Mencintai Rasullulah SAW

Publish

13 September 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
163
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

Oleh: Suko Wahyudi

Mencintai Rasulullah Saw merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Karena, mencintai Rasulullah Saw bagian dari keimanan dan aqidah seorang muslim. Seorang muslim belum dikatakan beriman dengan iman yang sempurna sebelum ia mencintai Rasul Saw melebihi cintanya kepada orang tuanya, istri, suaminya, anaknya, bahkan dirinya sendiri dan hartanya.

Katakanlah: "Jikalau ayah-ayahmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, kekayaanmu yang kamu semua peroleh, perniagaan yang kamu semua takutkan kerugiannya dan rumah-rumah yang kamu sukai itu lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah, maka tunggulah sampai Allah datang dengan peruntah-Nya (perintah membinasakan). Dan Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah [9]: 24)

Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri...(Al-Ahzab [33]: 6)
Tidaklah salah seorang dari kalian beriman (dengan iman yang sempurna) sehingga aku lebih dicintai dari kedua orang tuanya, anaknya dan manusia semua. (HR. Bukhari) Rasul Saw pernah menegur Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu ketika ia menggambarkan kecintaannya kepada Rasul Saw, dan menempatkan posisi cintanya kepada beliau di bawah kecintaannya terhadap dirinya sendiri.

Diriwayatkan dari Sahabat ‘Abdullah bin Hisyam Radhiyallahu anhu, ia berkata: Kami mengiringi Nabi Saw, dan beliau menggandeng tangan ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu. Kemudian ‘Umar berkata kepada Nabi Saw: “Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.” Maka Nabi Saw menjawab: “Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu”. Lalu ‘Umar berkata kepada beliau: “Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.” Maka Nabi Saw bersabda: “Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar.” (HR. Bukhari)

Begitulah Nabi Saw mengisyaratkan pembuktian cinta yang hakiki dari setiap muslim yang sesungguhnya. Imannya seorang mukmin harus ia tunjukkan dengan mencintai Rasul SaW lebih dari siapapun di dunia.
Bagian dari Cinta Kepada Allah Mencintai Rasulullah SaW merupakan bagian dari cinta kepada Allah Swt. Cinta kepada Allah menuntut konsekwensi mencintai semua yang Allah cintai. Dan Allah mencintai nabi dan kekasih-Nya, Muhammad Saw. Sehingga, cinta kepada Rasulullah merupakan cabang dan termasuk kecintaan kepada Allah. Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (Ali Imran [3]: 31).

Dalam kitab “Syarh Riyadhus Shaalihiin”, Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Ayat ini disebut oleh sebagian ulama dengan ayat ujian, karena Allah menguji suatu kaum yang mengaku bahwa mereka mencintai Allah seraya berkata, “Kami mencintai Allah.” Ini adalah pengakuan yang mudah tetapi pengakuan ini mengandung konsekuensi.

Allah SWT berfirman: “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikuti Aku.” Atau, barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan tidak mengikuti Rasulullah SaW, maka pengakuannya itu tidak benar, tetapi dia pembohong karena di antara tanda kecintaan kepada Allah adalah mengikuti Rasul-Nya.”

Dengan demikian, cinta kepada Nabi Muhammad Saw diwujudkan dalam ittiba’ (mencontoh) beliau Shallallahu SAW dalam keyakinan, ucapan dan perbuatan. Ibnu Taimiyah mengatakan, “Yang semestinya dipahami ialah bahwa Allah Swt berfirman dalam kitab-Nya,"

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Segolongan ulama salaf berkata, Suatu kaum pada masa Rasulullah Saw mengklaim bahwa mereka mencintai Allah, lalu Allah menurunkan ayat ini, Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu.” Dia menjelaskan bahwa mencintai-Nya mengharuskan untuk mengikuti Rasul-Nya dan bahwa mengikuti Rasul itu mengharuskan hamba untuk mencintai Allah. Inilah cinta yang diujikan oleh Allah kepada orang-orang yang mengklaim telah mencintai Allah. Sebab dalam masalah ini banyak kesamaran. ”

Ibnu Katsir berkata, “Ayat ini adalah hakim bagi setiap orang yang mengaku telah mencintai Allah tetapi tidak berada di atas jalan Muhammad, maka sesungguhnya pada saat yang sama ia telah berdusta dalam pengakuannya sehingga ia mengikuti syariat Muhammad dan agama Muhammad dalam segala ucapan dan perbuatan mereka.”

Ibnul Qayyim berkata, “Firman Allah, niscaya Allah mengasihimu. mengisyaratkan kepada bukti cinta, buah dan manfaatnya. Bukti dan tanda cinta ialah mengikuti Rasul, sedangkan manfaat dan buahnya ialah mencintai Dzat yang mengutus Rasul kepada kalian. Selama mengikuti Rasul tersebut tidak bisa tercapai maka cintamu kepada-Nya pun tidak tercapai, dan cinta-Nya kepadamu pun sirna.” 

Mengamalkan Sunnah

Mengamalkan sunnah dalam kehidupan sehari-hari merupakan perkara penting yang diperintahkan Allah SwT sebagai wujud mentaati serta mencintai Rasulullah Saw. Keberkahan, keselamatan dan kebahagiaan akan dirasakan seorang mukmin ketika ia bersemangat mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah SaW. Tidaklah salah seorang dari kalian beriman (dengan iman yang sempurna) sehingga aku lebih dicintai dari kedua orang tuanya, anaknya dan manusia semua. (HR. Bukhari) Rasulullah Saw dalam hadits Anas bin Malik,

beliau berkata: Rasulullah Shallallahu Saw berkata kepadaku: “Wahai, anakku! Jika kamu mampu pada pagi sampai sore hari di hatimu tidak ada sifat khianat pada seorangpun, maka perbuatlah,” kemudian beliau Saw berkata kepadaku lagi: “Wahai, anakku! Itu termasuk sunnahku. Dan barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya di Surga“ (HR. Tirmidzi)

Jika seseorang mencintai Nabi Muhammad Saw lebih daripada seluruh manusia, maka ia akan mengikuti petunjuk beliau dan lebih mengutamakannya daripada petunjuk siapa pun dari kalangan manusia.

Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah: “Ketahuilah, bahwa seseorang yang mencintai sesuatu, ia akan mengutamakannya dan mengutamakan keselarasan dengannya. Jika tidak, maka ia tidak benar dalam kecintaannya, dan ia (hanya) orang yang mengaku-ngaku saja. Maka orang yang benar dalam kecintaannya kepada Nabi SaW ialah orang yang nampak darinya tanda-tanda tersebut. Pertama dari tanda-tanda itu ialah meneladani Nabi Saw, mengamalkan sunnahnya (ajarannya), mengikuti perkataan dan perbuatannya, dan beradab dengan adab-adabnya, (baik) pada saat kesusahan maupun kemudahan, pada waktu senang maupun benci.”

Mereka yang setia memelihara sunah-sunah Rasul itulah yang sebenar-benarnya orang yang mencintai Rasulullah Saw. Merekalah itulah golongan Rasulullah yang bersama-sama akan memasuki surga. Sebagaimana firman Allah, Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itulah yang akan bersama-sama dengan orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah sebaik-baiknya teman. (An-Nisa' [4]: 69).

Ciri-ciri orang yang cinta kepada Rasulullah Saw adalah senantiasa menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah Saw, baik dalam ibadah, tingkah laku, dan dalam semua kehidupan mereka. Hal ini karena sunnah Rasulullah Saw adalah petunjuk yang diridhai oleh Allah Swt. Seseorang semakin semangat mengikutinya, maka semakin dekat untuk dia selalu menempuh jalan Allah SwT.

Sungguh-sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu contoh teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan balasan kebaikan di hari akhir, serta banyak berdzikir kepada Allah. (Al-Ahzab [33]: 21) Ayat ini menggambarkan bahwasanya teladan yang ada pada diri Rasulullah Saw itu adalah teladan kebaikan. Berarti jika semakin banyak kita mengikutinya, maka kita akan semakin dimudahkan taufik dari Allah SwT untuk menempuh jalannya yang lurus.

Dan di ayat ini, Allah menyebutkan: “Pada diri Rasulullah,” berarti bukan hanya masalah ibadah atau iman meskipun jelas ini yang paling penting. Tapi juga pada akhlak dan tingkah laku. Makanya dalam Tafsir Ibnu Katsir, beliau mengatakan: “Ayat yang mulia ini merupakan landasan yang paling kuat dan agung, yang menjadi dalil kepada kita untuk mengambil teladan dari petuntuk Rasulullah Saw dalam ucapan, perbuatan, maupun keadan beliau.”

Merealisasikan Cinta Kepada Rasullullah Saw 

Mencintai Rasulullah Saw tidaklah sekedar ucapan tetapi harus diwujudkan dengan melaksanakan semua ajaran dan contoh teladan yang diberikan Rasulullah. Bentuk sederhana ketika kita mengatakan

mencintai Rasulullah adalah dengan memperbanyak selawat kepadanya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 56, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QAl-Ahzab [33]: 56).

Selain itu, ada beberapa bentuk realisasi cinta kepada Rasulullah Saw yang bisa kita implementasikan dalam kehidupan kita.
1 . Mengakui bahwa Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah dan sebagai penutup para Nabi dan Rasul.
Kita belum bisa disebut cinta Nabi, sedangkan kita masih belum yakin bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang terakhir dan tidak ada lagi utusan setelah beliau Saw. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya [21]: 107). Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab [33]: 40)

Nabi Saw bersabda:
“Perumpamaan diriku dan para nabi sebelumku tak ubahnya orang yang mendirikan bangunan. Dia memperbagus dan memperindahnya, menyisakan satu ruang untuk batu bata di sebuah sudut. Orang-orang pun mengelilingi bangunan itu dan mengaguminya, lalu berkata, ’Bukankah batu bata ini mesti dipasang?’ Nah, akulah batu bata itu. Akulah penutup para nabi.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

2. Menjalankan sunah-sunahnya
Setiap orang yang sedang jatuh cinta kepada sesuatu pasti akan menjadikannya prioritas. Begitupun ketika kita mengaku cinta Rasulullah, tentu bentuk cinta itu dibuktikan dengan menjalankan sunah-sunahnya. Mengikuti segala hal yang menjadi kebiasaan Rasul. 
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (Ali Imran [3]: 31).

Ibnu Katsir berkata, “Perintah Rasululullah SaW merupakan petunjuk, sunnah-sunnah, dan syariat-syariat beliau. Jadi, setiap ucapan dan perbuatan kita harus ditimbang dengan ucapan dan perbuatan beliau. Suatu perkataan, kalau sesuai dengan perkataan beliau, maka kita terima; tetapi kalau tidak sesuai, maka kita tolak, siapa pun yang mengatakannya.” Rasulullah SaW bersabda, Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak. (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Membela sunnahnya
Membela sunnah maksudnya adalah memelihara dan melestarikannya. Rasulullah Saw mendoakan orang yang memelihara dan melestarikan sunnahnya dengan sabdanya, Semoga Allah menceriakan wajah seseorang; ia mendengar sesuatu dari kami lalu ia menyampaikannya sebagaimana ia mendengarkannya. Banyak sekali orang yang diberi berita lebih paham daripada orang yang mendengar. (HR. Ahmad)

4. Menyebarkan sunnah beliau Saw
Di antara kesempurnaan cinta kepada Rasulullah Saw ialah berkeinginan kuat untuk menyebarkan sunnah dan menyampaikannya. Rasulullah bersabda, Hendaklah yang menyaksikan (yang hadir) menyampaikan kepada yang tidak menyaksikan (tidak hadir). (HR. Bukhari-Muslim) Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat. (HR. Bukhari)

5. Ridha dengan hukum dan syariat Rasulullah Saw
Di antara bukti mencintai Rasulullah Saw ialah ridha dengan hukum dan syariatnya. Diriwayatkan dari Al-Abbas RA bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda,Telah merasakan lezatnya iman siapa yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Rasulnya. (HR. Muslim)

Ridha adalah kata yang menghimpun pengertian menerima dan mematuhi. Tidak dinamakan ridha kecuali dengan penerimaan secara mutlak dan kepatuhan secara sempurna, baik lahir maupun batin, terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw dari Rabbnya. Jika seorang muslim telah ridha Muhammad Saw sebagai Nabi dan Rasulnya, maka ia tidak akan menoleh kepada selain petunjuknya, tidak menyimpangkan perilaku kepada selain sunnahnya, menjadikannya sebagai hakim dan berhukum kepadanya, menerima keputusannya dan menjalankannya, mencontoh dan mengikutinya, serta ridha terhadap segala yang dibawa dari sisi Tuhannya.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (10) Oleh: Mohammad Fakhrudin dan Iyus Herdiana Saputra Di da....

Suara Muhammadiyah

9 November 2023

Wawasan

Cara Judi Runtuhkan Ekonomi Oleh: Ni’am Al Mumtaz, M.E., Mengajar Manajemen Keuangan Syariah ....

Suara Muhammadiyah

27 July 2024

Wawasan

Menundukkan Ego dengan Puasa Oleh: Fathan Fari Saputro Puasa tidak hanya soal menahan lapar dan ha....

Suara Muhammadiyah

14 March 2024

Wawasan

Keniscayaan Lingkungan dalam Industri Pertambangan Oleh: M. Azrul Tanjung, Ketua Majelis Lingkungan....

Suara Muhammadiyah

9 September 2024

Wawasan

Peran Pemuda dalam Merawat Demokrasi Oleh: Candra Kusuma Wardana, S.E., MBA, Dosen Manajemen UMS B....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah