Menelusuri Jejak Harmoni: Transect Walk sebagai Strategi Pencegahan Perceraian pada Pasutri Nikah Anak

Publish

7 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
56
LPPM UNISA Yogyakarta

LPPM UNISA Yogyakarta

MAGELANG, Suara Muhammadiyah — Di sebuah pagi cerah di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, belasan pasangan muda berjalan beriringan menyusuri jalan desa. Mereka berhenti di pasar, berbincang dengan pedagang, lalu melangkah menuju balai desa, puskesmas, dan rumah warga. Bukan sekadar jalan-jalan, langkah mereka adalah bagian dari kegiatan Transect Walk — cara unik untuk belajar bersama tentang kehidupan dan ketahanan keluarga.

Kegiatan ini digagas oleh Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta yang diketuai oleh Dr. Yuli Isnaeni, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom, dengan anggota Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, Dr. Islamiyatur Rokhmah, S.Ag., M.S.I, dan Suri Salmiyati, S.Kep., Ns., M.Kes. Program yang mendapat dukungan dari Kemendikbudristek ini mengusung tema “Pencegahan Perceraian bagi Pasutri yang Menikah di Usia Anak”, serta dikawal oleh LPPM UNISA Yogyakarta.

Sebanyak 20 calon Kader Keluarga Sakinah (KKS) mengikuti kegiatan ini. Di antara mereka, 18 pasangan merupakan pasutri muda yang menikah di usia anak, sehingga diskusi yang muncul benar-benar menyentuh pengalaman pribadi mereka.

Metode Transect Walk yang digunakan dalam kegiatan ini diadaptasi dari pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA). Dengan membagi peserta dalam empat jalur — ekonomi dan sosial, pendidikan dan parenting, religi dan sosial, serta kesehatan dan konseling — setiap kelompok berjalan menelusuri rute yang berbeda. Start dimulai dari TK ABA Banyudono, melewati balai desa, polsek, puskesmas, masjid/tempat ibadah, UMKM warga, pasar tradisional, hingga lahan pertanian. 

Sepanjang perjalanan, para peserta berdialog dengan warga, aparat desa, hingga pelaku usaha lokal. Dari setiap perhentian, mereka memetik pelajaran: bagaimana masyarakat mengelola ekonomi, menjaga kesehatan, mendidik anak, dan membangun kehidupan rumah tangga. Temuan yang sangat menarik ketika peserta berhenti di post puskesmas, peserta menemukan banyak puntung rokok yang dibawa saat diskusi. 

Dari pengamatan lapangan, kondisi ekonomi warga tergolong baik, tetapi pengelolaan keuangan dan jebakan pinjaman online masih menjadi tantangan serius. Di bidang pendidikan, akses sudah tersedia dari PAUD hingga perguruan tinggi, termasuk PKBM bagi warga yang belum tuntas sekolah. Namun, fakta menarik muncul: 80% peserta pasutri belum menamatkan pendidikan SMA. Tim PKM pun mendorong mereka untuk mengikuti program kejar paket C agar memiliki bekal pendidikan yang lebih kuat dalam mengelola keluarga. 

Dalam diskusi dengan peserta menganalisis banyaknya putung rokok di dekat puskesmas, peserta menyimpulkan suami ketika mengantarkan istri periksa hanya menunggu di luar sambil merokok (partisipasi suami dalam merawat kehamilan kurang optimal). Dari sisi sosial dan keagamaan, masyarakat Dukun dikenal religius. Namun, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perceraian dini masih ditemukan, sebagian besar dipicu oleh faktor ekonomi dan kurangnya komunikasi. Selain itu, peran suami dalam pengasuhan anak juga menjadi perhatian penting yang perlu diperkuat.

“Dari setiap langkah kami belajar bahwa harmoni dalam rumah tangga bukan sekadar hasil dari cinta, tapi juga dari pendidikan, komunikasi, ketaatan beragama dan ketahanan ekonomi,” ujar Dr. Yuli Isnaeni di sela kegiatan. Melalui kegiatan ini, tim PKM UNISA menegaskan bahwa keluarga sakinah dibangun dari fondasi keimanan, pendidikan yang memadai, komunikasi setara, serta perencanaan kehidupan yang matang. 

Sebagai hasil dari kegiatan ini, lahirlah Komunitas Keluarga Sakinah Berdaya (KKSB) — sebuah wadah bagi pasangan muda untuk saling belajar, berbagi pengalaman, dan memperkuat ketahanan rumah tangga. “Transect Walk ini mengajarkan kami untuk melihat, mendengar, dan merasakan langsung kehidupan masyarakat. Dari langkah kecil di jalan desa, lahirlah kesadaran besar tentang pentingnya membangun keluarga yang kuat dan bahagia,” tutup Dr. Yuli. Dari Dukun, Magelang, langkah-langkah kecil itu kini meninggalkan jejak harmoni harapan baru bagi keluarga muda agar tak lagi mudah rapuh, dan mampu tumbuh bersama dalam cinta yang berdaya.

 

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

CILACAP, Suara Muhammadiyah - Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah Cilacap dan Pelepasa....

Suara Muhammadiyah

15 April 2025

Berita

ENREKANG, Suara Muhammadiyah - Perubahan zaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi digital dan k....

Suara Muhammadiyah

12 May 2025

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ....

Suara Muhammadiyah

24 January 2025

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Musyawarah Nasional (Munas) V Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal ....

Suara Muhammadiyah

27 October 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Narasi empatik diyakini menjadi kunci keberhasilan gerakan sosial dan ....

Suara Muhammadiyah

3 June 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah