Ustadz Adi Hidayat Dorong Masjid sebagai Pusat Pemberdayaan Ekonomi Menuju Kesejahteraan Umat

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
344
Dr (HC) Adi Hidayat, Lc., MA., PhD. Foto: Cris

Dr (HC) Adi Hidayat, Lc., MA., PhD. Foto: Cris

BATU, Suara Muhammadiyah - Hampir sebagian besar umat Islam meletakkan fungsi masjid sebagai tempat shalat (peribadatan). Meskipun hal itu tidaklah keliru, tetapi cara pandang hal ihwal masjid harus ditinjau lebih luas.

Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustadz Adi Hidayat menyampaikan hal tersebut dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Sabtu (25/10) di Kusuma Agrowisata Resort & Convention Batu-Malang, Jawa Timur.

"Secara antropologis dan sosiologis, masjid berfungsi sebagai pusat solusi: orang datang ke masjid bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk bertanya, berdiskusi, mendiskusikan persoalan sosial, politik, ekonomi, dan mencari jalan keluar," katanya.

Melongok pada kehidupan zaman Nabi Muhammad Saw, masjid sering menjadi pusat kegiatan ekonomi: tempat perdagangan, pusat distribusi, tempat berkumpulnya para pedagang. "Bahkan menjadi basis gerakan solidaritas kolektif," imbuhnya.

Dalam praktik, masjid idealnya melakukan hal-hal berikut secara simultan. Pertama, ruang spiritual, yaitu tempat shalat, pengajian, pembinaan ruhiyah. Kedua, ruang pendidikan, yakni madrasah, kelas-kelas keterampilan, kajian ilmu pengetahuan.

Ketiga, ruang sosial-ekonomi, koperasi, lembaga penunjang usaha, pasar lokal yang dikelola komunal. Keempat, ruang budaya, kegiatan kesenian yang sesuai syariat, pembentukan karakter.

"Sejarah Islam menunjukkan contoh konkret bagaimana ekonomi terorganisir di sekitar masjid. Nabi dan para sahabat menjadikan masjid sebagai titik pertemuan ekonomi: berdagang, kerja sama usaha, serta pembagian hasil secara adil," terangnya.

Konsep saling tolong (ta'awun) dan kerja sama (syirkah), sambung Ustadz Adi, menjadi landasan moral ekonomi. Ketika struktur ekonomi ini berjalan, masyarakat mengalami stabilitas: kebutuhan terpenuhi, kriminalitas menurun, ketahanan sosial meningkat.

Sebagai contoh praktis dari sejarah ditemukan pada masa awal Islam, di mana banyak aktivitas perdagangan dan usaha yang terpusat di sekitar masjid. Bahkan tokoh-tokoh ekonomi pertama muncul dari komunitas masjid. 

"Masjid tidak hanya mengurusi ibadah, tapi juga memfasilitasi akses ekonomi masyarakat," jelasnya.

Di situlah penegasan Ustadz Adi bahwa, Masjid sebagai titik fungsi ekonomi. Maknanya, semua kegiatan yang dikelola di masjid harus punya orientasi manfaat jangka panjang.

"Mari kita sedikit sentuh aspek praktik ekonomi: model koperasi, syirkah, dan bentuk usaha kolektif lain merupakan kelanjutan praktik Nabi yang menekankan kebersamaan ekonomi. Koperasi masjid dan unit usaha berbasis jamaah bisa menjadi motor pemberdayaan ekonomi lokal," timpalnya.

"Masjid harus menjadi pusat solusi: bila ada masalah keluarga, hukum, ekonomi, masjid harus menjadi tempat konsultasi dan penyelesaian," tutupnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bersama Pimpinan Komisariat Ikat....

Suara Muhammadiyah

19 March 2025

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Suara Muhammadiyah (SM) mengadakan Pesta Rakyat untuk Negeri dalam ....

Suara Muhammadiyah

30 December 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pada sesi terakhir Pengajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah....

Suara Muhammadiyah

25 March 2024

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah- Fakultas Teknik (FT) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali....

Suara Muhammadiyah

7 December 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bulan Ramadhan sebagai wahana terbaik untuk berbagi sebagao b....

Suara Muhammadiyah

13 March 2025