PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Semangat menuntut ilmu dan mendalami bahasa wahyu terus digelorakan di lingkungan IMBS Miftahul Ulum Pekajangan. Dalam rangka membentuk generasi santri yang mampu menapaki jejak para ulama, lembaga pendidikan ini menggelar Daurah Bahasa Arab Internasional selama satu pekan, khusus bagi peserta didik kelas 9 MTs.
Daurah ini menjadi istimewa karena menghadirkan para pemateri dari berbagai latar belakang keilmuan tinggi dan internasional. Diantaranya adalah para alumni dari Universitas Al-Azhar Kairo dan Universitas Islam Madinah, dua kampus Islam paling bergengsi di dunia. Tak hanya itu, IMBS Miftahul Ulum juga mendatangkan native speaker dari Nigeria, yang memberikan pengalaman langsung dalam praktik bahasa Arab fusha (baku) dalam komunikasi sehari-hari.
“Bahasa Arab adalah kunci memahami Al-Qur’an dan warisan peradaban Islam. Santri harus mampu menguasainya, bukan hanya secara teknis, tapi juga secara ruhiyah dan ilmiah,” ujar Dr Kyai Sumarno, SPdI, MPdI, Mudir atau Pimpinan Pesantren IMBS Miftahul Ulum, dalam sambutan pembukaan.
Didampingi oleh Eni Maftuka, MPdI, Kepala Sekolah MTs, Ia menekankan bahwa daurah ini merupakan bagian dari langkah strategis pondok dalam mengembangkan potensi santri yang tidak hanya religius, tapi juga siap bersaing di kancah global.
Selama sepekan, para peserta mendapatkan materi intensif dalam berbagai maharat (kemampuan bahasa), seperti maharat al-kalam (berbicara), maharat al-istima’ (menyimak), maharat al-qira’ah (membaca), dan maharat al-kitābah (menulis). Selain itu, mereka juga dikenalkan dengan pemahaman teks Arab klasik dan modern, serta dilatih berdiskusi dan presentasi menggunakan bahasa Arab aktif.
Salah satu momen paling menarik adalah ketika para santri berdialog langsung dengan native speaker dari Nigeria yaitu Idris Mohammad Sanusi Said, yang memicu semangat mereka untuk mempraktikkan kemampuan berbahasa secara alami dan percaya diri.
“Ini bukan sekadar pelatihan bahasa, tetapi latihan keberanian, kedisiplinan, dan membuka cakrawala berpikir santri,” ungkap Eni Maftuka.
Kegiatan ini ditutup dengan presentasi proyek bahasa Arab, di mana setiap kelompok santri mempresentasikan tema-tema Islami, ilmiah, maupun sosial dalam bahasa Arab. Para pengajar memberikan apresiasi atas kemajuan pesat para peserta, bahkan dalam waktu yang relatif singkat.
Dengan mengusung semangat “Meretas Jalan Ulama dari Pekajangan”, IMBS Miftahul Ulum membuktikan bahwa pesantren bukan hanya penjaga tradisi, tetapi juga pusat kemajuan dan peradaban. Daurah ini menjadi tonggak penting dalam mewujudkan santri yang siap menembus dunia, tanpa kehilangan akar keilmuannya. (Khulanah/n)