BANTUL, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, Muhammadiyah dipahami sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw. Dalam pengertian yang lain, makna Muhammadiyah yaitu pelanjut dari misi risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw yang tugasnya menghadirkan Islam agama rahmatan lil ‘alamin.
“Kita memiliki tugas untuk melanjutkan misi Rasulullah menghadirkan Islam sebagai agama yang menyelamatkan manusia dalam kehidupannya. Agama yang membawa kebahagiaan bagi seluruh umat manusia bahkan menjadi rahmat bagi seluruh makhluk yang maujud di alam semesta,” katanya saat penerjunan Mubaligh Hijrah Mu’allimin, Ahad (16/2) di Kampus Terpadu Badut Lor, Argorejo, Sedayu, Bantul.
Menurut Mu'ti, di situlah relevansinya Muhammadiyah, lebih-lebih para kader-kadernya. Yakni menyemai benih-benih ajaran Islam hingga pelosok nun terjauh. “Dan kehadiran Islam adalah sebagai agama yang menghadirkan kemakmuran, kemajuan, dan menuntun manusia kepada jalan keselamatan. Yad'ū ilā dāris-salām, menuntun dan mengajak manusia kepada kehidupan damai,” tuturnya.
Muhammadiyah hadir di tengah kehidupan menjelma menjadi organisasi dan gerakan yang membuat bangsa berkemajuan. Juga menjadikan bangsa ini sebagai bangsa cerdas sesuai dengan amanat konstitusi sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Yakni untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
“Tidak perlu ada yang diragukan lagi bagaimana peran Muhammadiyah memajukan Indonesia. Dengan kiprahnya diberbagai bidang layanan sosial, terutama dibidang pendidikan. Muhammadiyah ingin lebih banyak lagi berbuat, yaitu mencerahkan semesta. Menyebarkan Islam sebagai agama pencerahan,” tegasnya.
Mu’ti mengungkapkan, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia yang masih eksis hingga hari ini. Tolok ukurnya, pertama sejak tahun 2011 sudah menjadi anggota permanen dari konsultatif mamber of ECOSOC. Kedua, Muhammadiyah telah memiliki 30 cabang istimewa yang tersebar di 30 negara di 5 benua. Ketiga, Muhammadiyah juga telah memiliki sister organization yang beroperasi di beberapa negara.
“Ketika disebut nama Muhammadiyah, tidak lagi bertanya ma huwa Muhammadiyah (apa yang dimaksud Muhammadiyah). Karena sudah menjadi bagian dari gerakan tingkat dunia, bahkan sekarang Muhammadiyah juga sudah semakin masyhur karena banyak para mahasiswa dan pelajar, juga berasal dari berbagai negara di dunia,” jelasnya.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah itu mengapresiasi program Mubaligh Hijrah yang dijalankan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah. Menurutnya, para peserta tidak hanya mengenalkan agama Islam, namun juga mengamalkan ilmunya di dunia nyata.
“Mereka ini adalah para anak panah yang pada akhirnya akan menjadi pionir bagi Muhammadiyah, penggerak Muhammadiyah, dan penggerak dakwah di mana mereka berada. Mereka yang ada di dalam negeri, bisa menjadi penggerak pendidikan di Indonesia, terutama di daerah 3t (tertinggal, terluar, terjauh),” tandasnya. (Cris)