19 Mei Kebangkitan Perempuan Indonesia, Refleksi Milad ke-108 'Aisyiyah

Publish

19 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
175
Irwan Akib

Irwan Akib

Oleh: Irwan Akib, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah


Sejak berdirinya 19 Mei 1917 hingga usia yang ke 108, ‘‘Aisyiyah yang dirintis oleh Nyai Ahmad Dahlan hingga saat ini tak pernah berhenti melakukan kerja-kerja pencerahan dengan berbagai aktivitas,  khususnya kepada kaum perempuan. Aisyiah sendiri hadir diawali dengan pengajian Sopo Tresno (siapa suka, siapa cinta) pada tahun 1914,  pengajian khusus perempuan oleh Kiai Dahlan. Kemudian dalam perkembangannya pada tahun 1923 menjadi bagian Muhammadiyah dan pada tahun 1927 menjadi bagian ‘Aisyiyah. 

Tidak sedikit kiprah ‘Aisyiyah dalam membangkitkan semangat kaum perempuan, berbagai usaha dilakukan seperti berdirinya taman kanak-kanak ‘Aisyiyah pada tahun 1919, bahkan menjadi taman kanak-kanak pertama di Indonesia, merintis berdirinya majalah Suara ‘Aisyiyah pada tahun 1926 sebagai media informasi dan komunikasi sekaligus media pencerahan khususnya bagi kaum perempuan, menjadi media yang strategis dalam memberikan perluasan pengetahuan dan penyadaran kepada warga ‘Aisyiyah khususnya dan peran perempuan dalam domestik dan publik (Suara 'Aisyiyah). Suara 'Aisyiyah sendiri merupakan majalah perempuan tertua di Indonesia, berbagai amal usaha lain seperti rumah bersalin, poliklinik dan Perguruan Tinggi.

Kongres perempuan pertama 22-26 Desember 1928, yang kemudian tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari ibu,  ’Aisyiyah bersama komponen perempuan lainnya menjadi bagian penting dari kongres tersebut. Menurut catatan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam buku yang berjudul “Biografi Tokoh Kongres Perempuan Indonesia Pertama” diterbitkan tahun 1991, tercatat 2 orang dari ‘Aisyiyah sebagai panitia kongres yaitu Sitti Munjiah sebagai wakil ketua dan Siti Hajinah sebagai anggota.

Mereka berdua tidak hanya sekedar aktif sebagai panitia dan peserta kongres, tetapi juga mendapat kesempatan menyampaikan ide-idenya melalui pidato dan prasaran. Siti Munjiah mendapat kesempatan menyampaikan pidato, naskah resmi pidato beliau juga menjadi lampiran dari buku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sedang Siti Hajinah menyampaikan prasaran dalam bentuk makalah. 

Dalam pidatonya pada kongres tersebut, Siti Munjiah menilai bahwa kongres sebagai peristiwa yang tinggi nilainya karena secara langsung memberi keuntungan besar dan menambah banyak kenalan. Pada bagian lain beliau membahas terkait budaya barat yang semakin digandrungi oleh generasi muda saat itu khusus para muda-mudi. Sitti Munjiah mengatakan bahwa walaupun bangsa kita telah mempunyai adat istiadat dan kesusilaan yang halus namun masuknya budaya barat akan besar pengaruhnya bagi budaya kita. Besarnya pengaruh itu membuat mereka berpendapat bahwa budaya barat itu molek, indah, berkilau-kilau dan sebagainya, maka bila sampai pada pendapat yang demikian itu tergelincirlah bangsa kita itu.

Mereka yang baru tenggelam dan tergila-gila terhadap budaya barat itu menganggapnya apa yang dimiliki jelek, hina-dina dan tidak menarik. Menurut Siti Munjiah kebudayaan yang berasal dari barat itu bukanlah seluruhnya tidak baik, tetapi ada pula yang perlu diambil, mana yang baik dan pantas ditiru, sedang yang sekiranya tidak baik harus dihindarkan. Semuanya itu harus dilakukan seleksi secara cermat, tenang dan dipertimbangkan dengan pikiran yang sehat. Pengetahuan dari·barat tidaklah semuanya diambil alih secara utuh oleh bangsa kita. Apa yang kita kehendaki dan belum tercapai hendaklah terus diusahakan. dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dengan cara ini berarti dapat mempertinggi derajat bangsa. (dikutip dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991)

Pada bagian awal pidatonya St. Munjiah  mengatakan bahwa dengan adanya gerakan ini, maka mulai sadar dan bangunlah bangsa kita perempuan Indonesia dari tidurnya yang nyenyak; secara yang berderu-deru, senantiasa berhampiran dengan telinga mereka, dan memang sudah waktu kita kaum perempuan mulai maju selangkah kedua seterusnya, sebab matahari sudah terbit menyinari yang sangat silau. Mereka bangkit kalau-kalau ketinggalan untuk mencapai kemajuannya. Dengan ini maka timbul duka citanya dengan kemajuannya. Dengan ini maka timbul duka citanya dengan ikhtiar sehingga dapat mengadakan kongres ini hari. 

Penggalan pidato ibu Siti Munjiah tersebut menggambarkan bahwa beliau memiliki pikiran terbuka dan wawasan yang luas dan pengetahuan mendalam Islam dan kemajuan ummat. Beliau tidak serta merta menolak semua yang dari barat, tetapi menerima dengan selektif  sehingga budaya bangsa tidak tercerabut dari akarnya, dan penerimaan terhadap budaya barat yang positif dan sesuai dengan budaya bangsa akan memperkaya budaya bangsa.

Perempuan tidak harus terkungkung dan juga tidak boleh bebas sebebas-bebasnya, menerima apa saja yang datangnya dari barat. Pemahamannya terhadap agama dan kemajuan serta kemampuan beliau memfungsikan akalnya secara jernih menjadikan beliau terbuka melakukan adopsi terhadap budaya luar yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan kebudayaan bangsa.

Bagi ‘Aisyiyah menurut Siti Munjiah pertemuan kongres ini telah lama didambakan, sehingga St Munjiah merasa bersyukur kepada Allah dan berdoa akan gerakan itu dapatlah diperpanjang usianya dengan banyak buah usahanya. Pertemuan semacam ini bukan hanya menambah banyak kawan, teman saling berbagi pengalaman dan saling berbagi ilmu, tetapi melalui kongres ini kaum perempuan Indonesia dapat beramah-ramahan untuk membahas masalah bersama. 

Utusan Aisiyiah lainya yaitu St Hajinah, disamping sebagai anggota panitia juga aktif dalam forum tersebut dan menyajikan makalah berjudul “Persatuan Manusia”, yang menguraikan pentingnya persatuan berbagai kelompok masyarakat demi terwujudnya kehidupan yang lebih maju. Persatuan merupakan alat mencapai tujuan utama seperti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemakmuran. Jalan menghadirkan persatuan ditempuh melalui bergaul, berhubungan, memelihara persaudaraan dan membicarakan hal ihwal yang perlu dilakukan bersama. 

Penggalan makalah yang disampaikan St. Hajinah menggunakan buah pikiran yang maju, inklusif dan memikirkan kepentingan yang lebih luas. Ini juga memberi gambaran bahwa isitilah maju berkemajuan di ‘Aisyiyah maupun Muhammadiyah bukan hal yang baru, kemajuan telah lama menjadi bagian dari upaya ‘Aisyiyah memahami agama Islam. Bagi ‘‘Aisyiyah maupun Muhammadiyah agama Islam haruslah berkemajuan sehingga dapat menjadi rahmat bagi semuanya. Istilah maju berkemajuan juga dapat dilihat dari salah satu tulisan St. Hajinah di majalah Suara ‘‘Aisyiyah yang dia pimpin.

Beliau menulis mengenai "kemajuan" sebagai berikut. "Pembaca tidak salah, bahwa bangsa Jawa sekarang senang terhadap kemajuan atau senang maju. Tetapi sayang mereka belum mengerti benar apa yang dimaksud dengan kemajuan itu. Karena itu apabila mereka dilarang agar tidak bepergian atau berdandan (yang berlebihan), mereka akan menjawab, "Inikan jaman kemajuan". Bila disuruh menyapu lantai, mereka akan menggerutu, "Sudah maju masih disuruh nyapu". Apalagi bila diberi tahu bahwa ada tingkah lakunya yang tidak pantas, mereka akan menjawab, "Kolot (kuno)!"

Aktivitas ‘Aisyiyah dalam memperjuangkan kebangkitan perempuan dan memberi pencerahan telah melahirkan tidak sedikit tokoh perempuan yang memiliki peran penting di negeri ini, kita bisa mencatat bahwa guru besar perempuan pertama di Indonesia adalah kader dan mantan Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, yaitu Prof. Dr. Baroroh Barid, Rektor IAIN (UIN) perempaum pertama adalah rektor IAIN Alauddin Makassar Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiana Amir juga kader ‘Aisyiyah dan banyak tokoh perempuan yang lahir dari rahim ‘Aisyiyah

Selain itu salah satu upaya fenomenal Aisyiah dalam mencerahkan ummat adalah melalui lembaga pendidikan. Bukan hanya TK dan PAUD, tetapi juga perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi ‘Aisyiyah yang megah dan unggul adalah Universitas ‘‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, yang merupakan transformasi dari STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, disamping itu  juga hadir beberapa PTA di beberapa wilayah yang dikelola secara mandiri oleh ‘Aisyiyah. UNISA Yogyakarta sendir telah terakreditasi Unggul dari Ban PT dan telah memiliki Fakultas kedokteran, juga memiliki kampus yang mewah dengan fasilitas belajar yang modern. 

Aisyiah merupakan organisasi wanita satu-satunya di dunia ini yang memiliki Perguruan Tinggi, tentu ini lahir bukan kerja asal jadi dan bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, tetapi merupakan hasil pemikiran maju dari para pengurus ‘Aisyiyah yang memang selalu berpikiran maju dan selalu menjadi pioner dalam kemajuan, memiliki visi yang jauh kedepan memikirkan kaum perempuan khususnya agar tidak lagi menjadi warga kelas kedua, 'Aisyiyah berpikir bahwa laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang dengan masing-masing kelebihan dan kekurangan, sehingga mereka harus mendapatkan yang setara dengan laki-laki.

Kehadiran dua tokoh ‘Aisyiyah pada kongres perempuan pertama bukan hal yang tiba-tiba, dan tidak sekedar hadir sebagai panitia dan peserta, keduanya menjadi pembicara dalam forum tersebut. Munjiah mengatakan bahwa pertemuan semacam itu sudah lama didambakan oleh ‘Aisyiyah. Aisiyah sebelum dan sesudah kongres tersebut, terus aktif membangkitakn semangat perempuan, aktif memberi pencerahan demi kemajuan kaum perempuan.

Bila tanggal 20 Mei hari kebangkitan Nasional sesuai tanggal berdirinya Budi utomo, maka ketika kita menelusuri perjalanan panjang ‘Aisyiyah sejak berdirinya sampai saat ini, kita akan menemukan berbagai aktivitas untuk membangkitkan semangat perempuan untuk maju dan berkemajuan, dan tidak sedikit kiprah ‘Aisyiyah sebagai pioner dalam upaya mengangkat derajat perempuan, melepaskan perempuan dari kungkungan kebodohan dan ketertinggalan, mengangkat derajat perempuan untuk tidak terus-terus menjadi warga kelas kedua setelah laki-laki, melakukan pencerahan dengan berbagai aktivitas dan amal usahanya.

Oleh karena itu tidak berlebihan dan menjadi pantas dan layak bila19 Mei hari Kebangkitan Perempuan Indonesia, sesuai tanggal berdirinya ‘Aisyiyah. Selamat milad ke 108 ‘Aisyiyah. Terus hadir mencerahkan dan memajukan kaum perempuan sejagad.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Mensyukuri 61 Tahun IMM: Merawat IMM, Memajukan Indonesia Oleh: Muhammad Dwi Cahyo, Ketua Umum DPD ....

Suara Muhammadiyah

14 March 2025

Wawasan

Ibu Single Parent dalam Mendidik Anak Mandiri  Oleh: Leonita Siwiyanti Peran ibu single pare....

Suara Muhammadiyah

26 April 2025

Wawasan

Pentingnya Menjaga Batik sebagai Warisan Budaya dan Pilar Ekonomi Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat ....

Suara Muhammadiyah

2 October 2024

Wawasan

SARASEHAN PEMIKIR: Memikirkan Pemikiran Pendidikan Muhammadiyah  Ringroad Barat-Jogja, Kamis, ....

Suara Muhammadiyah

20 January 2024

Wawasan

Oleh: Teguh Pamungkas Indonesia merayakan HUT ke-78 kemerdekaan RI pada bulan lalu. Kemerdekaan yan....

Suara Muhammadiyah

20 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah