SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY menyelenggarakan Baitul Arqam di Balai Pemerintah Desa Yogyakarta, Jetis, Tirtomartani, Kalasan, Sleman. Selama tiga hari sejak tanggal 27-29 Oktober 2023, acara ini dihadiri oleh jajaran pengurus Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) dan Pimpinan Wilayah Nasyiyatul Aisyiyah (PWNA) DIY. Total tamu yang hadir sebanyak 60 orang terdiri dari 24 anggota PWPM dan 36 anggota PWNA.
“Memperkuat Spirit Gerakan Dakwah Organisasi Otonom, Aktualisasi Solidaritas Aktivis Dakwah Muhammadiyah di DIY” menjadi tajuk kegiatan yang bertujuan untuk menguatkan solidaritas antarkader dalam berdakwah. Baitul Arqam ini dibuka pada Jumat, 27 Agustus 2023 secara simbolik dengan penyerahan peserta Baitul Arqam.
Ketua MPKSDI, Andy Putra Wijaya mengatakan, “Organisasi otonom merupakan kepanjangan tangan persyarikatan dalam mengembangkan dakwah. Perjuangan dakwah ortom harus senantiasa solid karena mudah terpecah dan goyah. Oleh sebab itu, ortom tingkat wilayah harus bersatu padu dan kompak satu kata ketika mengalami suatu ujian. Maka dari itu, solidaritas harus selalu dijaga,” ucapnya.
Baitul Arqam PWPM-PWNA merupakan acara yang pertama kali dilakukan pada periode ini. Berbeda dengan sebelumnya, Baitul Arqam 2023 mengajak serta anggota keluarga untuk menghadiri acara. Alasannya adalah untuk meneruskan pengetahuan ideologi Muhammadiyah kepada anak-anak sebagai generasi penerus.
MPKSDI berharap semua anggota dapat mengikuti kegiatan Baitul Arqam dengan sebaik-baiknya. Setelah itu, mereka dapat mentransfer pengetahuan dan value terkait ideologi Muhammadiyah yang telah didapat dengan baik.
M.Ikhwan Ahada, Ketua PWM DIY membuka acara ini dengan menyampaikan keynote speech terkait ideologi dan pengkaderan Muhammadiyah. “Pada acara Baitul Arqam ini, terdapat dua cara pengkaderan selain pengkaderan formal, yakni pengkaderan keluarga, dan pengkaderan budaya,” terangnya.
Dirinya juga menyampaikan, terdapat 3 konsekuensi beragama Islam dalam manhaj Muhammadiyah. Yang pertama adalah Islam menuntut kita untuk memantik dan menguatkan aqidah yang sakinah. Yang kedua Islam menuntut kita memantik dan menumbuh suburkan amal saleh sebagai implementasi dari iman. Yang ketiga yakni memantik dan mengoptimalkan daya insani dalam berakal sehat dan berbudi.
Tiga hal ini sesungguhnya telah hadir sejak masa perjuangan dakwah KH. Ahmad Dahlan yang telah berijtihad dalam memahami Islam tidak cukup hanya menguatkan iman, namun juga mengimplementasikannya dalam kerangka amal saleh. Amal saleh ini kemudian dilembagakan sebagai wujud implementasi Islam dan cara pandang Muhammadiyah.
“Bermuhammadiyah itu bagaimana kita mengoptimalkan nalar sehat kita untuk menjalankan agama. Goal setting-nya adalah bagaimana Muhammadiyah mengangkat seseorang menjadi pribadi yang Merdeka,” jelasnya.
Beliau memandang bahwa bangunan ideologi Muhammadiyah kuat dan tidak rapuh. Namun, perjuangan dakwah Muhammadiyah tidak cukup pada perjuangan KH. Ahmad Dahlan. Namun, tetap harus istiqomah dan berkelanjutan. Berdasarkan QS. Ali Imran ayat 110, Muhammadiyah memandang Islam menjadi agama yang humanis, moderat, dan transedensi (hidup secara bermakna).
Muhammadiyah bukan hanya sebuah perkumpulan, tapi juga harmonisasi dalam memanusiakan manusia. Dalam Bermuhammadiyah, sinergi, kohesi, dan kolaborasi merupakan hal mutlak. Dengan ketiga hal tersebut, dapat merekatkan hubungan dalam mengompakan kerja antar lembaga, serta kolaborasi dengan stakeholder internal eksternal.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi pertama oleh Iwan Setiawan, Wakil Ketua PWM DIY tentang Tujuh Pokok Pikiran Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM).
Pada kesempatan ini, PWPM dan PWNA berdiskusi aktif terkait dengan isu-isu dakwah terkini. Ketua PWNA DIY, Syahdara Anisa Makruf berkata, “Saat ini, kami memandang peran perempuan berubah menjadi subjek perubahan dakwah, bukan lagi menjadi objek perubahan di masyarakat” tuturnya.
Selama tiga hari, pengurus PWPM dan PWNA akan mempelajari dan berdiskusi terkait 9 materi yakni peran tauhid dalam kehidupan sehari-hari, strategi dan integrasi gerakan ilmu-amal, profil kader PWPM dan PWNA yang ihsan, revitalisasi gerakan pengembangan jaringan dan negosiasi, manhaj tarikh Muhammadiyah, Islam berkemajuan dan peta gerakan keislaman di Indonesia, akhlak berorganisasi dan pola kepemimpinan, serta muatan wawasan isu strategis perempuan dan anak.
Tak hanya duduk diam mendengarkan, pengurus PWPM dan PWNA juga melakukan ibadah shalat lail bersama, berolahraga, dan outbond.