LAMONGAN, Suara Muhammadiyah — Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fathurrahman Kamal hadir dalam Resepsi Milad ke-113 Muhammadiyah di Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (22/11). Pada kesempatan itu, Fathur mengajak untuk mereformasi spiritual umat, di mana iman tidak selalu stabil dan membutuhkan penyegaran melalui doa, ibadah, dan konsistensi dalam ketaatan.
“Pembaruan iman merupakan prinsip dasar gerakan Muhammadiyah. Muhammadiyah tidak boleh dipahami hanya sebagai organisasi sosial yang mengikuti suasana, tetapi sebagai jamā‘ah dakwah dan tajdīd yang berdiri di atas prinsip perjuangan. Yang penting, apakah perjuangan ini mengantarkan kita menuju surga?” ujarnya, menekankan pentingnya keikhlasan dan orientasi akhirat dalam berkhidmat.
Dalam mengulas Surah Ibrahim ayat 5, Fathurrahman menyoroti tiga kata kunci penting: misi menyelamatkan umat dari kegelapan menuju cahaya Islam, perintah mengingat hari-hari Allah (ayyamullah), dan karakter pejuang yang memiliki kesabaran serta kesyukuran tinggi (kathīr as-sabr dan kathīr as-syukr). Ia menegaskan bahwa cahaya kebenaran dalam Al-Qur'an hanya satu, yakni Islam, sementara bentuk-bentuk kegelapan selalu banyak dan beragam.
Mengutip tafsir Imam al-Qurthubi, beliau menekankan bahwa tugas ulama dan pemimpin adalah terus mengingatkan umat tentang ayyamullah, yakni momen-momen besar dalam sejarah ketika Allah memberikan nikmat maupun azab kepada kaum terdahulu. “Pengingat sejarah, bukan sekadar kisah, melainkan sarana memupuk keteguhan hati, kesadaran spiritual, dan kewaspadaan moral,” katanya.
Fathurrahman mencontohkan episode sejarah Nabi Musa dan Bani Israil, menegaskan bagaimana kekejaman Fir’aun dan keteguhan Nabi Musa menjadi cermin abadi tentang sunnatullah. “Kalau warga Muhammadiyah hari ini membangkang kepada Muhammadiyah, mereka juga akan menerima akibat sejarah,” tuturnya, mengingatkan pentingnya disiplin dan loyalitas dalam perjuangan dakwah.
Beliau mengingatkan bahwa perjalanan dakwah tidak lepas dari pengorbanan, ujian, dan bahkan pengkhianatan, sebagaimana dialami Rasulullah pada Badar, Uhud, dan berbagai momen penting lain. Memahami sejarah perjuangan umat Islam, menurutnya, adalah cara terbaik untuk meneguhkan kembali semangat dakwah dan menghindari sikap meremehkan usaha Persyarikatan.
Dalam konteks Milad Muhammadiyah ke-113, Fathurrahman mengajak warga Persyarikatan untuk meneguhkan kembali semangat pembaruan dan keteladanan KH Ahmad Dahlan. “Harus menjadi energi moral dalam mengelola amal usaha, khususnya di bidang pendidikan dan dakwah, agar tetap berada dalam koridor yang lurus dan berkemajuan,” tandasnya. (Indra/Cris)


