Menggali Rahasia Ringan Perawatan Jenazah Sesuai Syariat

Publish

29 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
47
Foto Istimewa

Foto Istimewa

SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Kematian adalah kepastian, sebuah garis akhir yang pasti akan dilalui setiap jiwa, seperti firman Allah SWT, "Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati, dan kepada Allah-lah kamu dikembalikan." Namun, kesiapan umat Islam seringkali terhambat oleh campur aduknya adat istiadat setempat dengan tuntunan agama dalam proses perawatan jenazah.

Fenomena inilah yang disorot tajam oleh Ustad Amiril Edi Pranomo, SHI, MH dalam sebuah pelatihan pengurusan jenazah di Masjid Al Muhajirin, Karangayu, Semarang, Ahad (28/9/25). Fokus utama kegiatan ini adalah meluruskan kembali pemahaman masyarakat bahwa merawat jenazah adalah sebuah ibadah fitrah yang harus berpedoman pada ajaran Rasulullah SAW, bukan sekadar mengikuti kebiasaan atau tradisi lokal yang sudah mengakar.

Salah satu praktik yang paling umum dan berkembang dari masyarakat adalah penggunaan air kembang saat memandikan jenazah. Menurut Ustad Amiril, praktik ini hanya sekadar tradisi dan tidak memiliki dasar dalam syariat Islam.

"Jenazah dimandikan dengan kembang itu murni tradisi, bukan bagian dari syariat. Memandikan jenazah harus fokus pada pembersihan hadas dan najis dengan air bersih, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dengan air dan daun bidara," tegas Ustad Amiril.

Pembina rohani Rumah Sakit Roemani, Semarang itu menekankan, jika bunga tidak ada, proses memandikan jenazah tetap sah secara syar'i. Sebaliknya, jika ada bunga tetapi tata caranya tidak sesuai, proses tersebut justru dapat menjadi beban, baik secara biaya maupun waktu. "Intinya, kita harus mampu membedakan mana ibadah dan mana adat yang tidak memiliki tuntunan jelas"

Pentingnya Pengetahuan Perawatan Jenazah Syar'i yang Ringan

Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Semarang Barat H. Arief Istaman yang membuka acara, menggarisbawahi nilai esensial dari kegiatan tersebut. Menurutnya, mengurus jenazah bukan hanya ritual terakhir, melainkan bentuk solidaritas kemanusiaan dan persiapan nyata menghadapi akhirat.

Namun acapkali upaya pensucian jenazah justru menjadi rumit dan membingungkan karena adanya percampuran tata cara lokal yang tidak baku. Karenanya pelatihan ini diadakan untuk memberi pengetahuan pengurusan jenazah yang sesuai syariat.

Ustad Amiril menambahkan bahwa tradisi yang tidak sesuai syariah ini membuat prosesi perawatan menjadi panjang dan memberatkan, padahal seharusnya prosesnya berjalan sederhana, khusyuk, dan cepat. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya edukasi fikih agar prosesi tersebut tidak menambah duka keluarga.

Data menunjukkan bahwa di beberapa daerah, biaya yang dikeluarkan untuk prosesi penguburan adat bisa berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan biaya syar'i, yang sebagian besar hanya membutuhkan air, kafan, dan tempat pemakaman, menunjukkan perlunya efisiensi dan kesederhanaan.

Ia menguraikan prosedur perawatan jenazah syar'i secara bertahap, mulai dari memandikan dengan niat tulus untuk menghilangkan hadas dan najis, mengafani yang sesuai sunnah, menyolatkan dengan khusyuk, hingga penguburan yang diiringi doa. Tujuannya adalah memastikan umat merawat jenazah sebagai ibadah yang mendekatkan diri pada ridha Ilahi, bukan sekadar menunaikan tuntutan adat. Pengetahuan mendalam ini penting untuk menghindari apa yang disebut sebagai dosa kolektif yang muncul akibat ketidaktahuan.

Salah satu peserta Indra Permadi dengan antusias menunjukkan betapa berharganya pencerahan ini. Ia merasakan langsung manfaatnya.

"Kegiatan ini membuat saya lebih paham praktik perawatan jenazah, dari memandikan, mengkafani, hingga penguburan terutama fokus pada mengafani yang sering jadi titik lemah," ucapnya.

Indra mengungkapkan harapannya agar ilmu yang ia peroleh dapat memangkas tradisi yang menyimpang dari sunnah di lingkungannya. Dia menegaskan bahwa masyarakat haus akan panduan yang jelas, bukan sekadar ikut-ikutan tradisi yang tanpa dasar agama.

Sebagai penutup, Ustadz Amiril mengajak semua yang hadir untuk menyebarkan ilmu ini dengan bijak, mencontoh akhlak Rasulullah SAW: dengan nasihat yang lembut (mau'izhah hasanah), hikmah (dakwah bil hikmah), dan perdebatan yang indah.

Merawat jenazah dengan keikhlasan murni akan diridhai Allah SWT. Hal ini membangun umat yang siap, berempati, dan teguh dalam keyakinan, menjadikan maut sebagai momen penuh rahmat, bukan beban adat.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Pimpinan dan sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (....

Suara Muhammadiyah

19 June 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Bandung, bersama Corps M....

Suara Muhammadiyah

3 August 2024

Berita

SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Surabaya (PC IMM K....

Suara Muhammadiyah

26 August 2024

Berita

MALANG, Suara Muhammadiyah - Karakter seseorang mempengaruhi takdirnya dalam kehidupan. Hal itu dite....

Suara Muhammadiyah

6 June 2025

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah — Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendik....

Suara Muhammadiyah

18 July 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah