Relevansi Gerakan IMM pada Era Digital
Oleh: Khoirul Iksan, Kader IMM Klaten
Dalam kurun waktu 60 Tahun bukan waktu yang singkat bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) untuk berdiri dan bergerak. Berbagai fase telah dilewati, berbagai gejolak sosial politik dan ekonomi, serta tantangan zaman selama 60 tahun terakhir menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mempertahankan eksistensi ikatan.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ada sampai saat ini tak lepas karena kemampuannya menempatkan posisi yang tepat. Hal tersebut diartikan melakukan positioning di tengah zaman yang berubah-ubah. Maka gerakannya harus senantiasa relevan dengan setiap perkembangan zaman. Dengan demikian menjadi penting merespon perkembangan zaman melalui gerakannya, dan tidak menghilangkan hal prinsipil yang melekat di tubuh IMM, Muhammadiyah, dan Islam. Hal ini membuktikan orientasi berkemajuan ada dan melekat di tubuh IMM sampai kapan pun serta menjadi salah satu landasan bergerak sebagai perwujudan rahmatan lil ‘alamin (bukan hanya untuk mahasiswa saja).
Berbicara perihal realitas saat ini, di mana realitas saat ini menjadi landasan dan pertimbangan dalam konstruksi gerakan IMM. Gerakan yang dibangun IMM haruslah menyesuaikan perkembangan zaman; isu-isu yang berkembang; peluang; dan tantangan yang ada agar hadirnya ikatan ini menjadi problem solver bagi khalayak luas. Selain itu, gerakan IMM diupayakan juga untuk menjaga eksistensi IMM terhadap kalangan mahasiswa agar tidak terkesan hilang-tenggelam.
Memasuki era di mana teknologi dan informasi berkembang pesat membantu dalam berbagai segmen kehidupan manusia adalah salah satu realitas hari ini. IMM memandang perkembangan teknologi dan informasi menjadi dua sisi, yakni sebagai tantangan dalam pergerakan, dan peluang sekaligus untuk mempermudah IMM bergerak secara produktif. Banyaknya platform digital serta munculnya kecerdasan buatan (artificial intelligence) menjadi bukti kemudahan-kemudahan tersebut. Namun perlu diingat juga, tidak hanya dampak baik yang dibawa arus perkembangan teknologi dan informasi, tetapi hal yang sekiranya merugikan dan merusak citra baik manusia perlu difilter keberadaannya.
Kemajuan teknologi informasi ini, berikut sistem digital jika dikaitkan dengan gerakan IMM yang relevan menurut saya terdapat beberapa peluang penting yang dapat disinergikan, Pertama, belum maksimalnya adopsi gerakan yang memafaatkan kemajuan digital dapat ditandai sosial media hanya sebatas sarana menyampaikan informasi agenda atau kegiatan IMM, belum menjadi media penyampaian ide, gagasan atau hal yang prinsipil. Kedua, impact dari digitalisasi kita yang terlalu kaku, menjadi penting konten digital dikemas dengan menarik dan diterima khalayak luas. Ketiga, romantisme gerakan konvensional mendominasi dan merekat kuat. Sah-sah saja fokus dan menggiatkan gerakan-gerakan lama atau konvensional, akan tetapi agar tetap eksis dan relevan setidaknya merespon hal-hal yang baru, termasuk mengakomodir kemajuan teknologi dan informasi dan apa yang dibawanya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, di antara formulasi yang saya tawarkan di antaranya, pertama, pentingnya melahirkan Influencer. Influencer memiliki peran besar dalam menyebarkan hal-hal unik, positif, dan kelebihannya kepada orang lain. Tanpa ada paksaan, secara organik orang lain pun mengikuti, menyukai, dan mengapresiasi para Influencer. Influencer lahir di era digitalisasi, ada kalanya IMM mengadopsi hal ini, agar hal-hal yang ingin didakwahkan atau disebarluaskan mudah diterima oleh kader-kader ikatan, mahasiswa umum, dan masyarakat luas.
Kedua, media yang substantif. Media sosial hendaknya menjadi jembatan menyampaikan informasi secara cepat untuk orang lain, namun belum tentu tepat. Tidak sedikit isi atau hal yang dibawa media yang sesungguhnya bukanlah kebutuhan, dan kerap kali isi yang dibawa hanya fiktif dan manipulatif. Melihat media pada konteks IMM perlu adanya peningkatan substansi dari media (peran media bukan hanya informatif terhadap agenda atau gerakan yang akan dilakukan), tetapi media menjadi wadah gagasan, ide, dan tempat urun-rembug bagi kader ikatan yang progresif.
Ketiga, mengemas gerakan dengan digitalisasi. Transisi dari era konvensional ke era digitalisasi memunculkan kebiasaan-kebiasaan baru. Semua mengalami, mengikuti, dan melakukan kebiasaan baru ini khususnya pelaku organisasi, dan terkhusus kader Ikatan. Agenda atau gerakan yang dikemas dengan digitalisasi manifestasi dari kebiasaan baru ini. Organisasi makin produktif, fleksibel, dan efisien adalah dampak dari digitalisasi, maka hal ini perlu menjadi perhatian penuh bagi penggerak ikatan ini.
Keempat, konten tren. Berbicara perihal konten yang laku per hari ini secara esensinya berbanding terbalik dengan kebutuhan dan apa yang digalakkan kader Ikatan. Untuk menarik perhatian agar media dari Ikatan tidak terlalu kaku ada kalanya mengadopsi konten tren dan mengkombinasikan dengan gerakan Ikatan. Diharapkan nantinya media Ikatan menjadi inklusif, sementara value di dalamnya bisa disebarluaskan, dan mudah diterima karena pengemasan yang menarik. Empat poin formulasi praktis tersebut bukan berarti sudah ideal dan sempurna. Perlu adanya penyesuaian lagi di berbagai pimpinan dan kondisi kultur, social, budaya, ekonomi, dan politik mempengaruhi mempengaruhi implementasi dari formula, serta perlu adanya evaluasi dan monitoring yang intens.
Zaman akan selalu berjalan dinamis. Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri, stagnasi adalah awal dari tenggelamnya eksistensi, merasa sudah baik atau sudah sempurna merupakan sikap yang salah kaprah. Jika dikontekskan oleh IMM, maka mengakomodir tuntutan zaman harapannya menjadi problem solving terhadap kondisi hari ini, dan pergerakannya selalu membawa prinsip yang murni tidak berubah-ubah seperti value agama Islam, komitmen persyarikatan Muhammadiyah, dan value humanitas Ikatan. Untuk itu IMM akan terus bergerak dan bertransformasi menebar kebermanfaatan.