Red Car Theory dalam Nuansa Idul Fitri

Publish

30 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
305
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Red Car Theory dalam Nuansa Idul Fitri

Oleh: Sucipto, Ph.D., Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris UAD, Anggota MPKSDI PP Muhammadiyah

Pernahkah Anda mengalami ini? Ketika Anda tertarik pada sesuatu—misalnya, sebuah mobil warna merah, tiba-tiba anda melihat mobil merah di mana-mana? Di jalan raya, tempat parkir dengan mudah anda menemukan. Atau ketika anda ingin sepatu merek tertentu, Anda merasa melihat sepatu itu di mana-mana? Atau anda sedang mencari baju lebaran model baru, tiba-tiba di media sosial dan sekitarmu banyak yang memakai baju model yang sama? 

Fenomena ini bukan kebetulan, tapi ada penjelasan psikologinya, yang dikenal sebagai Red Car Theory atau Selective Attention Theory.

Singkatnya, teori ini menjelaskan bahwa apa yang kita fokuskan, itulah yang lebih sering kita lihat. Bukan berarti mobil merah atau sepatu itu tiba-tiba bertambah banyak, tetapi karena kita sedang memperhatikannya, otak kita lebih peka dan menangkapnya lebih sering. Ini adalah bagian dari cara kerja otak dalam menyaring informasi di sekitar kita.

Sekarang, coba kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam interaksi sosial, jika kita terbiasa mencari kekurangan orang lain, tanpa sadar setiap ucapan dan sikap mereka akan terasa salah di mata kita. Sebaliknya, jika kita memilih untuk melihat sisi baiknya, kita akan lebih sering menemukannya.

Setelah Ramadan usai, kita semua merayakan Idul Fitri. Idul Fitri bukan hanya tentang baju baru atau hidangan lezat, tetapi juga tentang memperbarui hati. Ini adalah momen untuk merayakan kemenangan atas diri sendiri—belajar mengendalikan emosi, menahan amarah, dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Namun, sering kali setelah Ramadan berlalu, kita masih terjebak dalam pola pikir lama. Kita lebih mudah mengingat kesalahan orang lain daripada kebaikannya. Kita mengucapkan "minal aidin wal faizin," tetapi hati masih menyimpan prasangka dan dendam. Bukankah ini bertentangan dengan esensi Idul Fitri?

Di sinilah konsep Red Car Theory bisa menjadi pengingat yang baik untuk diterapkan. Jika setelah Ramadan kita tetap memilih fokus pada kebaikan, maka kita akan semakin sering menemukannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, jika kita lebih banyak memperhatikan keburukan, maka itulah yang akan terus muncul di hadapan kita.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain." (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa lebih baik mengarahkan perhatian pada kebaikan daripada mencari-cari kesalahan orang lain. Jika kita melatih diri untuk selalu melihat sisi baik seseorang, hidup akan terasa lebih damai dan hati lebih tenang.

Ada sebuah kisah menarik dari zaman Rasulullah SAW. Suatu hari, beliau menyebut seorang laki-laki sebagai calon penghuni surga. Hal ini membuat sahabat Abdullah bin Amr penasaran. Ia pun menginap di rumah orang tersebut selama tiga hari untuk mencari tahu amalan luar biasanya. Ternyata, tidak ada ibadah yang luar biasa—tidak banyak shalat malam atau puasa sunnah yang dilakukan. Tetapi, ada satu hal yang ia lakukan setiap hari: sebelum tidur, ia selalu memaafkan orang lain dan membersihkan hatinya dari dendam.

Betapa sederhana, tetapi begitu dalam maknanya. Jika kita belajar dari kisah ini, kita akan sadar bahwa kedamaian hidup tidak hanya bergantung pada ibadah lahiriah, tetapi juga pada bagaimana kita memandang orang lain. Mengubah cara berpikir dari menghakimi menjadi memahami adalah bagian dari kemenangan sejati di Idul Fitri.

Mari kita ambil contoh dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ada teman yang pernah menyakiti kita dengan ucapannya. Biasanya, kita akan terus mengingat kata-katanya dan merasa sakit hati. Tapi, kalau kita mencoba melihatnya dari sisi lain—mungkin ia sedang mengalami masa sulit, mungkin ia tidak sadar ucapannya menyakitkan—maka perlahan kita akan lebih mudah memaafkan.

Idul Fitri adalah momentum untuk melakukan ini. Bukan hanya sekadar bersalaman dan meminta maaf secara formal, tetapi benar-benar berusaha untuk memandang orang lain dengan lebih positif.

Mengubah pola pikir memang butuh waktu, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Kita bisa mulai dengan langkah kecil. Biasakan mengingat kebaikan orang lain, sekecil apa pun itu. Coba setiap hari, temukan satu hal baik dari seseorang yang mungkin selama ini kurang Anda sukai. Ubah cara berbicara—saat membahas orang lain, usahakan lebih banyak menyebut kelebihannya daripada kekurangannya. Berhenti fokus pada kesalahan. Jika seseorang melakukan kekhilafan, coba pahami alasannya sebelum menghakimi. Dan yang tak kalah penting, latih hati untuk memaafkan. Tidak harus terburu-buru, tapi sedikit demi sedikit, lepaskan beban kebencian agar hati lebih ringan dan damai.

Dengan melakukan ini, kita tidak hanya membuat hidup kita lebih tenang, tetapi juga menjadikan dunia di sekitar kita terasa lebih indah.

Red Car Theory mengajarkan bahwa apa yang kita cari dalam hidup, itulah yang akan kita temukan. Jika kita ingin hidup lebih damai dan bahagia, maka kita harus mulai mencari dan melihat kebaikan, bukan terus-menerus mencari kesalahan.

Idul Fitri adalah kesempatan emas untuk mengubah pola pikir. Jika sebelumnya kita lebih sering terpaku pada kekurangan orang lain, kini saatnya melatih diri untuk melihat sisi terbaik mereka. Sebab, kemenangan Idul Fitri bukan sekadar simbolis, melainkan harus benar-benar tercermin dalam sikap dan cara kita memandang dunia.

Kita semua pernah khilaf, lisan pernah tergelincir, hati pernah tersulut. Namun, apakah hidup hanya untuk terus mencari kesalahan? Kini saatnya mengubah arah pandang. Lihatlah orang-orang di sekitar mulai dari keluarga, sahabat, teman sejawat bahkan mereka yang kadang membuat kita kesal, dan kemudian temukan kebaikan dalam diri mereka, sekecil apa pun itu.

Karena sejatinya, kebaikan selalu ada. Hanya saja, terkadang kita terlalu sibuk mencari celah hingga melewatkannya. Mulailah dari yang terdekat: dari rumah, dari lingkungan kerja, dari interaksi sehari-hari. Semakin kita membiasakan melihat kebaikan, semakin damai hati kita, semakin ringan langkah menjalani hidup.

Mari rayakan Idul Fitri dengan hati yang benar-benar bersih, bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga dalam cara kita memandang dan memperlakukan sesama. Bukan hanya dengan tangan yang saling berjabat, tetapi juga dengan pikiran dan hati yang lebih jernih.

Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Idul Fitri ini membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih damai, dan lebih bahagia. []

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Genosida, Sebuah Kajian Sosial  Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak, LPPA PWA ....

Suara Muhammadiyah

10 June 2024

Wawasan

Idul Fitri Tradisi Menyemai Nilai Autentik Oleh: Rumini Zulfikar (GusZul), Penasehat PRM Troketon ....

Suara Muhammadiyah

15 April 2024

Wawasan

Spirit Nuzulul Qur’an: Pembangun Peradaban Islam Oleh: Dwi Kurniadi, Kader IMM Pondok Shabran....

Suara Muhammadiyah

19 March 2025

Wawasan

Oleh: Nur Ngazizah, S.Si. M.Pd يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱ�....

Suara Muhammadiyah

29 November 2023

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Pencapaian ilmiah mengalami lonjakan dahsyat di masa pemerintahan khalifah Al M....

Suara Muhammadiyah

26 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah