Oleh: Ir Tito Yuwono, ST., MSc., PhD., IPM, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sungguh bahagia
Dicinta Sang Pencipta, Allah Azza wa Jalla
Hamba yang berlaku adil kepada sesama
Hamba yang berjuang di jalan Allah Ta’ala, Rabbul Izzati
Pasukan kuat dan kokoh dengan barisan teratur rapi
Hamba yang tenang, tidak mudah marah
Hamba yang tenang, tidak tergesa-gesa
Pada tulisan sebelumnya telah dibincangkan berkaitan dengan orang-orang yang dicintai Allah Ta’ala (https://suaramuhammadiyah.id/read/orang-orang-yang-dicintai-allah-ta-ala-bagian-1). Di antara orang-orang yang dicintai oleh Allah Ta’ala adalah orang-orang yang gemar berbuat kebaikan, orang-orang yang senantiasa bertaubat dan mensucikan diri serta orang-orang yang sabar.
Pada tulisan ringan kali ini akan dibincangkan lebih lanjut berkaitan dengan orang-orang dicintai oleh Allah Ta’ala lainnya yaitu orang yang berlaku adil, orang yang berjuang di jalan Allah Ta’ala dengan rapi dan teratur dan orang yang tenang (tidak mudah emosi dan tidak tergesa-gesa)
Orang-orang yang berlaku adil
Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 42:
سَمَّٰعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّٰلُونَ لِلسُّحْتِ ۚ فَإِن جَآءُوكَ فَٱحْكُم بَيْنَهُمْ أَوْ أَعْرِضْ عَنْهُمْ ۖ وَإِن تُعْرِضْ عَنْهُمْ فَلَن يَضُرُّوكَ شَيْـًٔا ۖ وَإِنْ حَكَمْتَ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِٱلْقِسْطِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.
Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya yang tepat, memberikan hak kepada yang berhak, dan tidak berbuat zalim. Adil juga bermakna berlaku obyektif, tidak memihak, dan bertindak sesuai kebenaran.
Berlaku adil dilakukan kepada siapapun hatta terhadap orang yang berlaku dzalim. Walaupun yang datang untuk minta keadilan adalah orang yahudi yang gemar mendengar berita bohong dan memakan harta haram, maka keputusan terhadap suatu perkara yang diajukan tetaplah memegang prinsip keadilan, objektif dan tidak memihak. Terkadang berat untuk melakukan yang demikian, namun keadilan harus ditegakkan. Jika yang biasa berbuat dzalim memang dalam posisi benar, maka dihakimi dengan benar.
Terhadap orang dzalim pun kita diminta untuk berlaku adil, apalagi terhadap orang-orang baik di sekitar kita. Seperti anak-anak kita, murid-murid kita dan lain-lain. Maka ketika kita mampu berbuat adil, maka Allah akan mencintai kita.
Orang-orang yang berjihad di jalan Allah yang teratur dan terorganisir
Allah Ta’ala berfirman dalam Quran Surat Ash-shaf ayat 4:
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَٰنٌ مَّرْصُوصٌ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Jihad merupakan amalan ibadah yang sangat berat lagi besar pahalanya. Apalagi jihad dalam makna berperang melawan penjajahan orang-orang kafir. Dalam jihad, bukan hanya materi dan badan yang dikorbankan, namun juga nyawapun siap dikorbankan. Dan pasukan yang berjihad di jalan Allah Ta’ala dengan teroganisasi dengan baik dan teratur sehingga pasukan tersebut kokoh maka Allah Ta’ala mencintai yang demikian.
Dalam konteks yang lebih luas juga bisa dimaknai bahwa ikhtiar-ikhtiar kebaikan yang dilakukan secara berjamaah, maka hendaknya dilakukan secara teratur dan terorganisasi dengan baik. Masing-masing bidang mempunyai fokus tugas tersendiri yang semuanya mendukung misi organisasi. Terdapat panduan yang menjadi acuan dan disepakati bersama.
Hal demikian akan menyebabkan Allah Ta’ala mencintai gerakan kita. Gerakan kita akan semakin dimudahkan dan diberikan kelancaran dalam mencapai tujuan. Orang yang tenang, tidak mudah emosi (hilm) dan tenang, tidak mudah marah (anah)
Rasulullah bersabda ﷺ:
إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ
Artinya; “Sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah yaitu sifat al-hilm (mampu menahan emosi) dan al-anah (sikap tenang dan tidak tergesa-gesa)." (HR Imam Muslim)
Allah Ta’ala mencinta hamba yang mempunyai akhlaq Al-hilm dan Al-anah. Al-hilm adalah karakter tenang tidak mudah emosi dan tidak mudah marah. Sedangkan Al-anah adalah sikap tenang dan tidak tergesa-gesa.
Bagaimanapun genting perkara yang menimpa, maka hendaknya dihadapi dengan tenang dan tidak emosi. Rasulullah ﷺ adalah manusia terbaik dan memberikan keteladanan dalam hal ini. Ketika ada orang arab badui kencing di masjid, maka Rasulullah ﷺ tidak lantas menggertaknya ataupun mengusirnya.
Namun Rasulullah ﷺ dengan sifat hilmnya, Beliau minta para sahabat untuk tenang dan menunggu orang arab badui tersebut menyelesaikan kencingnya, kemudian Beliau minta air dan menyiramnya.
Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى أَعْرَابِيًّا يَبُولُ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ دَعُوهُ حَتَّى إِذَا فَرَغَ دَعَا بِمَاءٍ فَصَبَّهُ عَلَيْهِ
Artinya: “Dari Anas bin Malik bahwa Nabi ﷺ melihat seorang ‘Arab badui kencing di dalam masjid, beliau lalu bersabda: Biarkanlah. Setelah orang itu selesai, beliau meminta air dan menyiram bekasnya.” (HR Imam Bukhori).
Juga kisah Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori. Ketika Beliau ﷺ memakai selendang tebal dari Najran kemudian selendang tersebut di tarik dengan keras oleh seorang arab badui sampai lehernya berbekas karena tarikan tersebut, maka dihadapi oleh Rasulullah dengan senyuman.
Demikian keteladanan Rasulullah ﷺ yang sangat menakjubkan berkaitan dengan karakter ketenangan Beliau. Selain tenang dan tidak mudah emosi, karakter lain yang dicintai oleh Allah Ta’ala adalah tenang dan tidak mudah tergesa-gesa (Al-anah).
Tergesa-gesa akan potensi membawa dampai negatif baik bagi dirinya maupun orang lain. Mengendara kendaraan dengan tergesa-gesa akan berdampak pada kecelakaan yang korbannya dia sendiri dan orang lain.
Tergesa-gesa dalam pernikahan tanpa mengetahui lebih dalam berkaitan calon pasangannya akan berdampak pada mudah retaknya keluarga. Orang yang belum mempunyai pengalaman memimpin namun tergesa-gesa memimpin sebuah kaum ataupun negara akan berdampak pada ketidakstabilan negara sehingga rakyat yang menjadi korban.
Tergesa-gesa ini datangnya dari syaitan sedangkan tenang datangnya dari Allah Ta’ala. Sebagaimana hadis Rasulullah ﷺ:
الْأَنَاةُ مِنْ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنْ الشَّيْطَانِ
Artinya: “Al-anah (berhati-hati) dari Allah dan tergesa-gesa dari syaitan.” (HR Imam Tirmidzi)
Maka dalam setiap perkara hendaknya dilakukan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Hal ini akan menyebabkan Allah Ta’ala mencintai kita. Maka ketika Allah Ta’ala mencintai kita, sesuatu yang kita lakukan dengan tenang akan berdampak maslahat untuk banyak pihak.
Demikian, beberapa hal yang mendatangkan cinta dari Allah Ta’ala. Di antaranya adalah orang yang adil, arang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala dengan terorganisasi yang baik dan rapi, orang yang tenang dan tidak mudah emosi dan tidak tergesa-gesa.