Al-Qur'an Dan Fungsinya dalam Kehidupan
Oleh: Suko Wahyudi, PRM Timuran Yogyakarta
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi sumber utama ajaran dan pedoman hidup. Ia tidak hanya menjadi bacaan ibadah semata, tetapi juga menjadi petunjuk yang membimbing manusia dalam seluruh aspek kehidupannya. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SwT kepada Nabi Muhammad SaW sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Qur’an diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (Al-Qashash [28]: 86).
Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ad-Dukhan [44]: 6).
Dan tiadalah Kami mengutus engkau, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya` [21]: 107).
Di dalam Al-Qur’an terdapat berbagai macam kandungan, mulai dari hukum syariat, nilai-nilai moral, prinsip keimanan, hingga ilmu pengetahuan. Setiap ayat yang terkandung di dalamnya membawa makna yang dalam dan relevan dengan berbagai zaman. Karena itu, umat Islam dituntut untuk tidak sekadar membacanya, tetapi juga memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang batil) (Al-Baqarah [2]: 185).
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. (An Nisa' [4]: 105).
Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Al-Israa’ [17]: 9).
Al-Qur’an memberikan aturan hidup yang jelas. Ada perintah yang harus dilaksanakan dan larangan yang wajib dijauhi. Hal ini menunjukkan bahwa hidup tidak boleh berjalan tanpa arah dan nilai. Umat Islam diberi panduan agar tidak terombang-ambing dalam arus dunia yang penuh godaan.
Selain memberikan aturan, Al-Qur’an juga menyuguhkan kisah-kisah umat terdahulu. Kisah Ashabul Kahfi, misalnya, menggambarkan keteguhan iman anak muda dalam mempertahankan keyakinannya. Sebaliknya, kisah kaum Madyan yang diazab karena berlaku curang dan ingkar menjadi peringatan agar manusia tidak mengulangi kesalahan yang sama.
(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu). Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Rabb kami adalah Rabb seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Rabb selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran“. (Al-Kahfi [18]: 10-14).
Ketika keputusan Kami (untuk menghancurkan mereka) datang, Kami selamatkan Syuʻaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Adapun orang-orang yang zalim, mereka dibinasakan oleh suara yang menggelegar sehingga mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka. (Negeri itu tak berbekas) seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di sana. Ingatlah, (penduduk) Madyan binasa sebagaimana juga (kaum) Samud. (Hud [11]: 94-95).
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan sarana refleksi. Melalui cerita-cerita itu, Allah mengajarkan hikmah, memperlihatkan akibat dari sebuah pilihan, dan menguatkan iman mereka yang mau berpikir. Ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an hidup, berbicara kepada siapapun yang membacanya dengan hati.
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (Yusuf [12]: 111).
Al-Qur’an juga memuat banyak isyarat ilmiah yang menjadi inspirasi bagi lahirnya penemuan-penemuan sains modern. Ayat-ayat tentang penciptaan alam, proses hujan, dan perkembangan janin dalam rahim, menjadi bukti bahwa Al-Qur’an tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, bahkan mendukungnya.
Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (As-Sajdah [32]: 4).
Allah-lah yang mengirim angin, lalu ia (angin) menggerakkan awan, kemudian Dia (Allah) membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan Dia menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka, apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, seketika itu pula mereka bergembira. (Ar-Rum [30]: 48).
Dia menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) kemudian darinya Dia jadikan pasangannya dan Dia menurunkan delapan pasang hewan ternak untukmu. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang memiliki kerajaan. Tidak ada tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan? (Az-Zumar [39]: 6).
Salah satu fungsi penting Al-Qur’an adalah sebagai Al-Furqon, yaitu pembeda antara yang benar dan yang salah. Dalam dunia yang semakin kabur antara nilai dan kepentingan, Al-Qur’an menjadi kompas yang menunjuk arah kebenaran dengan tegas dan adil.
Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang batil) (Al-Baqarah [2]: 185).
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm).
Fungsi berikutnya adalah Asy-Syifa, yaitu sebagai obat. Al-Qur’an menyembuhkan hati yang resah, jiwa yang gundah, dan pikiran yang kacau. Ketika seseorang merasa kehilangan arah atau tenggelam dalam tekanan hidup, membaca Al-Qur’an bisa menjadi ketenangan yang luar biasa.
Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Alquran) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (Yunus [10]: 57).
Katakanlah, "Alquran ialah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman." (Fushshilat [41]: 44).
Salah satu nama Alquran adalah asy-Syifa yang berarti obat penyembuh. Banyak orang merasa damai setelah membaca atau mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Ini bukan sekadar karena keindahan bunyinya, tetapi karena ruh yang terkandung di dalamnya menyentuh bagian terdalam jiwa manusia. Al-Qur’an menjadi pelipur lara bagi hati yang sedang sakit.
Ibnul Qayyim dalam kitabnya, Zad al-Ma’ad, menjelaskan, Alquran ialah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat. Tidak setiap orang diberi keahlian dan taufik untuk menjadikannya sebagai obat. Jika seorang yang sakit konsisten berobat dengannya dan meletakkan pada sakitnya dengan penuh kejujuran dan keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan yang kukuh, dan menyempurnakan syaratnya, niscaya penyakit apa pun tidak akan mampu menghadapinya.
Al-Qur’an juga berfungsi sebagai Al-Mau’izah, yaitu pemberi nasihat. Nasihat-nasihat Al-Qur’an hadir dalam bentuk peringatan, ajakan, dan pelajaran. Ia tidak menyampaikan dengan cara yang kaku, tetapi dengan kelembutan yang menyentuh hati siapa saja yang mau membuka pikirannya.
Sembahlah Allah dan jangan pernah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu hal. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. (An-Nisa'[4]: 36).
Di dalam Al-Qur’an, kita menemukan nasihat tentang kejujuran, kesabaran, kasih sayang, dan ketakwaan. Kita juga diingatkan tentang pentingnya menjaga lisan, menjauhi iri hati, dan memaafkan sesama. Nasihat-nasihat ini menjadi cahaya yang menerangi jalan hidup manusia.
Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allâh dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur. (At-Taubah [9]:119).
Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaaf [50]: 18).
Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa'[4]: 32).
(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (Ali-Imran [3]: 134).
Selanjutnya, Al-Qur’an adalah Al-Huda, petunjuk bagi seluruh manusia. Petunjuk ini tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga sosial dan etis. Ia membimbing umat Islam dalam beribadah, bermuamalah, berinteraksi sosial, hingga membangun peradaban yang adil dan beradab.
Dan ingatlah hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang berserah diri. (An-Nahl [16]: 89).
Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami menjelaskan kepadamu banyak dari isi kitab yang kamu sembunyikan. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang nyata. Dengan kitab itulah, Allah membimbing orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan dan mengeluarkan mereka dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izin-Nya dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. (Al-Maidah [5]: 15-16).
Sebagai pedoman Al-Qur'an berisi firman-firman terbaik yang penuh dengan bimbingan hidayah dan sinar hikmah. Al-Qur'an memberikan keterangan-keterangan tentang batas-batas yang ditentukan Allah SwT, kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, keterangan mana yang halal dan haram, sehingga manusia memiliki pedoman dan arahan yang jelas dalam melaksanakan tugas hidupnya sebagai makhluk Allah SwT di dunia.
Al-Qur'an Mengandung ajaran universal, menyentuh segala aspek duniawi maupun ukhrawi. Keuniversalan ini tidak mungkin dipungkiri oleh siapa pun manakala jujur dalam mengkaji dan mempelajarinya secara obyektif. Edward Gibbon seorang orientalis dari Inggris mengatakan:
“Al-Qur'an itu adalah sebuah kitab agama, kitab kemajuan, kenegaraan, perdagangan, persaudaraan, kemahkamahan, dan undang-undang ketentaraan dalam agama Islam. Al-Qur'an mengandung isi yang lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan sampai kepada hal yang berkenaan dengan jasmani, mulai pembicaraan hak-hak dan kewajiban segolongan umat sampai kepada akhlak dan perangai, dan hukuman di dunia ini. Di dalam Al-Qur'an dijelaskan segala pembalasan amal. Karena itu, besar sekali perbedaan antara Al-Qur'an dengan Bibel. Bibel tidak memuat aturan-aturan yang bertalian dengan keduniaan. Yang terdapat di dalamnya hanyalah cerita-cerita untuk kesucian diri. Bibel tidak dapat mendekati Al-Qur'an, karena Al-Qur'an itu tidak hanya menerangkan hal-hal yang bertalian dengan amalan keagamaan, tetapi juga mengupas asas-asas politik kenegaraan. Al-Qur'anlah yang menjadi sumber peraturan negara (bagi umat Islam), sumber undang-undang dasar, memutuskan suatu perkara, baik yang berhubungan dengan kehartaan maupun kejiwaan.”
Demikian juga J W Goethe seorang orientalis Jerman pernah mengatakan:
“Bagaimanapun juga saya membaca Al-Qur'an, tidak habis-habisnya saya bertemu dengan ajaran-ajaran yang menggerakkan saya untuk memperdalam pengetahuan agama. Susunan kalimatnya sangat indah, isi dan tujuannya dapat menjadi pedoman untuk jalan kebahagiaan, kemuliaan yang tinggi, dan beberapa pelajaran yang menakutkan untuk pekerjaan jahat. Demikian pendapat saya, bahawa Al-Qur'an ini akan berjalan terus melalui setiap zaman dan sangat berpengaruh.”
Harry Gaylord Dorman dalam bukunya Toward Understanding Islam mengatakan, “Kitab Al-Qur'an benar-benar firman Tuhan yang disampaikan melalui Jibril kepada Muhammad SaW, dengan kesempurnaan setiap hurufnya. Ia merupakan suatu mukjizat yang tetap aktual hingga saat ini. Mutu keajaibannya terletak pada gayanya yang begitu sempurna dan agung sehingga tak mungkin ada manusia dan jin yang dapat mengarang satu suratpun, walau yang pendek. Sebagian keajaibannya terletak pada ajarannya yang membuka tentang masa depan dan keterangan-keterangannya sangat tepat.”
Petunjuk Al-Qur’an bersifat universal. Ia tidak dibatasi oleh waktu, tempat, atau bangsa tertentu. Karena itu, pesan-pesan Al-Qur’an dapat diterapkan dalam berbagai konteks dan zaman. Dengan memahami Al-Qur’an, manusia dapat hidup dalam harmoni dan meraih keselamatan di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, memahami Al-Qur’an bukanlah sebuah pilihan, melainkan keharusan bagi setiap Muslim. Tidak cukup hanya membaca, tetapi juga mentadaburi dan mengamalkannya. Sebab, Al-Qur’an diturunkan bukan hanya untuk dibaca di acara-acara seremonial, melainkan untuk dijadikan pedoman sepanjang hayat.
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya“ (HR. Bukhari).
“Perumpamaan seorang mukmin yang membaca al-Qur’an adalah seperti al-utrujjah (sejenis jeruk), aromanya harum dan rasanya enak. Dan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca al-Qur’an adalah seperti buah kurma yang tidak memiliki aroma tapi manis rasanya. Perumpamaan seorang fasiq yang membaca al-Qur’an seperti ar-raihaanah, aromanya wangi tapi rasanya pahit dan perumpamaan seorang fasiq yang tidak membaca al-Qur’an seperti al-hanzhalah, rasanya pahit dan tidak memiliki aroma” (HR. Bukhari-Muslim).
Pada akhirnya, Al-Qur’an adalah anugerah terbesar dari Allah SWT bagi umat manusia. Ia adalah cahaya dalam kegelapan, petunjuk di tengah kebingungan, dan pengingat ketika manusia terlena. Semakin dekat kita kepada Al-Qur’an, semakin tenang hidup yang kita jalani. Maka, jadikanlah Al-Qur’an sebagai teman sejati dalam setiap langkah kehidupan.