Peran Pemimpin Umat Islam

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
45
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Peran Pemimpin Umat Islam

Oleh: Prof Dr Haedar Nashir, M.Si

Para pemimpin baik secara individual maupun kolektif maupun sistem di dalam dirinya melekat amanat yang harus ditunaikan sebagai bentuk kewajiban dan tanggung jawab kepemimpinan. Pemimpin umat, termasuk pemimpin Persyarikatan, memiliki amanat nilai luhur sebagai ikatan moral keagamaan bahwa kepemimpinannya akan diminta pertanggungjawaban lahir dan batin serta dunia dan akhirat.

Pemimpin umat Islam saat ini tidak cukup berkarakter dan berorientasi normatif semata, yakni sebatas berpatokan tentang benar dan salah dalam melihat dan membina kehidupan umat. Apalagi menjadi pemimpin demagog, yakni pembawa isu yang cenderung  membakar emosi umat dalam menghadapi keadaan, sehingga sebagian umat menjadi reaksioner dan keras dalam kehidupannya.

Pemimpin umat Islam saat ini sungguh berat tanggung jawabnya dalam membangkitkan dan membawa kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan berbasis pada nilai-nilai ajaran Islam  di tengah gelombang perubahan dan perkembangan zaman. Umat Islam sebagai mayoritas masih tertinggal di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya sehingga dalam dunia politik pun belum berdaya sebagai aktor penentu.

Pemimpin Umat

Kepemimpinan umat atau pemimpin keumatan berlaku di lingkungan gerakan dan organisasi keislaman yang dalam referensi umum dikenal sebagai “pemimpin agama” atau “pemimpin keagamaan”. Pemimpin agama atau umat tidak khusus mengurus urusan keagamaan yang bersifat sempit atau terlepas dari urusan keduniaan.

Pemimpin umat atau pemimpin agama niscaya mengurus keduniaan, tetapi basis nilai dan spirit atau panggilan (calling) kepemimpinannya dilandasi oleh dan melekat dengan agama. Pemimpin umat atau pemimpin agama  ada yang secara organik melekat dengan  kepemimpinan agama seperti “Tahta Suci Vatikan” yang berpusat di Roma di bawah kepemimpinan Paus dalam tradisi dan praktik agama Katolik. Di luar itu pemimpin agama teraktualisasi dalam kepemimpinan organisasi kemasyarakatan, serta dalam kehidupan politik hadir sebagai elite agama dalam negara atau partai politik di luar struktur institusi keagamaan. Bahkan ada pemimpin agama murni dalam komunitas umat beragama.

Dalam praktik kepemimpinan negara di dunia Islam para pemimpinnya tidak otomatis mereka yang “ahli agama” (ulama) tetapi terdiri dari para pemimpin pada umumnya. Namun dasar negara dan karakter kepemimpinan kenegaraannya ialah agama yakni Islam, meskipun bentuk negaranya dapat bermacam macam seperti kerajaan semisal Saudi Arabia atau Republik semisal Mesir atau lainnya. Di sini terjadi relasi yang rumit  antara figur dan sistem yang beririsan dengan agama maupun aspek keagamaan dengan struktur negara. Karenanya menjadi reduksi manakala kepemimpinan agama diidentikkan dengan sistem negara semata, lebih-lebih sistem negara Islam yang tunggal dan absolut yang sejatinya produk ijtihad.

Kepemimpinan dalam perspektif Islam menurut Imam Al-Mawardi, “al imamah maudhuatu li-khilafati al-nubuwat fi-harasati al-dini wa-siyasati al-dunya”, bahwa kepemimpinan ialah proyeksi dari fungsi kenabian dalam hal menegakkan agama dan mengurus dunia. Artinya kepemimpinan dalam Islam memadukan nilai sekaligus merupakan fungsi tugas agama dan keduniaan, sehingga bukan kepemimpinan teosentrisme atau rahbaniyah semata sebaliknya bukan kepemimpinan teosentrisme apalagi sekular. Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan dalam relasi habluminallah dan habluminannas yang memerlukan pemahaman sekaligus khazanah keilmuan dan pemahaman terhadap realitas sosio-antropologis yang luas.

Kepemimpinan dalam Islam tidak dapat bercorak normativitas semata, sebaliknya tidak bersifat praktis belaka, tetapi perpaduan nilai dan realitas. Kepemimpinan Islam harus mengemban misi rahmatan lil-‘alamin (QS Al-Anbiya: 107). Kepemimpinan untuk membumikan Islam sebagai agama yang memajukan peradaban (Din al-Hadlarah). Kepemimpinan yang mencerahkan (tanwir) kehidupan dari kegelapan kepada cahaya  yang dijiwai Islam. Kepemimpinan yang membawa perubahan (taghyir) kepada kemajuan hidup sepanjang kemauan ajaran Islam untuk menjawab tantangan zaman (shalihu li-kulli zaman wa makan). Bukan kepemimpinan dogmatik dan demagogi, tetapi pemimpin transformatif yang membumi di dunia nyata dan membawa perubahan bagi kemajuan gerakan.

Problem dan agenda kepemimpinan umat ialah mentransformasikan nilai-nilai Islam ke dalam realitas kehidupan nyata diri dalam bentuk keteladanan dan dalam kehidupan umat sebagai Islam yang nyata atau menjadi Islam historik. Islam menjadi “life practice” (praktik hidup) atau “life experience” (pengalaman hidup) sebagai embrio terbentuknya Islam sebagai kebudayaan, lebih jauh lagi Islam sebagai bangunan peradaban. Dalam konteks internalisasi dan institusionalisasi Islam dalam bentuk praktik dan pengalaman hidup, kebiasaan atau tradisi (habit, tradistion), kebudayaan (cultural, culture), dan lebih tinggi peradaban (civilization) maka posisi dan peran pemimpin umat sangat penting sebagai  aktor penentu dan “role model” (uswah hasanah).

Menghadapi Perkembangan

Pada era dunia yang makin mengglobal di tengah alam pikiran postmodern dan multikultural serta diwarnai revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, semakin diperlukan kepemimpinan umat Islam yang mampu membawa umat Islam hidup secara adaptif tanpa kehilangan keislamannya. Lebih khusus, bahkan para pemimpin umat Islam mampu menjadi shibghah paling kuat dan kepeloporan berkarakter mujadid atau pembaru dalam menghadapi zaman baru yang kompleks itu. Di sinilah pentingnya perubahan orientasi kepemimpinan di tubuh umat Islam sendiri dari kepemimpinan normatif ke kepemimpinan transformatif.

Pemimpin umat Islam termasuk di dalamnya pemimpin Muhammadiyah dalam mengejawantahkan amanah ke dalam fungsi-tugas kepemimpinan secara transformatif dalam wujud memobilisasi potensi, mengagendakan perubahan, dan memproyeksikan masa depan menuju kehidupan berkemajuan dalam berbagai aspek kehidupan berbasis ajaran Islam. Jadi diperlukan pergeseran orientasi kepemimpinan dari pola kepemimpinan dogmatik-normatif ke kepemimpinan profetik-transformatif. Model kepemimpinan profetik-transformatif relevan dengan kondisi dan perkembangan zaman di era modern abad ke-21. Era revolusi 4.0., 5.0., 6.0., era postmodern, dan era antroposen yang kompleks dan multikultural.

Karakter kepemimpinan Islam di Muhammadiyah meniscayakan dan bersifat kemajuan. Kepemimpinan yang berorientasi pada pergerakan yang sejalan dengan fungsi kepemimpinan profetik-transformatif Islam. Pola kepemimpinan profetik-transformatif  itu  meneladani Nabi Muhammad yang diaplikasikan oleh Kyai Dahlan dalam gerakan Islam berkemajuan yang bercorak reformis-modernis untuk menjawab tantangan zaman. Kepemimpinan yang berbasis nilai Islam yang membawa perubahan ke arah kemajuan  di segala bidang kehidupan. Nabi diposisikan dan diteladani bukan sebatas pada pola kehidupan sehari-hari, tetapi lebih luas sebagai Rasul pembangun peradaban al-Madinah al-Munawwarah. Dari misi kerisalahan Muhammad yang utama  itu lahir peradaban Islam berkemajuan berabad-abad lamanya yang bersifat kosmopolitan dan mendunia di era Kejayaan Islam.

Kepemimpinan profetik-transformatif dalam Muhammadiyah identik dengan “pemimpin kemajuan Islam” atau “pemimpin Islam berkemajuan” sebagaimana pernyataan Kyai Ahmad Dahlan dengan istilah sebagai “pemimpin kemajuan Islam”. Yakni pemimpin yang menghidupkan akal pikiran, pendidikan, membedakan yang berakal dan bodoh, serta  menjadikan “Agama bercahaya”. Menurut pendiri Muhammadiyah, “Agama itu pada mulanya bercahaya, berkilau-kilauan, akan tetapi makin lama makin suram, padahal yang suram bukan agamanya, akan tetapi manusianya yang memakai agama.”. Karenanya, para pimpinan umat dan khususnya Muhammadiyah di seluruh tingkatan dan organ Persyarikatan niscaya hadir terus menerus tanpa kenal lelah sekaligus membumi di dunia nyata sebagai aktor utama penggerak  Islam berkemajuan yang mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta!

Sumber: Majalah SM Edisi 09 Tahun 2024


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

PALESTINA DAN UJIAN KEMANUSIAAN Palestina dapat dikatakan sebagai wilayah yang mempunyai sejarah te....

Suara Muhammadiyah

5 December 2023

Editorial

IKHTIAR MENYELAMATKAN SEMESTA Apa jadinya jika negara-negara sponsor Hak-hak Asasi Manusia (HAM) du....

Suara Muhammadiyah

21 December 2023

Editorial

MASJID, KAFE, DAN ANAK MUDA Pertanyaan yang agak menghenyakkan itu dilontarkan oleh Prof Irwan Akib....

Suara Muhammadiyah

19 April 2025

Editorial

Elite Politik Menjaga Situasi Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 terus bergerak maju sampai tiba 14 Fe....

Suara Muhammadiyah

6 January 2024

Editorial

Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, MSi Gerakan Muhammadiyah saat ini dan ke depan semakin dihadapkan pa....

Suara Muhammadiyah

31 May 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah