YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Kajian Sekaten 2025 menjadi rangkaian tahunan dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw sekaligus syiar agama Islam. Kajian ini menghadirkan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman yang berlangsung pada Ahad (31/8) di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.
Dalam kajiannya, Agus mengingatkan Nabi Muhammad Saw sosok yang banyak memberikan secercah cahaya inspirasi bagi jagat umat manusia. Hal ini bahkan sampai ditulis oleh Astrofisikawan, Michael H Hart dalam buku "The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History" yang menempatkan Nabi Muhammad Saw berada pada peringkat pertama tokoh paling berpengaruh di dunia.
"Beliau bukan seorang penulis Muslim. Tetapi meletakkan di posisi pertama Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh yang paling besar pengaruhnya terhadap perubahan dunia," katanya.
Inspirasi itulah yang kemudian, banyak melahirkan keteladanan (uswah hasanah). Salah satu keteladanan paling substansial dalam kehidupan yakni menyangkut kepentingan kesehatan.
"Usia 63 tahun itu, ada riwayat yang menyebut hanya dua kali sakit. Ada yang menyebut tiga kali sakit. Sakitnya saat beliau hijrah, sakitnya beliau saat menjelang wafat. Sehingga ketika beliau sakit, yang sering mengganti imam, Abu Bakar Ash-Shiddiq," tuturnya.
Dalam konteks kesehatan, memang masih menjadi hal teralpakan oleh manusia. Yakni belum mampu mengekspresikan kesyukuran atas persembahan nikmat yang diberikan oleh Allah.
"Sehat itu sering disikapi salah dan keliru. Karena itu, kesehatan menjadi hal yang penting dan ini perlu kita syukuri bersama," katanya.
Melongok kembali pada era menyeruaknya Wabah Pandemi Covid-19 di seluruh dunia. Betapa, hal demikian sarat pelajaran positif (ibrah) bagi manusia, relevansinya kesehatan dalam kehidupan.
"Itu menjadi pelajaran berharga bagi kita kalau kesehatan tidak bisa digantikan dengan apa pun. Dan saat ini, kita bisa merasakan nikmat sehat, sekali lagi kita syukuri bersama-sama," tuturnya.
Pada saat yang sama, sehat, beber Agus, bukan hanya menyangkut soalan fisik. Tetapi, juga menyangkut mental dan spiritual. "Sehingga dari ketiga itu memunculkan kesehatan sosial," ujarnya. "Karena manusia memenuhi unsur-unsur tersebut," sambung Agus.
Karena itu maka, setiap orang mesti berupaya sedemikian rupa menjaga kesehatan, dengan mengontrol emosi. Bagi Agus, ini berimplikasi kuat terhadap kesehatan fisik maupun psikis manusia.
"Kalau ingin sehat, harus membersihkan hati. Sehat berawal dari pikiran. Itu maksudnya sehat berawal rohani kita. Dalam badan yang sehat, terdapat jiwa yang sehat," tegasnya.
Agus mengajak kepada seluruh umat Islam untuk berikhtiar memohon hanya kepada Allah agar senantiasa diberikan kesehatan yang tak terbilang nilainya tersebut. (Cris)