YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Djazman Al-Kindi Kota Yogyakarta melalui bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) bersama Bidang Hikmah menggelar diskusi insidental bertajuk “Bencana Akibat Buta Terhadap Politik” pada Rabu (10/12) di Luang Waktu Kopi, Yogyakarta.
Kegiatan ini menjadi ruang refleksi kritis bagi kader IMM dalam membaca keterkaitan antara kebijakan politik dan lahirnya bencana ekologis, sekaligus sebagai respons atas maraknya bencana yang tak lagi dapat dipahami semata sebagai fenomena alam. Banyak bencana dinilai sebagai man made disaster yang bersumber dari kebijakan tata ruang yang keliru, lemahnya penegakan hukum, serta praktik korupsi dalam perizinan eksploitasi sumber daya alam.
Sebagai pemateri, Ahmad Ahid Mudayana, SKM, MPH, Ketua Majelis Lingkungan Hidup PWM DIY, menegaskan bahwa keputusan politik yang tidak ramah lingkungan berkontribusi langsung terhadap krisis ekologis yang dialami masyarakat, "Sikap apatis mahasiswa dan masyarakat terhadap politik memperbesar ruang lahirnya kebijakan yang merugikan publik," tuturnya.
Ia juga mengaitkan perspektif keislaman terhadap isu lingkungan. Al-Qur’an melalui QS Ar-Rum ayat 41, menjadi titik tekan bahwa kerusakan di darat dan laut adalah akibat perbuatan tangan manusia. Sementara konsep “kebutaan” dalam QS Al-Jumu’ah ditafsirkan sebagai hilangnya kesadaran politik umat dalam mengawal kebijakan publik.
Mengutip QS Al-Baqarah ayat 30, Ahid menekankan peran manusia sebagai khalifah dan potensi kerusakan. "Ketika kita merujuk di dalam surat Al-Baqarah ayat 30 itu sudah jelas ya bahwa ketika Allah menunjuk umat manusia sebagai khalifah di muka bumi itu. Padahal engkau tahu bahwa manusia ini akan berbuat kerusakan. Jadi di dalam Al-Qur'an itu sudah jelas disebutkan bahwa memang manusia itu akan berbuat kerusakan di muka bumi," ujarnya.
Ketua Bidang RPK, Daffa Nur Fauzy menuturkan bencana alam itu bisa jadi tidak ada. "Kerusakan atau baik alamnya ini tergantung manusianya, jangan sampai ada perkataan "bencana alam" lagi." pungkasnya.
Selain itu, Ketua Bidang Hikmah Muhammad Faqih Mukhtar menegaskan diskusi ini tidak hanya sekedar mendengar, tetapi juga memahami dan mengkritisi isu lingkungan sebagai bagian dari isu kemanusiaan.
"Oleh karena itu malam ini kita berkumpul tidak hanya sekedar untuk mendengarkan, tetapi juga untuk memahami, mengkritisi dan juga menyadarkan diri kita, bahwa isu lingkungan ini juga merupakan isu kemanusiaan," tuturnya.
Dalam kegiatan ini, Ketua Umum PC IMM Djazman Al-Kindi Kota Yogyakarta, Ilham Jul Aiman turut menyampaikan diskusi ini merupakan transisi dari aksi kemanusiaan ke refleksi intelektual.
"Setelah 5 hari ke belakang kita sudah melakukan aksi kemanusiaan yaitu aksi galang dana, kemudian kita menutrisi otak kita terkait dengan apakah ini merupakan bencana alam atau memang ini hanya bencana yang diakibatkan oleh manusia," ucapnya.
Ilham menambahkan landasan diskusi melalui QS Ar-Rum ayat 41 bahwa kerusakan yang tampak merupakan akibat ulah manusia itu sendiri. "Karena dalam Qur’an surah Ar-Rum ayat 41 dijelaskan bahwasanya telah tampak kerusakan di bumi di udara dan di laut itu akibat oleh tangan manusia gitu," tambahnya.
Melalui diskusi ini, PC IMM Djazman Al-Kindi berharap kader IMM tidak lagi memandang politik sebagai ruang yang jauh dari nilai moral, melainkan sebagai arena penting untuk menjaga keadilan ekologis dan keselamatan masyarakat luas. (Nif/Anggi)


