Membentuk Kesiapsiagaan Bencana melalui Pendidikan

Publish

28 October 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
582
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Peran Guru, Perempuan, dan Keluarga 

SLEMAN, Suara Muhammadiyah - Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Yogyakarta melangsungkan seminar nasional “Membentuk Kesiapsiagaan Bencana Melalui Pendidikan: Peran Guru, Perempuan, dan Keluarga” pada Kamis, 26 Oktober 2023. Universitas Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) menjadi tempat berlangsungnya acara yang dihadiri oleh jajaran pimpinan dan pengurus MDMC, PWM DIY, UNISA, dan  sekolah-sekolah di Yogyakarta. 

Bukan tanpa alasan, tema yang diangkat pada seminar ini menyoroti peran perempuan dan keluarga dalam mengatasi bencana. Perempuan tidak lagi dipandang sebagai kaum yang rentan dan korban bencana. Namun, perempuan juga dapat menjadi garda terdepan dalam mengatasi bencana. Universitas Aisyiyah mendukung perempuan sebagai bagian dari pelindung keluarga ketika ada bencana. 

Warsini S.Kep., Rektor UNISA berkata bahwa 
“Perempuan hebat dapat berperan menjadi penggiat mitigasi bencana. Tidak hanya bencana alam, tapi juga bencana non alam akibat kondisi sekarang yang tidak bisa diprediksi. Contohnya adalah pertumbuhan penduduk akan menjadi bencana ketika tidak bisa diatasi. Perempuan dapat bersinergi dengan semua unsur dan bidang dalam berperan dalam mitigasi bencana” tuturnya.
 
Ahmad Faesol, Wakil Ketua PWM menegaskan bahwa mitigasi bencana merupakan salah satu usaha Muhammadiyah untuk memberdayakan masyarakat sadar akan ancaman dan risiko bencana. 

“Bagaimana kita bersikap dan sadar terhadap bencana dan cara mengatasinya. Dengan ini, dapat mengurangi dampak negatif dari bencana dan menjaga lingkungan. PWM DIY akan bersinergi dan berkolaborasi mewujudkan Muhammadiyah yang unggul dan berkemajuan. Ini merupakan salah satu dari besarnya peran Muhammadiyah dalam berbagai aspek kehidupan” paparnya. 

Budi Setiawan, S.T., Ketua MDMC PP Muhammadiyah mengatakan bahwa seminar ini merupakan langkah awal dalam menciptakan komunitas perempuan yang tangguh dalam mengatasi risiko bencana.

Salah satu memberdayakan perempuan agar tangguh dalam mitigasi bencana adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang sungguh-sungguh dalam mitigasi bencana. Pendidikan mengatasi bencana dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan non formal. 

Pendidikan mitigasi bencana diselenggarakan secara berjenjang. Pendidikan merupakan sistem untuk yang dapat membentuk kesiapan dan ketangguhan masyarakat. Sebagai upaya mempersiapkan diri dan menyatukan persepsi dalam mengatasi bencana untuk meminimalisir risiko bencana. 

Pendidikan siaga bencana merupakan proses pendidikan yang mewujudkan suasana dan proses pembelajaran untuk menciptakan dan mengembangkan potensi dan kecakapan hidup peserta didik dalam mengatasi bencana melalui langkah tepat pengorganisasian. 

Program pendidikan siaga bencana tetap terus dikembangkan dan dievaluasi secara berkelanjutan. Program tersebut diantaranya adalah Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS),  Sekolah Siaga Bencana (SSB), Sekolah Aman Bencana (SAB), Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB), dan Sekolah Pendidikan Aman Bencana (SPAB). 

Program SPAB memiliki 3 pilar yakni memiliki fasilitas sekolah yang aman, sistem manajemen bencana di sekolah, serta program PRB sebagai pendidikan dan mitigasi bencana.  

Peran guru sebagai sosok pendidik siswa berubah seiring berjalannya waktu. Guru ditempatkan sebagai satu individu yang memegang peran penting dalam mengatasi bencana. Guru diarahkan memberikan pengajaran yang menarik bagi siswa terkait pendidikan bencana.  

Proses pembelajaran pendidikan bencana dapat dilakukan dengan cara integrasi kurikulum melalui simulasi bencana di sekolah. Siswa diajarkan untuk mengatasi bencana yang dipraktikkan langsung di sekolah. 

Selain itu, lingkungan keluarga juga berperan dalam pendidikan bencana dan meminimalisir risikonya. Keluarga membantu menciptakan dan mendukung pendidikan siaga bencana dengan mengumpulkan dan mendidik anggota keluarga dalam mengatasi bencana.  

Azizah Khoiriyah S.Kep., M.Kep., dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengatakan bahwa peran perempuan sebagai ibu dalam keluarga sangat penting dalam mitigasi bencana. 
  
“Perempuan bukan lagi dinilai sebagai makhluk yang lemah dan rentan. Perempuan menjadi korban bencana karena tidak memiliki pengetahuan, kapasitas, dan kemampuan akan penanganan bencana. Namun, sebagai seorang perempuan, naluri keibuan untuk melindungi anak dan keluarganya sudah pasti ada” terangnya.

Perempuan perlu meminimalisir kerentanan sebagai korban bencana dengan cara meningkatkan kapasitas dan mendapatkan edukasi pengetahuan terkait risiko bencana. 

Perempuan memiliki peran dalam mengelola risiko bencana, meningkatkan kesadaran, mengurangi kerentanan, menjaga keberlangsungan, serta menciptakan lingkungan tangguh bencana di tingkat keluarga, organisasi, dan masyarakat. 

Keluarga Tangguh Bencana (KATANA) merupakan keluarga yang memiliki pengetahuan risiko bencana, menyadari tanggung jawabnya dalam mengurangi risiko bencana, membudayakan kesadaran penanggulangan bencana, serta memberdayakan anggota keluarga menjadi tangguh dalam menghadapi bencana.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka memperingati Milad ke-112 Muhammadiyah, RS ....

Suara Muhammadiyah

18 November 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - “Kemunafikan Barat merupakan sebab penderitaan Rakyat Palestina ....

Suara Muhammadiyah

11 June 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - GreenFaith Indonesia berkolaborasi dengan Eco Bhinneka Muhammadiyah me....

Suara Muhammadiyah

13 June 2024

Berita

MAMUJU, Suara Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah melalui Majelis Pembinaan Kesehatan Umum tel....

Suara Muhammadiyah

16 November 2023

Berita

SOLO, Suara Muhammadiyah – Universitas ‘Aisyiyah Surakarta menjadi tuan rumah kegiatan R....

Suara Muhammadiyah

29 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah