Sains dan Teknologi Halal: Inovasi Islami ala Muhammadiyah
Oleh: Vritta Amroini Wahyudi/Dosen Teknologi Pangan UMM/Mahasiswa PhD Biotechnology Chulalongkorn University
Di tengah pesatnya perkembangan zaman dan globalisasi industri, kebutuhan akan produk yang halal, aman, dan terpercaya semakin meningkat. Tak hanya menyentuh ranah makanan dan minuman, prinsip halal kini merambah kosmetik, obat-obatan, hingga rekayasa genetika dalam bioteknologi. Dalam konteks ini, kehalalan tak bisa hanya ditentukan oleh label, tetapi perlu ditopang oleh sains dan teknologi yang dapat memastikan kandungan suatu produk secara objektif dan ilmiah. Al-Qur’an menegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 168, “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi...”, mengajak umat untuk tidak hanya memperhatikan aspek halal, tetapi juga kebaikan dan keamanan dari sisi sains.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modern yang berbasis pada tajdid (pembaruan), telah lama menjadi pelopor dalam menjembatani nilai-nilai keislaman dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Melalui pendidikan, riset, dan dakwah berbasis sains, Muhammadiyah berkontribusi aktif menjawab tantangan halal di era teknologi. Artikel ini akan membahas bagaimana integrasi antara sains dan teknologi halal menjadi bagian dari dakwah Muhammadiyah masa kini.
Kebutuhan akan produk halal semakin kompleks. Misalnya, bagaimana memastikan suatu bahan tidak mengandung derivat babi dalam skala mikro? Atau bagaimana menjamin kehalalan daging impor yang telah melewati proses industri panjang? Semua pertanyaan ini hanya bisa dijawab dengan pendekatan ilmiah. Di sinilah peran penting sains hadir, bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai bagian dari tanggung jawab keagamaan.
Salah satu inovasi terbaru dalam bidang deteksi halal adalah biosensor berbasis nanopartikel-colorimetric. Teknologi ini mampu mendeteksi DNA spesifik dari bahan haram (seperti babi) melalui perubahan warna yang dapat diamati dengan mata telanjang. Cepat, murah, dan praktis—alat ini dapat digunakan di tempat pengolahan makanan, laboratorium kecil, bahkan bisa dikembangkan untuk skala rumah tangga. Teknologi ini menjadi contoh konkret bahwa pendekatan ilmiah bisa sejalan dengan nilai-nilai syariah.
Sejak awal abad ke-20, Muhammadiyah telah mengambil peran besar dalam memajukan pendidikan dan kesehatan berbasis nilai-nilai Islam. Kini, perguruan tinggi Muhammadiyah aktif melakukan riset halal berbasis teknologi terkini. Riset-riset ini menjadi kontribusi nyata Muhammadiyah dalam membangun masyarakat berkemajuan dan menjawab tantangan zaman.
Pendidikan Muhammadiyah: Sains yang Berlandaskan Tauhid
Muhammadiyah memandang ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan prinsip tauhidul ‘ilm (integrasi ilmu dan iman), peserta didik diajak memahami bahwa meneliti, menemukan, dan menciptakan teknologi adalah bagian dari ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah: 11, “...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...”.
Dakwah Muhammadiyah tidak hanya dilakukan melalui ceramah, tetapi juga melalui karya nyata berbasis ilmu pengetahuan. Biosensor halal, publikasi ilmiah, dan produk halal berbasis teknologi menjadi bentuk dakwah baru yang lebih luas jangkauannya, lebih rasional, dan mampu menjangkau masyarakat lintas latar belakang. Inilah peran dakwah Muhammadiyah abad ke-21: ilmiah, praktis, dan inklusif.
Pasar halal global diperkirakan bernilai lebih dari USD 2 triliun, namun umat Islam masih menjadi konsumen, bukan produsen utama. Dengan penguasaan teknologi halal, Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk mendidik generasi Muslim yang mampu bersaing dan memproduksi teknologi sendiri. Hal ini sejalan dengan semangat kemandirian yang diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan: berdiri di atas kaki sendiri.
Dengan jaringan pendidikan dan pusat riset yang tersebar di seluruh Indonesia, Muhammadiyah memiliki posisi strategis sebagai katalis kemajuan umat. Tidak hanya mencetak ulama, tetapi juga ilmuwan Muslim yang mampu menyeimbangkan antara nilai-nilai Islam dan kemajuan teknologi. Inilah wajah dakwah Muhammadiyah yang tidak hanya menyeru, tapi juga memberi solusi.
Mengembangkan teknologi halal bukan sekadar proyek ilmiah, melainkan ibadah yang menyatu dengan dakwah dan misi kemanusiaan. Dengan semangat tajdid, Muhammadiyah terus mendorong generasi muda Muslim untuk menjadi pelopor dalam inovasi halal berbasis sains. Kolaborasi antara iman dan ilmu bukan hanya mungkin, tapi mutlak diperlukan untuk menjawab tantangan zaman sekaligus mengangkat martabat umat. Inilah saatnya Muhammadiyah memimpin jalan menuju peradaban halal yang ilmiah, mandiri, dan rahmatan lil ‘alamin.