TAPSEL, Suara Muhammadiyah - Suasana penuh haru dan kebahagiaan menyelimuti Dusun Hasobe, Desa Marisi, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan, Senin (18/8/2025) atau bertepatan dengan 24 Safar 1447 H. Seratusan masyarakat hadir dalam prosesi peletakan batu pertama pembangunan Masjid Hakim Bismar Siregar, sebuah rumah ibadah yang diharapkan menjadi pusat syiar Islam, ilmu, dan persatuan umat.
Anggota DPRD Tapanuli Selatan, Armen Sanusi Harahap, menyampaikan apresiasi tinggi kepada keluarga Hj. Annie Faridah Siagian dan Yayasan Muhibah Annie Faridah (Muafa) atas prakarsa mulia tersebut. Menurutnya, masjid tidak sekadar tempat beribadah, melainkan juga simbol peradaban dan pusat pembinaan umat.
“Masjid ini diharapkan menjadi pusat peradaban Islam di Angkola Timur. Kami tentu mendukung penuh agar pembangunan berjalan lancar. Semoga masyarakat ikut berpartisipasi dengan tenaga, pikiran, maupun doa,” ujarnya.
Acara peletakan batu pertama diawali dengan doa bersama yang dipimpin Ketua MUI H. Amas Muda Harahap, dilanjutkan sambutan Ketua Yayasan Muafa, serta prosesi peletakan batu sebagai tanda dimulainya pembangunan. Hadir pula Kepala KUA, Kepala Desa Marisi, Kepala Dusun Hasobe, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan warga dari berbagai penjuru desa.
Kepala Desa Marisi, Asep Harahap, yang mewakili masyarakat setempat, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada Yayasan Muafa. “Kami merasa mendapat berkah besar dengan hadirnya pembangunan masjid ini. Semoga keluarga besar Hj. Annie Faridah Siagian diberi kesehatan dan rezeki yang berlimpah,” ujarnya.
Ketua Yayasan Muafa, Julpan Siregar, yang datang dari Malaysia, menegaskan bahwa pembangunan masjid ini merupakan amanah keluarga besar Hj. Annie Faridah Siagian yang kini menetap di Singapura.
“Alhamdulillah, niat yang beliau sampaikan sejak 2023 kini dapat diwujudkan. Yayasan Muafa yang berdiri melalui akte notaris pada Juli 2023 memang fokus di bidang sosial, pendidikan, dan keagamaan,” ujarnya.
Sejak berdiri, Yayasan Muafa aktif melaksanakan berbagai kegiatan sosial, mulai dari santunan lansia di Sipirok dan Hasobe, santunan anak yatim serta guru mengaji, bantuan bagi korban bencana tumbangnya pohon pinus tahun lalu, hingga penyembelihan hewan qurban di dua wilayah tersebut. “Hari ini, salah satu program penting lainnya adalah mendirikan masjid,” tambah Julpan.
Pemilihan nama Masjid Hakim Bismar Siregar juga memiliki arti mendalam. Dalam keterangan terpisah, Ketua Pembina sekaligus pendiri Yayasan Muafa, Haidir Fitra Siagian, menegaskan bahwa nama tersebut dipilih untuk menghormati sosok Hakim Bismar Siregar, putra asli Sipirok kelahiran Desa Baringin, yang dikenal tegas, berintegritas, dan menjadi teladan moral di tingkat nasional.
“Pemberian nama ini adalah penghargaan sekaligus inspirasi bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Langkah ini juga sudah mendapat restu keluarga besar di Singapura serta persetujuan tertulis dari ahli waris almarhum, Aulia Kemalsjah Siregar, di Jakarta,” jelas Haidir.
Ia menambahkan, tradisi penamaan masjid dengan nama tokoh nasional juga telah dilakukan di daerah lain. “Di Sulawesi Barat, ada beberapa masjid yang dinamai Masjid Baharuddin Lopa, sesuai nama tokoh nasional pejuang hukum dan keadilan. Maka tidak ada salahnya jika Yayasan Muafa juga mengabadikan nama Hakim Bismar Siregar sebagai mercusuar moral dan simbol keislaman,” terangnya di Tapanuli Selatan.*