SIDAYU, Suara Muhammadiyah - Matahari Ahad pagi, 10 Agustus 2025, baru saja merangkak naik ketika Jalan Raya Sidayu berubah menjadi lautan manusia. Ratusan warga tumpah ruah, memenuhi sisi kiri dan kanan jalan, sementara derap langkah peserta Gerak Jalan Tradisional terdengar berirama, memecah suasana pagi menjadi meriah.
Dari Desa Wadeng hingga Alun-alun Sidayu, hampir 221 regu bergerak membawa semangat kemerdekaan yang tak lekang oleh waktu. Sorak-sorai penonton bersahutan, memberi energi pada setiap langkah. Ada yang membawa bendera, ada pula yang mengenakan kostum unik, semuanya bersatu dalam satu rasa: kebanggaan akan kemerdekaan Republik Indonesia yang kini genap berusia 80 tahun.
Bagi warga Sidayu, Gerak Jalan Wadeng–Sidayu bukan sekadar lomba ketahanan fisik. Ia adalah tradisi, sebuah penanda bahwa bulan kemerdekaan telah tiba. Diselenggarakan oleh Pemerintah Kecamatan Sidayu, kegiatan ini telah menjadi magnet tahunan yang memikat warga dari berbagai lapisan.
Salah satu peserta yang mencuri perhatian adalah Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Sidayu. Tahun ini, mereka mendapat Regu Kehormatan dengan huruf G.
“Gerak Jalan Tradisional Wadeng–Sidayu merupakan agenda tahunan dengan sejarah panjang. Kami merasa terhormat bisa menjadi bagian dari tradisi ini,” ujar Ahmad Fani Alfian, Ketua Umum PCPM Sidayu, dengan senyum penuh arti.
Semangat itu juga disuarakan oleh Muhammad Firyal Azmi, Anggota PCPM Sidayu ikut partisipasi. “Kami bangga bisa berpartisipasi. Ini bentuk dukungan kami untuk terus bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan di Kecamatan Sidayu,” ungkapnya.
Langkah-langkah kaki itu akhirnya tiba di garis akhir di Alun-alun Sidayu. Meski lelah terlihat di wajah para peserta, mata mereka berbinar. Tradisi ini bukan hanya soal jarak yang ditempuh, melainkan tentang jarak yang berhasil dijembatani antara generasi muda dan sejarah bangsanya.
Di Sidayu, kemerdekaan bukan sekadar dikenang. Ia dihidupkan kembali, setapak demi setapak. (Azhar)