Solidaritas yang Terus Terjaga: Setahun Agresi Israel terhadap Palestina

Publish

15 October 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
116
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Solidaritas yang Terus Terjaga: Setahun Agresi Israel terhadap Palestina

Oleh: Teguh Pamungkas, Warga Muhammadiyah 

Belum lama ini dua sosok pejuang telah gugur oleh serangan Israel. Di akhir bulan lalu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah meninggal dunia. Meninggal akibat serangan yang dilakukan Israel di Beirut, Lebanon, 27 September 2024 lalu. 

Sementara, pada 31 Juli 2024 dini hari, tokoh Hamas, Ismael Haniyeh menghembuskan nafas terakhirnya. Bersama pengawal pribadinya, beliau tewas diduga karena serangan yang dilakukan Israel ke kediamannya di Teheran, Iran. Meskipun tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab dan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) sedang melakukan investigasi, namun semua dugaan mengarah karena ulah dari Israel.

Saat itu, kehadirannya di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden Iran terpilih, yaitu Masoud Pezeshkian. Haniyeh, tokoh yang tak kenal menyerah dan disegani warga Palestina tersebut pernah menjadi perdana menteri Palestina.

Pada April 2024, Haniyeh kehilangan tiga putra dan tiga cucunya dalam serangan udara di Jalur Gaza. Sebelumnya, November 2023 anak perempuan dan cucunya pun tewas. Dan pada Juni 2024, sebanyak sepuluh anggota keluarga dekatnya meninggal saat di kamp pengungsi al-Shati di Gaza karena kejahatan Israel.

Atas penyerangan Israel ke Palestina dan Lebanon serta menewaskan dua tokoh tersebut, Iran akhirnya menyerang Israel. Pada Selasa, 1 Oktober 2024 malam, Iran menyerang Israel dengan meluncurkan 180 rudal balistik ke wilayah Israel.

Kekerasan di Palestina mengetuk nurani masyarakat dunia. Sebelumnya, Rafah merupakan tempat untuk mengungsi warga gaza yang diserang tentara Israel. Awalnya daerah itu dianggap paling aman untuk menghindari perang. Namun rupanya tidak demikian. Sejak Senin malam (27/5) puluhan warga Palestina di Rafah harus mengungsi. Tenda-tenda pengungsi porak poranda, hangus terbakar menjadi puing-puing.

Anak-anak menangis kehilangan orangtuanya. Anak-anak menjadi korban, mengalami luka-luka, bahkan sampai kehilangan nyawa. Serangan Israel ke Palestina bukan lagi perang, namun kesengajaan genosida terhadap warga Palestina.

Serangan-serangan darat dan udara mengakibatkan korban jiwa yang meninggal dunia. Entah pengaruh apa yang membuat tentara Israel sengaja menghabisi anak-anak Palestina yang tak berdosa. Mereka yang lemah, tak kuasa melawan terus ditindas. Bukan hanya masa depannya yang direnggut, namun kehidupannya pun dirampas.

Jutaan warga di berbagai belahan dunia terus bersuara melawan dan mengecam arogansi Israel. Baik dengan digital solidarity melalui media sosial maupun dengan aksi turun ke jalan. Bukan hanya Indonesia dan negara-negara di timur tengah saja, tetapi unjuk rasa juga dilakukan di Eropa, Afrika hingga dari negara sekutunya sendiri, yaitu Inggris dan Amerika. Rakyat Inggris dan Amerika muak dengan kebijakan yang dilakukan negaranya karena telah merampas hak dan kehidupan bangsa lain.

Baru-baru ini bertambah lagi negara yang mengakui negara Palestina, yaitu Spanyol, Norwegia dan Irlandia. Padahal ketiga negara tersebut selama ini dikenal sebagai sekutu Amerika. Pengakuan negara dari Eropa itu pun membuat geram Israel. Israel mengirim utusannya dan berencana segera menarik para duta besarnya.

Gema deklarasi kemerdekaan Palestina telah dinyatakan pada 15 November 1988 di Aljazair oleh Dewan Nasional Palestina dan Yasser Arafat, ketua Organisasi Pembebasan Palestina dengan ibu kotanya Yerusalem. Hingga Mei 2024 ada 143 dari 193 anggota Majelis Umum PBB memberikan suara mendukung Palestina untuk bergabung dengan PBB, termasuk Indonesia.

Solidaritas

Setahun lalu, 7 Oktober 2024 Gaza, Palestina diserang Israel. Agresi tersebut telah merampas hak-hak warga negaranya. Lebih dari 41.000 jiwa warga Palestina meninggal dunia akibat serangan Israel. Ribuan orang terluka dan harus kehilangan tempat tinggal. 

Bangunan-bangunan rata dengan tanah. Rumah-rumah warga dan rumah sakit-rumah sakit pun tak luput dari serangan. Dan anak-anak kecil pun banyak yang menjadi korbannya.

Wujud empati masyarakat dunia adalah solidaritas. Nurani terketuk sebagai fitrah manusia. Agresi militer yang dilakukan Israel terhadap Palestina mengindikasikan betapa lemahnya nurani yang ada pada diri orang-orang Israel. Menandakan telah mengalami kedangkalan perasaani. Nuraninya berganti dengan kebengisan, kebiadaban dan kebencian.

Nurani adalah komunikasi hati manusia, yang kehadirannya tak bisa ditutupi oleh tabir-tabir kejahatan lewat perang (baca; genosida). Akal dan hati ada di setiap insan manusia. Peran akal manusia sebagai rasio mengukur empirisme subyektif. Karena pemikiran akan mengantarkan pertarungan interpretasi yang bisa membedakan antara benar dan salah. Serangan ke Rafah membuat hati siapa pun marah.

Sedangkan hati berdekatan dengan intuisi manusia yang paling mendasar. Di mana manusia bisa menyandarkan rasa kemanusiaan, asas saling menghargai, mau menghormati sesama dan tolong menolong.

Secara sengaja nurani dibenturkan pada egoisme. Padahal tanpa melalui pendekatan hati, dari pemikiran akal sehat saja sangat kentara mana yang sebenarnya hak dan di mana posisi kehumanisan. Penyakit ego yang tercela adalah serakah. Menurut Jakob Sumardjo (2001), bahwa akibat keserakahan – entah makan, minum, memiliki, kekuasaan, kekayaan, ketenaran dan sebagainya – mengakibatkan penderitaan bagi orang lain. Ego yang ada tak akan pernah mewakili kepuasan duniawi.

Naluri manusia untuk menginginkan sesuatu memang wajar. Namun akan menjadi tidak wajar jika pemenuhan sesuatunya mengenyahkan nilai nurani. Dikatakan wajar bila pemenuhannya ditempuh dengan jalur keberpihakan yang tepat. Layak memeroleh sesuatu seandainya nurani sebagai manusia terus terjaga. Begitu indah seandainya keterjagaan nurani manusia, sehingga tak mudah tergerus arus orientasi kefanaan dunia.

Menumbuhkan kepekaan diri yang bernama nurani sama pentingnya mengontrol keinginan untuk memiliki. Sebab jika tidak memiliki nurani, maka tidak akan bisa menyayangi sesuatu. Pun akhirnya tidak bisa mencintai apa yang semestinya, sehingga mau menyakiti dan membunuh orang-orang, berbuat memaksakan kehendak serta tak mampu membedakan mana kepunyaan sendiri dan mana milik orang lain.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan Institut Teknologi....

Suara Muhammadiyah

8 January 2024

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Direktur Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Universitas Muha....

Suara Muhammadiyah

4 February 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah -  ”Kita diberi kekuatan dan kesempatan untuk melaksanakan....

Suara Muhammadiyah

16 March 2024

Berita

PEKANBARU, Suara Muhammadiyah - Kantor Humas, Keprotokolan, dan Hukum (Kamasprokum) Universitas Muha....

Suara Muhammadiyah

21 July 2024

Berita

SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PP Muhammadiyah pada Aha....

Suara Muhammadiyah

28 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah