Bayangkan, kalau setiap warga Muhammadiyah berkolaborasi, membangun bisnis kecil tapi berdampak besar, Indonesia akan penuh dengan titik-titik kemakmuran baru.

Dari toko kelontong hingga bisnis teknologi,
dari kebun sayur hingga startup digital,
semuanya bernafaskan nilai Islam Berkemajuan.

Itulah yang saya sebut “dakwah ekonomi”. Karena sejatinya, berdagang dengan niat menolong juga bagian dari ibadah.
Nabi Muhammad ﷺ pun pernah menjadi pedagang. Pedagang yang menebar rahmat.

Kaya Berjamaah, Makmur Bersama

Jadi, kalau nanti ada yang bertanya lagi,
“Ini bisnis milik Persyarikatan atau milik warga Muhammadiyah?”
Kita jawab saja dengan tersenyum: 
“Ini milik warga Muhammadiyah, tapi manfaatnya untuk semua masyarakat.
Karena yang kaya sendirian itu biasa,
tapi yang kaya berjamaah, itu baru Muhammadiyah!” 

“Ekonomi bukan sekadar angka dan laba tetapi menjadi ladang amal yang menumbuhkan keberkahan. Dari warga Muhammadiyah, untuk kesejahteraan umat dan kemakmuran negeri.”

Suwatno Ibnu Sudihardjo, inisiator Aspirasimu. Pegiat UMKM Muhammadiyah Jawa Tengah.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Bahrus Surur-Iyunk Penulis Buku Cendekiawan Melintas Batas, 70 Tahun Perjalanan Syafiq. A. Mug....

Suara Muhammadiyah

18 September 2024

Wawasan

Oleh: Nur Ngazizah, Ketua PDNA Purworejo periode 2012_2022, Ketua PDA Purworejo Periode 2022_20....

Suara Muhammadiyah

16 May 2025

Wawasan

International Women’s Day; Apa Kabar Paradigma Kesetaraan dan Keadilan Gender IMM? Savanna Se....

Suara Muhammadiyah

13 March 2024

Wawasan

Mendorong Praktik Baik Merdeka Belajar Oleh: Rizki P. Dewantoro Program Merdeka Belajar merupakan ....

Suara Muhammadiyah

17 March 2024

Wawasan

Harta dan Perempuan: Melampaui Bias Klasik Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Uni....

Suara Muhammadiyah

21 March 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah