YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Madrasah Mu’allimaat Yogyakarta memasuki usia ke-107. Dalam respsi yang dikemas dengan wisuda tahfidz, Rabu (19/11) di Kompleks Madrasah Mu’allimaat Yogyakarta.
Acara ini dihadiri Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah, Ketua Badan Pembina Harian Khoirudin Bashori, Ketua Tim 1 Kurikulum dan Kesiswaan Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY Anita Isdarmini, dan tamu undangan lainnya.
Direktur Madrasah Mu’allimaat Unik Rasyidah menyampaikan, tema milad kali ini yaitu “Shaping the Future.” Menurutnya, pengusungan tema ini sebagai orientasi membentuk arsitek-arsitek kehidupan di masa depan.
“Kalau bapak ibu guru karyawan sedang menjadi desainer atau arsiteknya untuk putri-putri kita. Dan untuk anak-anakku semua, menjadi arsitek bagi dirinya sendiri, karena mereka sedang menata masa depannya,” tuturnya.
Ditekankan Unik, mempersiapkan diri untuk membentuk masa depan menjadi penting untuk dikontemplasikan. Yakni menghadapi pelbagai tantangan di masa depan sangat dinamis dan menantang.
“Bagaimana anak-anakku siap untuk menerima tantangan-tantangan tersebut,” lanjutnya.
Di situlah dibutuhkan beberapa bekal utama. Pertama, keimanan atau memperkuat spiritualitas kita. Ini menjadi fondasi dasar untuk menghadapi situasi yang akan datang.
“Kekuatan spiritual menjadi fondasi pertama yang harus dikuatkan oleh anak-anakku semua,” ujarnya.
Kedua, kompetensi dalam teknologi. Bagi Unik, kompetensi menjadi sesuatu hal yang niscaya di tengah kemajuan teknologi yang tak terbendung ini. Dan harus disikapi dengan sebaik-baiknya.
“Kemampuan teknologi, kecerdasan dalam mengoperasikan menjadi poin penting agar anak-anak tidak ketinggalan zaman,” jelasnya.
Ketiga, kemampuan berbahasa. Unik menekankan, kemampuan berbahasa harus dikuasai oleh siswi Madrasah Mu’allimaat, seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Mandirin. “Ini menjadi hal yang penting juga ketika kita berinteraksi di dunia,” sambungnya.
Khoirudin sangat bangga dengan Madrasah Mu’allimaat. Menurutnya, madrasah ini dikonstruksi oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1918 sebagai sekolah calon pemimpin putri Islam.
“Sebuah visi yang luar biasa, dan ternyata yang dicita-citakan oleh Kiai Dahlan betul. 100 tahun kemudian, Mu’allimaat sudah mendunia,” urainya.
Irud—demikian sapaannya—menyampaikan terima kasih kepada seluruh keluarga besar Mu’allimaat yang telah bertungkus lumus menjadikan madrasah ini tumbuh mekar seperti sekarang ini.
“Mimpi besarnya abad ini membangun kampus terpadu, tetapi semua akan dimulai dari mimpi. Dan Insyaallah kalau mimpi itu kita perjuangkan sungguh-sungguh, pada masanya akan terwujud,” tekannya.
Di lain sisi, Anita menyampaikan tahniah 107 Madrasah Mu’allimaat. Ia berharap, tidak hanya sekadar berganti angka, tapi makin bertambah prestasi baik akademik maupun non-akademik. “Bertambah karakter dan akhlakul karimah anak-anak yang luar biasa,” imbuhnya.
Di samping itu, juga sudah menjadi madrasah unggulan di DIY. Karena itu, Anita mendorong agar madrasah ini terus melahirkan inovasi dan kreativitas, sehingga keunggulan itu akan tetap melekat di tubuh madrasah ini, kini maupun ke depannya. (Cris)


