BANDUNG, Suara Muhammadiyah - Dosen Program Studi Bioteknologi Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung, Dr. Noviani Arifina Istiqomah, S.Si. M.Si. menegaskan bahwa sains, khususnya bioteknologi, memiliki peran penting dalam menjawab krisis lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Pernyataan itu disampaikan saat dirinya menjadi pemateri dalam Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jawa Barat, pada Selasa, (25/11/2025).
Dalam paparannya, Noviani menyoroti pencemaran Sungai Citarum sebagai contoh nyata kerusakan lingkungan. Menurutnya, limbah industri dan rumah tangga, mulai dari plastik, minyak bekas, hingga sisa makanan yang tak terkelola, telah memperparah kondisi ekosistem sungai.
”Krisis lingkungan yang nyata di sekitar, seperti pencemaran Sungai Citarum, itu terjadi sebagai akibat dari limbah industri dan limbah rumah tangga. Termasuk plastik, minyak bekas, dan sisa makanan yang tidak terkelola dengan baik,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan perbedaan antara limbah yang mudah terurai dan yang sulit terurai, serta bagaimana kerusakan tersebut berdampak langsung pada kesehatan manusia. Ia menyoroti ancaman mikroplastik yang kini ditemukan dalam air minum, udara, garam laut hingga tubuh manusia, dan berpotensi memicu penyakit kronis.
Sebagai salah satu solusi, bioteknologi menawarkan pendekatan bioremediasi, yaitu pemanfaatan mikroorganisme untuk menguraikan limbah secara alami. Di lingkungan yang tercemar limbah dalam konsentrasi tinggi, mikroorganisme tertentu mampu bertahan hidup karena proses seleksi alam dan adaptasi. Kemampuan ini berkembang melalui mekanisme seperti mutasi dan transfer gen horizontal, yang memungkinkan mereka hidup di lingkungan ekstrem serta mengurai senyawa berbahaya secara bertahap.
”Pada tingkat rumah tangga dan komunitas, pengelolaan limbah organik dapat dilakukan melalui pemisahan sampah, penggunaan bakteri EM4, hingga maggotisasi menggunakan larva BSF (Black soldier fly). Metode sederhana ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menghasilkan produk bermanfaat seperti pupuk dan pakan ternak,” imbuhnya.
Untuk limbah plastik dan bahan kimia sintetis yang lebih kompleks, diperlukan teknologi lanjutan. Noviani menyebutkan beberapa opsi seperti isolasi mikroba spesifik pengurai plastik, penerapan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), penggunaan biofilter, hingga teknologi termokimia seperti pirolisis dan gasifikasi yang dapat mengubah limbah menjadi energi terbarukan, termasuk bioetanol dan biodiesel.
Dalam kesempatan itu, ia menegaskan bahwa bioteknologi merupakan ilmu multidisipliner yang aplikasinya luas, mulai dari pangan, kesehatan, lingkungan, hingga energi. Lebih lanjut, ia menambahkan, lulusan bioteknologi, memiliki peluang karier yang besar di berbagai sektor industri, penelitian, dan kewirausahaan berbasis mikroba.
Noviani juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas generasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan limbah. Gerakan komunitas seperti pengajian Aisyiyah dinilai mampu menjadi jembatan antara nilai keislaman, edukasi lingkungan, dan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Ia menutup materi dengan pesan bahwa menjaga bumi merupakan amanah yang harus dijalankan dengan ilmu, akal, dan nilai-nilai keislaman. Menurutnya, inovasi sains dan kesadaran kolektif merupakan kunci untuk menciptakan lingkungan yang lestari bagi generasi kini dan mendatang. (FA/Vivi)


