YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Irwan Akib hadir dalam peluncuran Film Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia karya Lembaga Seni Budaya PP Muhammadiyah di Gedung Amphitheater E6, Lantai 5 Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu, (22/2).
Irwan menyambut baik dengan hadirnya film bersejarah itu. Apalagi tokoh yang diangkat berasal dari Muhammadiyah. Nama lengkapnya Djuanda Kartawidjaja yang dilahirkan pada Sabtu (14/1/1911) di Tasikmalaya, Jawa Barat.
“Seluruh warga Muhammadiyah perlu dipahami bahwa Djuanda ini adalah kader Muhammadiyah,” katanya.
Selain itu, Djuanda diungkapkan oleh Irwan, juga sebagai salah satu seorang guru dan kepala sekolah di SMA Muhammadiyah Kramat di Jakarta. “Sebelum beliau terjun ke dunia politik,” ungkapnya.
Kiprah Djuanda untuk bangsa sangat berpengaruh. Irwan mengatakan, Djuanda merupakan tokoh yang mendeklarasikan penyatuan laut Indonesia dengan sebutan Deklarasi Djuanda. Deklarasi ini menunjukkan pergulatan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan batas wilayah laut.
“Perjuangan Djuanda melalui Deklarasi Djuanda, menjadikan laut Indonesia yang luas itu memiliki batas yang jelas,” tegasnya.
Semua itu, simpul Irwan, perjuangan Djuanda dilandasi dengan nasionalisme yang tinggi. Bahkan, Irwan tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Deklarasi Djuanda pada 1957 tidak lahir.
“Negara Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam beragam pulau dan kehidupannya, kalau tidak ada Deklarasi Djuanda kita akan terpisah-pisah antara satu kepulauan dengan kepulauan yang lain,” ujarnya.
Irwan juga menegaskan, Indonesia dengan negara kepulauan bukan hanya menyangkut aspek laut dan pulaunya saja. Namun, di dalamnya mencakup agama, budaya, adat istiadat, suku, bahasa yang sangat beragam. Dari situ kemudian menyatu dalam ruang Bhinneka Tunggal Ika.
“Itu perlu menjadi bagian penting dari penghayatan kita dalam memahami keberadaan Film Djuanda. Bahwa Indonesia ini beragam. Kita tidak bisa mengatakan bahwa hanya Suku Bugis, Suku Jawa yang ada di Indonesia. Tetapi memang kita beragam dan menghargai keberagaman itu dan menjadikan keberagaman ini sebagai sesuatu yang indah,” jelasnya.
Keragaman dalam kacamata Irwan, sebagai taman. Di mana terbentang warna-warni dengan sangat indah. Bilamana hanya ada satu warna, maka tidak indah. Seandainya warnanya banyak dan beragam, namun tidak ditata sedemikian rupa, maka menjadi hancur berkeping-keping.
“Inilah Bhinneka Tunggal Ika. Bagaimana kita menikmati kergamaan sehingga bisa menikmati keindahan. Ini saya kira yang paling penting untuk kita hayati apa yang dilakukan Djuanda dengan menyatukan keragaman menjadi sesuatu yang indah,” pungkasnya. (Cris)