Warisan Kepemimpinan Kuantum Ala KH Ahmad Dahlan

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
64
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Warisan Kepemimpinan Kuantum Ala KH Ahmad Dahlan

Oleh Muhammad Zulfi Ifani*

“Dadio Kiai sing Kemajuan, Lan Aja Kesel Anggonmu Nyambut Gawe Kanggo Muhammadiyah.” (Pesan KH Ahmad Dahlan)

Di bangku kuliah, di kelas Teori Kepemimpinan yang diampu oleh Prof. Muhadjir Darwin. Prof Muhadjir berulang kali menyampaikan tentang signifikansi teori baru “Kepemimpinan Kuantum”. Beliau selalu teringat, pesan gurunya di Amerika Serikat, William Dunn, “Teori newtonian sudah usang. Coba kembangkan teori kepemimpinan kuantum, masa depan ada di sana.”

Beberapa pekan lalu saya pun mendapat tugas untuk mereview artikel perkembangan kuantum China vs AS. Ada banyak pelajaran dari kompetisi antar 2 negara adidaya ini. Tentang pengembangan teknologi kuantum dan tentang kepemimpinan kuantum. Pelajaran itu kemudian saya hubungkan dengan rencana penelitian saya tentang kepemimpinan di Muhammadiyah. Respon Prof. Muhadjir di akhir presentasi, “Tulislah tentang KH Ahmad Dahlan, beliau itu pemimpin kuantum.”

“Baiklah, saya coba menjawab tantangan tersebut.”

Apa itu Kepemimpinan Kuantum?

Dalam perbincangan terbaru tentang manajemen dan kepemimpinan, istilah kepemimpinan kuantum semakin sering muncul. Hanine & Nita (2019) menjelaskan bahwa paradigma kuantum berakar dari penemuan fisika kuantum, yang memperlihatkan alam sebagai sistem kompleks, chaotic, dan penuh ketidakpastian (non-deterministik). Konsep ketidakpastian, keterkaitan, dan lompatan jauh inilah yang menjadi landasan filosofis paradigma kepemimpinan baru ini.

Bila Teori Newtonian – Fisika Klasik – bicara tentang pergerakan benda-benda besar seperti gerak planet atau bola. Maka Teori Kuantum sebaliknya, berbicara tentang benda-benda yang mikroskopis – atomik & subatomik. Benda-benda mikroskopis ini pada hakikatnya bergerak, namun tidak terlihat. Bisa jadi bergeraknya justru sangat cepat dan bahkan chaos.

Menyambung ke realita kehidupan hari ini, masyarakat menghadapi berbagai macam perubahan zaman yang sifatnya disruptif, sangat cepat, bahkan berpotensi chaotic. Seperti kehadiran AI, kendaraan otonom, fintech, hiburan streaming digital, lahirnya marketplace e-commerce – matinya toko-toko fisik dan masih banyak lagi. Sehingga perubahan besar ini seharusnya dihadapi pula dengan paradigma yang kuantum, bukan newtonian.

Sejarah rentan berulang. Bila konsep ini kita bawa ke dalam sejarah Indonesia, nama KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, patut ditempatkan sebagai salah satu sosok pemimpin kuantum jauh sebelum istilah ini populer dalam literatur akademik.

Sejarah Hidup KH Ahmad Dahlan

KH Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 di Kauman, Yogyakarta, dengan nama kecil Muhammad Darwis. Lingkungan keluarganya religius—ayahnya KH Abu Bakar adalah khatib Masjid Gedhe Kauman. Sejak muda, Dahlan menimba ilmu agama, lalu melanjutkan perjalanan intelektual ke Mekkah. Di tanah suci, ia tidak hanya memperdalam fikih dan tafsir, tetapi juga bersentuhan dengan gagasan pembaruan Islam yang dibawa Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

Sekembalinya ke tanah air, ia menemukan kenyataan pahit: umat Islam hidup dalam keterbelakangan, miskin, terikat pada tradisi kaku, serta menghadapi tekanan kolonialisme. Alih-alih menyerah pada keadaan, Dahlan justru melihat “chaos” itu sebagai peluang untuk melakukan tajdid, pembaruan. Ia kemudian mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912, organisasi sosial-keagamaan modern yang menggabungkan semangat keislaman dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan aksi sosial.

Chaos jadi salah satu kata kunci primer dalam kepemimpinan kuantum. Dalam teori ini, organisasi dan pemimpin kuantum justru "beroperasi di tepi chaos" (acts on the edge of chaos) dan hidup dalam ketidakpastian serta kompleksitas lingkungan. Chaos dianggap bukan ancaman, melainkan prasyarat tumbuhnya kreativitas, inovasi, dan penciptaan hal baru dalam organisasi.

Kira-kira chaos apa saja yang pernah diselesaikan KH Ahmad Dahlan dengan kepemimpinan quantum? Mari coba kita rangkum sedikit ke belakang:

Reformasi Arah Kiblat Masjid Gedhe Kauman (1888 M)

Dengan ilmu falak modern, Dahlan menemukan arah kiblat masjid melenceng dari Mekkah. Ia mengubah posisi shaf shalat, sebuah tindakan yang menimbulkan perlawanan keras. Bahkan mushala yang ia bangun dihancurkan massa. Namun ia tidak gentar. Inilah cermin Quantum Seeing—kemampuan melihat realitas dengan paradigma baru, sekaligus Quantum Trusting—meyakini bahwa konflik sosial adalah katalis untuk perubahan. Hari ini seperti kita lihat, hampir semua masjid di Indonesia, benar-benar mempraktikkan akurasi kiblat yang diinisiasi KH Ahmad Dahlan hampir 130 tahun lalu.

Sekolah Muhammadiyah dengan Kurikulum Modern (1911)

Saat kondisi umat Islam sebagian besar jahil, terbelakang dan berpandangan dikotomis terhadap pendidikan modern. Saat itu pula,  sebagian besar ulama dan santri menolak sekolah ala Barat. KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Muhammadiyah yang memadukan sistem persekolahan Barat dan Islam. Nama sekolahnya adalah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI). Kejadian ini adalah lompatan kuantum: menggabungkan dua entitas yang dianggap berlawanan (tradisi Islam dan pendidikan barat modern) menjadi energi baru. Beliau melakukan Quantum Thinking—menghubungkan hal-hal yang tampak bertentangan demi melahirkan inovasi sosial.

Gerakan Al-Ma’un

Dahlan menafsirkan surat Al-Ma’un bukan sekadar bacaan ritual, melainkan panggilan aksi. Murid-muridnya digerakkan untuk memberi makan fakir miskin dan memelihara anak yatim. Dari sinilah lahir panti asuhan dan amal sosial Muhammadiyah. Tindakan ini merepresentasikan Quantum Feeling—menumbuhkan empati sebagai kekuatan perubahan, sekaligus Quantum Acting—menjadikan nilai agama nyata dalam praksis sosial.

Kepemimpinan Kolektif-Kolegial Muhammadiyah

Berbeda dari organisasi tradisional yang bergantung pada kharisma seorang tokoh, Muhammadiyah sejak awal menerapkan sistem kolektif-kolegial. Dengan demikian, saat Dahlan wafat pada 1923, Muhammadiyah tidak runtuh, justru berkembang pesat. Model ini adalah bentuk Quantum Organization—self-organized, adaptif, dan berbasis trust, sesuai ciri kepemimpinan kuantum yang menolak monopoli otoritas.

PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem, 1920)

Gerakan kesehatan ini menjawab kebutuhan rakyat miskin akan layanan medis. Dari klinik sederhana, kini berkembang menjadi jaringan rumah sakit terbesar di seluruh Indonesia. Ini contoh Quantum Being—hubungan mendalam dengan realitas sosial, menciptakan inovasi layanan publik berbasis nilai Islam.
 Kesemua karya tersebut menunjukkan bahwa KH Ahmad Dahlan bukan hanya seorang ulama, tetapi juga pemimpin kuantum: yaitu dia yang mampu mengubah chaos menjadi peluang, mensinergikan nilai religi dengan inovasi praktis, serta membangun organisasi yang berusia sangat panjang.

KH Ahmad Dahlan memang tidak pernah menulis tentang “kepemimpinan kuantum”, tetapi jejak sejarahnya menunjukkan praktik nyata dari paradigma ini. Beliau melihat chaos sebagai peluang, menembus batas tradisi dan modernitas, mengintegrasikan nilai religi dengan inovasi sosial, serta membangun organisasi yang tidak bergantung pada ketokohan.

Di tengah dunia yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian, kepemimpinan ala Dahlan layak menjadi cermin. Kepemimpinan kuantum bukan sekadar jargon akademik, melainkan sikap hidup: berani melihat dengan cara baru, merasakan dengan empati, bertindak dengan tanggung jawab dan menghubungkan ilmu dengan nilai untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

* Penulis adalah Anggota LPCRPM PP Muhammadiyah / Ketua PCPM Ngaglik Sleman / Mahasiswa Doktor Kepemimpinan & Inovasi Kebijakan UGM


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Janji Terakhir bagi Bani Israil Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universit....

Suara Muhammadiyah

25 August 2025

Wawasan

Refleksi Milad 59 dan Revitalisasi Fungsi Kokam Oleh: Badru Rohman, Kokam Sukoharjo Sejak awal ber....

Suara Muhammadiyah

2 October 2024

Wawasan

Pendidikan dan "Gelombang Olok-Olok" di Media Sosial Oleh: Prof. Dr. Abdul Rahman A.Ghani  Ba....

Suara Muhammadiyah

11 October 2023

Wawasan

Mengenal Baitul Arqam dalam Muhammadiyah Baitul Arqam adalah suatu bentuk sistem perkaderan Muhamma....

Suara Muhammadiyah

15 April 2024

Wawasan

Kekuatan Cinta Menyelamatkan Indonesia Oleh: Agusliadi Massere Indonesia adalah kode—yang me....

Suara Muhammadiyah

25 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah