Memperkuat Badan Usaha Milik Muhammadiyah: Agenda Strategis Pasca Milad ke-113
Oleh: Hilma Fanniar Rohman, Direktur Eksekutif Pusat Studi Kebijakan Publik (PSKP) Universitas Ahmad Dahlan
Tema Milad ke-113 Muhammadiyah, “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”, membuka ruang penting untuk kembali menegaskan peran Muhammadiyah sebagai kekuatan strategis dalam membangun kemandirian umat dan kemajuan bangsa.
Selama lebih dari satu abad, Muhammadiyah dikenal luas melalui sekolah, universitas, rumah sakit, layanan sosial, dan gerakan kemasyarakatan. Namun, ada satu pilar yang semakin relevan untuk masa depan organisasi besar ini: penguatan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) sebagai instrumen kedaulatan ekonomi.
Di tengah dinamika ekonomi nasional yang bergerak cepat mulai dari digitalisasi, urbanisasi, hingga kompetisi global, Muhammadiyah memerlukan basis ekonomi yang kuat, bukan hanya untuk menjamin keberlanjutan program sosial, tetapi juga untuk memperluas kontribusi terhadap kesejahteraan publik. Muhammadiyah memiliki pondasi yang kuat untuk itu, tetapi momentum milad tahun ini memberikan dorongan moral untuk melangkah lebih jauh.
Selama ini, sebagian besar amal usaha Muhammadiyah berkembang sebagai lembaga pelayanan publik yang bersifat sosial: rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dan layanan kemanusiaan. Model ini terbukti efektif dan menjadi bukti nyata hadirnya Islam berkemajuan.
Namun, konteks ekonomi baru menuntut perluasan model: dari lembaga sosial semata menuju unit-unit usaha produktif yang mampu menghasilkan nilai ekonomi secara sistematis. Di sinilah urgensi pengembangan BUMM.
Haedar Nashir menekankan bahwa kesejahteraan harus dipahami secara utuh: material, spiritual, adil, dan merata. Dalam kerangka itu, BUMM adalah instrumen strategis untuk menghadirkan kesejahteraan material yang menopang kekuatan spiritual dan sosial.
Dengan ribuan sekolah, ratusan universitas, rumah sakit, klinik, dan jaringan kader hingga ke ranting, Muhammadiyah memiliki ekosistem sosial terbesar di antara civil society Indonesia. Setiap Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) adalah potensi ekonomi yang dapat dikelola secara profesional tanpa meninggalkan ruh dakwah.
Kelas menengah Muslim tumbuh, pola konsumsi umat berubah, dan kebutuhan akan produk halal, layanan kesehatan kompetitif, dan pendidikan berkualitas semakin besar. BUMM dapat menjadi penggerak utama pemenuhan kebutuhan ini melalui model usaha yang syariah-compliant dan berkeadilan.
Pemerintah membuka banyak program: kesehatan, pangan, UMKM, ekonomi digital, hingga energi baru. Muhammadiyah dapat menjadi mitra strategis dalam implementasi kebijakan, sembari memperkuat kapasitas ekonominya sendiri.
Sektor-Sektor Strategis bagi BUMM
Untuk merespons kebutuhan zaman, pengembangan BUMM dapat diarahkan pada lima sektor utama:
Pertama Kesehatan Terintegrasi, Jaringan PKU Muhammadiyah dapat diperluas ke industri pendukung: farmasi, alat kesehatan, asuransi kesehatan syariah, dan logistik medis. Ini memperkuat kemandirian sekaligus meningkatkan kualitas layanan; kedua Pendidikan Berbasis Riset dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah dapat menjadi pusat inkubasi startup, teknologi pangan, dan inovasi sosial. Model edu-enterprise akan menghasilkan nilai ekonomi sekaligus memperluas manfaat Pendidikan;
ketiga Agroindustri dan Kedaulatan Pangan, Dengan potensi lahan dan jaringan pesantren, Muhammadiyah dapat mengembangkan agribisnis modern: hortikultura, peternakan, pengolahan pangan, dan koperasi rantai pasok;
Keempat Retail dan Ekonomi Digital, Pendirian marketplace, platform pembayaran syariah, dan toko modern berbasis komunitas dapat memfasilitasi UMKM serta mengurangi ketergantungan pada platform eksternal; terakhir Energi dan Lingkungan. Program energi terbarukan (panel surya), bank sampah besar, dan teknologi konservasi lingkungan dapat menjadi model bisnis sekaligus amal jariyah ekologis.
Milad ke-113 bukan hanya momen refleksi, tetapi pijakan baru bagi Muhammadiyah untuk mempertegas posisi sebagai kekuatan ekonomi nasional. Pengembangan BUMM adalah jalan menuju kemandirian organisasi, kesejahteraan umat, dan kontribusi yang semakin luas bagi bangsa.
Dengan kapasitas sosial yang besar, jaringan pendidikan dan kesehatan yang kuat, serta nilai-nilai keislaman yang membumi, Muhammadiyah memiliki modal lebih dari cukup untuk menjadi motor utama ekonomi berkeadilan. Dari sinilah tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa” menemukan makna paling konkret: kesejahteraan yang dihasilkan oleh kerja keras, inovasi, kemandirian, dan keberanian mengambil peran strategis dalam pembangunan. (hanan)


