METRO, Suara Muhammadiyah - Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Metro kembali menunjukkan keseriusannya dalam mewujudkan Museum Muhammadiyah Metro. Hal ini terlihat dalam rapat koordinasi lanjutan yang digelar pada Ahad, 20 Juli 2025, di Ruang Rapat Gedung Dakwah Muhammadiyah Kota Metro. Fokus utama rapat adalah pemaparan mendalam hasil studi lapangan atau studi banding ke sejumlah museum yang relevan.
Rapat penting ini dipimpin oleh Ketua MPI yakni, Imam Sapi’i dan Sekretaris yakni, Lefran Sasabone. Turut hadir anggota MPI Kuswono, Kian Amboro, dan Irfanna Fauzi, bersama tim pendukung riset Barnas Rasmana, Aditya Nurrohman, Dimas Setiawan, dan Noval Sahnitri. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut konkret dari Tahap Studi Lapangan Museum yang telah dilaksanakan sebelumnya, menegaskan komitmen MPI dalam mempersiapkan pendirian museum bersejarah ini.
Gagasan pendirian Museum Muhammadiyah Metro memiliki urgensi tinggi sebagai upaya komprehensif melestarikan sejarah, nilai-nilai, dan kontribusi Muhammadiyah di Kota Metro khususnya, serta Provinsi Lampung umumnya. Museum ini diharapkan menjadi Museum Muhammadiyah pertama yang didirikan di Provinsi Lampung, memberikan kebanggaan tersendiri bagi warga Persyarikatan dan masyarakat. Rencana lokasinya berada di Komplek Gedung Dakwah Muhammadiyah Kota Metro. Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan, mengingat nilai penting historisnya sebagai titik perkembangan awal Muhammadiyah di Kota Metro, relasi kuat dengan narasi sejarah lokal Kota Metro, penyelarasan dengan pola narasi sejarah Muhammadiyah, dan potensi besar untuk mengeksplorasi peluang wisata sejarah di Kawasan Bersejarah Pusat Kota Metro.
Dalam sesi utama rapat, dipaparkan hasil studi lapangan atau studi banding ke beberapa museum. Dari kunjungan yang telah dilakukan, tiga museum dipilih yang dianggap paling relevan dan keunggulannya dapat diadaptasi untuk Museum Muhammadiyah Metro. Ketiga museum tersebut adalah: Pertama, Museum Muhammadiyah UAD Yogyakarta, sebagai rujukan utama karena sajian materi Museum Muhammadiyah yang komprehensif; Kedua, Museum Pers Nasional Surakarta dengan keunggulannya yang hendak diadaptasi adalah layanan kearsipannya; Ketiga, Museum Purbakala Sangiran, Jawa Tengah dengan keunggulan yang dapat diadaptasi adalah kelengkapan koleksi artefak dan berbagai media interaktif yang menarik bagi pengunjung.
Selain keunggulan-keunggulan spesifik tersebut, tim juga mempelajari berbagai aspek penting lainnya seperti: model pengelolaan museum, desain pameran museum yang menarik dan interaktif, strategi pengumpulan dan konservasi koleksi, program edukasi atau kegiatan publik, pemanfaatan teknologi dalam penyajian informasi, serta manajemen permasalahan dan kendala yang mungkin dihadapi selama pengelolaan museum.
Hasil studi banding ini diharapkan akan dapat diimplementasikan sebagai masukan penting dalam perencanaan pendirian dan pengembangan Museum Muhammadiyah Metro. Pemaparan ini semakin memberikan kejelasan tentang proyeksi bentuk museum yang ideal, di mana Museum Muhammadiyah Metro tidak hanya akan memberikan Layanan Edukasi Pengunjung melalui Ruang Pameran Tetap dan Ruang Pemutaran Film, tetapi juga menjalankan fungsi riset.
Imam Sapi’I selaku Ketua MPI PDM Kota Metro menyampaikan optimismenya dalam pertempuan kali ini.
"Diskusi hasil pemaparan hasil studi lapangan ini memberikan gambaran yang lebih nyata tentang bentuk ideal Museum Muhammadiyah Metro yang diinginkan, serta sesuai kebutuhan masyarakat,” ungkap Imam.
Senada dengan itu, Kian Amboro juga menambahkan bahwa museum Muhammadiyah Kota Metro tidak hanya berfungsi sebagai ruang edukasi, tetapi juga diproyeksikan menjadi pusat riset dan rujukan sejarah Muhammadiyah Kota Metro dan Provinsi Lampung.
"Museum Muhammadiyah Metro diproyeksikan tidak hanya memberikan layanan edukasi bagi pengunjung dalam Ruang Pameran Tetap dan Ruang Pemutaran Film saja, namun juga memberikan layanan sekaligus menjalankan fungsi riset dengan adanya Layanan Arsip Muhammadiyah dan Layanan Pustaka Muhammadiyah. Sehingga Museum Muhammadiyah Metro dapat menjadi pusat riset, pusat rujukan data, tentang riset sejarah Muhammadiyah di Kota Metro bahkan di Provinsi Lampung,” ujar Kian.
Menanggapi pemaparan hasil studi lapangan dan diskusi, Barnas Rasmana dan Aditya Nurrohman menekankan perlunya penyusunan strategi selanjutnya dengan pembentukan tim khusus, serta identifikasi dan analisis kebutuhan teknis pendirian museum secara komprehensif. Sebagai tindak lanjut dari rapat ini, MPI PDM Kota Metro akan mengkomunikasikan hasil rapat kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah untuk mendapatkan arahan dan petunjuk selanjutnya dalam mewujudkan gagasan Museum Muhammadiyah Metro.