Ahmad Dahlan Guru Teladan
Oleh: Fokky Fuad Wasitaatmadja
Tanggal 25 November adalah Hari Guru Indonesia. Guru adalah tunggang punggung sebuah bangsa, bahwa ia memiliki beban berat untuk membangun peradaban sebuah bangsa melalui pendidikan. Bangsa tidak akan bertahan lama jika tingkat pendidikan yang ada dalam sebuah negara sangat rendah.
Salah seorang guru yang menjadi tauladan bangsa adalah KH Ahmad Dahlan. Beliau adalah pendiri organisasi Muhammadiyah, yang kini telah menjelma hingga menjadi organisasi terbesar dan terkaya di dunia. Sikap keteladanan Guru Ahmad Dahlan adalah tampak dari pengorbanannya yang begitu besar terhadap dunia pendidikan yang ia cintai.
KH Ahmad Dahlan berkorban besar dalam membangun sekolah Muhammadiyah yang ia dirikan di Yogyakarta kala itu. Di awal-awal pendiriannya KH Ahmad Dahlan sampai rela menjual barang-barang pribadinya untuk kepentingan Muhammadiyah. Beliau rela dan ikhlas menjual perabotan, mesin tik yang ia miliki, meja dan kursi yang ia miliki setelah mengetahui bahwa guru-guru Muhammadiyah saat itu belum menerima gaji selama 3 bulan.
Masyarakat yang mengetahui bahwa KH Ahmad Dahlan menjual perabotan untuk kepentingan para guru yang belum menerima gaji selama 3 bulan segera membayar semua barang milik pak Kyai tersebut, tetapi para pembeli tidak mengambilnya. Barang-barang tersebut tetap berada dalam penguasaan Pak Kyai untuk keperluan dakwah dan pendidikan Islam melalui Muhammadiyah. Disinilah tampak sebuah keteladanan sosial yang dimiliki oleh lingkungan Kauman Yogyakarta kala itu. K.H. Ahmad Dahlan yang ikhlas untuk menjual semua barang pribadi beliau demi membayar gaji para guru Muhammadiyah, di lain pihak masyarakat Kauman juga memiliki keikhlasan dalam turut membangun sebuah organisasi pendidikan yang baru berdiri kala itu.
Keteladanan KH Ahmad Dahlan juga tampak dari sistem pendidikan yang ia jalankan. Beliau tidak saja memberikan materi keilmuan di dalam kelas, tetapi mencontohkan dengan keteladanan. Beliau mengajak para murid-murid Muhammadiyah kala itu untuk terjun langsung mencari orang-orang miskin, para gelandangan, orang yang sakit dan menderita untuk dibantu.
Beliau mengedepankan konsep teologi al-Maun. Bagi beliau surah al-Maun bukan hanya surat yang dibaca dan dihafal. Beliau mempraktikkan apa yang terkandung di dalam Surah al-Maun tersebut. Sebuah surah yang indah, tetapi akan menjadi lebih indah dan bermakna ketika itu diterapkan dalam perilaku nyata. “Taukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, Yang berbuat ria, Dan enggan (memberikan) bantuan. (https://ad.imm.unimus.ac.id/, 2023).
Suarh ini di tangan Kyai Dahlan menjadi sangat hidup dan terwujud nyata. Dari tangannya lahir Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO), yang kelak menjelma menjadi Rumah Sakit Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Surah al-Maun ini juga menjadi pendorong dari lahirnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang telah memberikan kontribusi bagi kuatnya pilar pendidikan Indonesia.
Hal menarik yang dilakukan oleh Kyai Ahmad Dahlan adalah secara aktif beliau mencari murid-murid hingga ke pelosok-pelosok kampong dibandingkan murid-murid mendatanginya untuk belajar ilmu agama dan ilmu umum di sekolah Muhammadiyah yang ia dirikan. Belia juga secara aktif ikut mengajar agama Islam pada lingkungan Organisasi Boedi Oetomo. Beliau tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga ilmu umum dan bahkan seni music melalui biola (https://fkg.unimus.ac.id/, 2018).
Dalam konsep pendidikan yang beliau sajikan tidak semata terfokus pada konsep pembelahan antara pendidikan Islam dan pendidikan Barat yang kala itu saling berhadapan dan berseberangan. Beliau menampilkan ide segar tentang modernisasi pendidikan Islam. Bahwa pendidikan Islam tidaklah alergi dengan ilmu-ilmu modern yang berkembang di dunia barat. Bahwa pendidikan yang dihadirkan oleh Beliau melalui Muhammadiyah adalah pendidikan yang melampaui zamannya (Hidayatulloh, 2020).
Beliau dengan cerdas memahami bahwa penjajahan terjadi karena merebaknya kebodohan di kalangan Umat Islam di Nusantara kala itu. Kunci dari semua hal ini adalah pendidikan yang akan membebaskan manusia dari belenggu kebodohan dan ketertinggalan. Muhammadiyah melalui KH Ahmad Dahlan telah berhasil melakukan sebuah rekonstruksi peradaban Nusantara yang terbukti melahirkan banyak pendiri juga sekaligus pahlawan nasional Bangsa ini. Soekarno, Buya Hamka, Jenderal Soedirman, Djuanda Kartawijaya, Kasman Singodimedjo, dan masih banyak lainnya adalah pahlawan yang lahir dari rahim pendidikan Muhammadiyah.
Satu hal yang menjadi kunci dari KH Ahmad Dahlan dan itu tetap harus diteladani oleh generasi muda Indonesia dimanapun adalah jiwa berkorban dan keihlasan berjuang. Salah satu ucapan beliau yang menjadi motor penggerak Pendidikan Muhammadiyah adalah jangan mencari hidup di Muhammadiyah, tetapi hidup-hidupkanlah Muhammadiyah. Kalimat yang tampaknya sangat sederhana ini menjadi api yang membara dalam setiap aktivis pejuang dakwah dan pendidikan Muhammadiyah dimanapun ia berkiprah.
Api ini pulalah yang kelak menjadi bahan bakar terciptanya revolusi kemerdekaan Indonesia. Para pejuang kemerdekaan ini lahir dari kesadaran atas jiwa berkorban yang telah ditanamkan melalui Teologi al-Maun sejak tahun 1912 melalui Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah yang telah berkiprah untuk kemajuan peradaban Indonesia akan tetap ada ketika api jiwa pengorbanan masih terus berkobar. Api pengorbanan ini yang akan terus ditanamkan lintas generasi untuk mampu menyinari peradaban Indonesia di masa depan. (hanan)


