YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Universitas Ahmad Dahlan baru selesai menyelenggarakan Ujian Akhir Semester (UAS) Gasal TA. 2024/2025. Ini artinya mahasiswa akan memasuki libur panjang. Adapun dalam kalender akademik, tertera bahwa nantinya mereka aktif perkuliahan di semester genap pada hari ke-10 bulan Ramadhan. Atas dasar itu, Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan (PERSADA) mengundang dr. H. Agus Taufiqurrahman, Sp.S., M.Kes. untuk memberikan taushiyah. Di samping bahwa, bulan Januari merupakan milad PERSADA, sehingga agenda tersebut sekaligus sebagai pengajian dan penutup dalam serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pembinaan Kesehatan Umum, Kesejahteraan Sosial dan Resiliensi Bencana hadir di Amphiteater Fakultas Kedokteran didampingi Mudir PERSADA, H. Thonthowi, S.Ag., M.Hum usai shalat isya berjamaah, Rabu (22/1).
Dalam sambutannya, Mudir menyampaikan pada para santri agar istikomah dalam beramal shalih dan memanfaatkan kesempatan di usia muda. Usai membacakan potongan QS. An-Nisa: 108, beliau mewanti-wanti.
"Jangan sampai kita memiliki sifat yang disebutkan dalam ayat ini. Kita mungkin bisa menyembunyikan tindakan dari pandangan manusia, dari teman, orang tua, atau siapa pun. Namun, ingatlah bahwa kita tidak akan pernah bisa lari dan bersembunyi dari pandangan Allah. Oleh karena itu, berbuatlah ihsan dan amal shaleh di mana pun berada," tegas beliau.
Memasuki acara inti, dr. Agus mengawali muqadimahnya dengan mengingatkan pentingnya profesionalisme. Di antara hikmah larangan berbicara saat khatib sedang berkhutbah, menunjukkan bahwa Islam mengajarkan agar seseorang mampu menyimak dengan baik. Pesan orang tua jaman dulu juga mendidik bahwa hikmah dijadikan satu mulut dengan dua telinga ialah jika ingin maju, banyaklah mendengar lebih dulu.
Profesionalisme dapat ditunjukkan dengan bagaimana ia memperlakukan orang lain. “kita memperlakukan orang lain, sebagaimana kita ingin diperlakukan. Jika ingin dimuliakan, biasakan memuliakan partner dan hormati orang yang layak dihormati. Inilah nilai yang tidak ada dalam lembar ijazah,” tutur dr. Agus.
Mahasiswa perguruan tinggi Muhammadiyah/ Aisyiyah, apatah lagi santri perlu memiliki karakter unggul spiritual, unggul intelektual dan unggul dalam peran sosial. Santri dibekali dengan softskill untuk meraih kesuksesan. Adapun tangga untuk mewujudkan hal itu, bisa dengan membiasakan 3T, yakni tertib ibadah, tertib belajar dan tertib berorganisasi atau mengembangkan karakter dengan serangakian kegiatan organisasi.
Memasuki waktu liburan, pesan yang juga tidak boleh diabaikan ialah agar tertib ibadahnya perlu dijaga. Salat yang utama, bahwa salat adalah amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat.
“jika kita sudah tahu bahwa amal pertama yang dihisab ialah salat, tentu tidak akan main-main. Salat menjadi penentu segalanya, lantas bagaimana mungkin kita masih main-main dengannya?,” tanya dr. Agus dengan nada retoris.
Jangan tertipu dengan usia, lanjut dr. Agus, karena syarat mati tidak harus tua. Jangan terperdaya dengan tubuh yang sehat, karena syarat mati tidak harus sakit. Jangan terperdaya dengan harta dan kekayaan, karena keduanya tidak dibawa mati. Perbanyaklah doa, Allahummakhtim lana bil islam, wakhtim lana bil iman, wakhtim lana bihusnil khatimah. Kemudian bermuhasabah dan tanyakan pada diri masing-masing, jika bermain gadget atau online berjam-jam saja kuat, masa ibadah yang tidak sampai 15 menit tidak kuat?
Sebelum mengakhiri taushiyahnya, beliau menutup dengan pesan pentingnya berbakti pada orangtua.
“Jangan merepotkan mereka, sebaliknya buatlah mereka bangga,” tegasnya.
Bahwa cara terbaik berbakti pada orangtua ialah dengan menjadikan orangtua bangga. Memberi kesempatan kepada mereka, mampu melihat anak-anaknya sukses sebelum mereka tutup usia. Melihat anak-anaknya sukses dan bahagia adalah harapan setiap orangtua. (DF).