AGAM, Suara Muhammadiyah - Hujan deras membasahi jalan berlumpur yang hampir tak bisa dilalui. Namun, bagi sekelompok relawan perempuan dari LLHPB PW Aisyiyah Sumatera Barat, rintangan itu bukan alasan untuk mundur. Mereka justru memacu langkah lebih cepat, karena di ujung perjalanan, ada warga Nagari Toboh, Malalak Timur, Kabupaten Agam yang menanti uluran tangan.
Rabu (10/12/2024) menjadi hari yang tak terlupakan bagi puluhan keluarga penyintas bencana di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pasalnya, rombongan yang dipimpin Dr. Syur'aini, Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Sumatera Barat, datang membawa lebih dari sekadar bantuan material—mereka membawa harapan untuk bangkit kembali.
Perjalanan menuju Nagari Toboh bagaikan ujian kesabaran. Jalanan yang seharusnya mulus kini berubah menjadi kubangan lumpur tebal. Beberapa titik bahkan nyaris tak dapat dilewati kendaraan. Namun, tim yang terdiri dari Dra. Huriah Khair, M.Si (Koordinator LLHPB PWA Sumbar) dan Fitri Yulianis, SE, M.Si (Ketua LLHPB) tetap bersikeras melanjutkan misi.
"Ketika cuaca tidak mendukung dan medan semakin sulit, justru di situlah semangat kami terbakar. Kami tahu ada orang-orang yang sangat membutuhkan kehadiran kami," ungkap Dra. Huriah Khair dengan suara penuh determinasi.
Sesampainya di lokasi, pemandangan yang tersaji sungguh memilukan. Rumah-rumah warga seperti terluka parah—tertimbun lumpur mengering, dinding retak, perabotan hancur berserakan. Beberapa bangunan bahkan terancam roboh kapan saja. Para penyintas terpaksa menumpang di rumah tetangga yang masih layak huni, berbagi ruang dalam keterbatasan.
Yang membuat kunjungan kali ini berbeda adalah pendekatan menyeluruh yang diterapkan. Tim PWA Sumbar tidak hanya membawa paket sembako berisi beras, minyak goreng, dan bahan makanan siap olah untuk dapur umum. Mereka juga menyerahkan pakaian baru khusus perempuan dan anak-anak dari Toko Top 35 Mana Bengkulu, memberikan sedikit keceriaan di tengah kepedihan.
Namun, Dr. Syur'aini paham betul bahwa luka fisik bukan satu-satunya yang harus disembuhkan.
"Bencana tidak hanya merusak rumah, tetapi juga meninggalkan bekas mendalam di hati. Kami hadir untuk memastikan bahwa pemulihan tidak hanya soal perut kenyang, tetapi juga tentang jiwa yang kembali damai," tutur Dr. Syur'aini dengan penuh empati.
Inilah yang menjadi program unggulan kunjungan: sesi trauma healing yang dijalankan bersama Bimbingan Konseling Islam Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Dua konselor profesional, Anggi Fitria, M.Pd dan Fadil Mai Septian, M.Pd, turun langsung memberikan pendampingan kepada ibu-ibu dan anak-anak yang masih dibayangi ketakutan.
"Trauma pasca-bencana sangat nyata, terutama pada perempuan dan anak-anak. Mereka masih merasakan guncangan emosional yang luar biasa. Kami hadir untuk membantu mereka mengelola perasaan dan membangun rasa aman kembali," jelas Anggi Fitria.
Fadil Mai Septian menambahkan bahwa pendekatan yang mereka gunakan bersifat holistik—menyentuh tidak hanya aspek psikologis tetapi juga spiritual. "Masyarakat di sini memiliki kekuatan luar biasa untuk bangkit. Tugas kami adalah membantu menguatkan kembali potensi itu," ujarnya.
Sementara itu, Dr. Syur'aini sendiri memberikan pendampingan rohani, menyejukkan dan menguatkan iman para penyintas di tengah ujian yang mereka lalui.
Fitri Yulianis, SE, M.Si menegaskan bahwa ini bukan kunjungan sekali jalan. "Kami tidak datang hanya untuk menyerahkan bantuan lalu pergi begitu saja. LLHPB PWA Sumbar berkomitmen mendampingi proses pemulihan jangka panjang. Trauma healing dan dukungan spiritual adalah bagian integral dari upaya pemulihan," jelasnya.
Meski tidak semua warga bisa hadir karena akses jalan yang masih terhambat lumpur, tim berupaya semaksimal mungkin menjangkau sebanyak mungkin penyintas yang membutuhkan.
Para ibu yang menerima bantuan tampak terharu. Air mata berkecamuk antara kesedihan dan rasa syukur. Mereka mengaku sangat terbantu, tidak hanya secara materi, tetapi juga dari sisi psikologis dan spiritual.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program berkelanjutan LLHPB PWA Sumbar dalam merespons bencana di Sumatera Barat. Dengan pendekatan komprehensif—mulai bantuan darurat, trauma healing, hingga pendampingan spiritual—PWA Sumbar menunjukkan bahwa kepedulian harus bersifat menyeluruh.
Dr. Syur'aini menutup kunjungan dengan pesan penuh harapan: "Kami akan terus mendampingi. Ini baru permulaan. Pemulihan pasca-bencana adalah proses panjang, dan Aisyiyah akan terus hadir di sisi kalian."
Di balik lumpur dan reruntuhan, ada secercah cahaya harapan yang mulai bersinar kembali di mata warga Malalak Timur. Dan cahaya itu dinyalakan oleh sekelompok perempuan tangguh yang memilih hadir. (RI)


