Membangun Ekonomi Muhammadiyah

Publish

13 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
512
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Membangun Ekonomi Muhammadiyah 

Oleh: Saidun Derani

Tulisan penulis tentang “Memegang dan Kusai Perut Rakyat” maka akan menguasai kepala dan pemikirannya dengan judul “Kuasai sumber Hajat Rakyat” (https://suaramuhammadiyah.id/read/kuasai-sumber-hajat-rakyat) 11 November 2023 kenyataan di lapangan menjadi kenyataan pada Pilpres NKRI tahun 2024.

Fakta di lapangan menunjukkan korelasi yang positif asumsi di atas. Teori ini didukung pernyataan Sekretaris Jenderal MUI Pusat dan sekaligus Ketua Majelis Pendayagunaan Wakaf PP Muhammadiyah Dr. Buya Haji Amirsyah Tambunan, MA periode 2022-2027 ketika memberi tausiyah pada Rakerwil ke-2 PWM Banten Ahad, 5 Mei 2024 dengan menyebutkan bahwa pada akhirnya pemenang Pilpres NKRI 2024 adalah kekuatan Bansos.

Selain itu juga diperkuat pernyataan Dr. Buya Anwar Abbas, MA, MM, Ketua MUI Pusat dan Ketua PP Muhammadiyah 2022-2027, seorang pakar di bidang ekonomi Islam, bahwa jika seseorang atau sekelompok orang menguasai material atau asset suatu bangsa maka seseorang atau sekelompok orang itu yang akan menguasai negara tersebut.

Lalu pada suatu kesempatan makan siang tahun 2024 dengan mantan anggota DPR RI beliau menyebutkan bahwa ketika harga salah satu sembilan bahan pokok melambung naik harga dan mengalami langka barangnya, Menteri masalah ini  dengan berat hati mengundang para pemain bidang ini yang disebut “group macan” selain “naga Sembilan”.

Dalam konteks pernyataan-pernyataan dan fakta lapangan di atas yang kemudian penulis sudah paparkan dan narasikan dalam sebuah tulisan dengan judul “Potensi ekonomi Muhammadiyah” 23 Januari 2024 (https://suaramuhammadiyah.id/read/potensi-ekonomi-muhammadiyah/). Kekuatan potensi ekonomi Muhammadiyah ini jika meminjam istilah Dr. Kris Suyanto dan Dr. Afrizon mereka menganaloginya dengan istilah “Raksasa Lagi Tidur”.

Hanya saja masalahnya kalau mengutip pernyataan Ketua PWM Banten, Dr. KH. M. Syamsuddin, M.Pd raksasa tidurnya sudah kelamaan sehingga kekayaan (beliau menyebutnya “uang”) diberi kepada orang lain mengelolanya. Sebab itu beliau mendorong para Petinggi PWM Banten dan warganya bagaimana caranya mengubah asset menjadi omzet untuk ke depan yang akan datang.

Membangun dari Dalam

Ketika penulis meluncurkan tulisan tentang oligarki dengan berbagai permasalahannya bagi bangsa dan umat Islam “Sistem Politik Oligarki dan Masa Depan Pancasila”, 13 Desember 2021 (www.trasberita.com/sistem-politik-oligarki-masa-depan-pancasila) dan “Sistem Politik Oligarki dan dampaknya Bagi Umat Islam NKRI Membangun Kekuatan Sendiri”, 11 November 2021 (www.trasberita.com/sistem-politik-oligarki-dan-dampaknya-bagi-umat-islam-nkri-membangunan) terjadi perdebatan panjang dengan berbagai ahli ekonomi, politik dan Ulama bagaimana umat Islam harus menyikapi masalah tersebut.

Ada dua opsi yang berkembang dalam diskusi itu adalah dengan membangun kekuatan dari sektor akademisi deangan melahirkan sebanyak mungkin para entrepreneur di kelas menengah muslim dan membangun dari dalam kekuatan sendiri. Opsi ketiga dengan “menyerang” kekuatan ekonomi yang sudah mapan sekarang ini seperti melawan kelompok macan dan naga Sembilan dianggap sama saja dengan menghadapi tembok China (Great Wall).

Teori ketiga ini berdasarkan masukan dari kalangan praktisi bisnis dan pengalaman di lapangan yang sudah bertahun-tahun apalagi di era partai yang berkuasa sekarang ini memakai teori ketiga Tingkat keberhasilan lemah dan tidak kuat menembus tembok tersebut. 

Mereka memberi contoh adalah lahirnya Mart 212 gerakan yang digagas  pople power yang dipelopori seorang ulama kharismatik Habib Muhammad Riziq yang sekarang kelihatan mati suri jika tidak dikatakan tenggelam dengan sendirinya. Begitu juga beberapa usaha yang coba dikembangkan melalui lembaga ibadah dan perbankan yang coba dilakukan ormas Islam terbesar NU dan Muhammadiyah ikut juga wafat. Sehingga ada trauma  yang berkepanjangan sehingga tidak berani untuk bangkit kembali mengembangkan bidang bisnis ini.

Opsi melahirkan para entrepreneur melalui berbagai perguruan tinggi yang dimiliki pemerintah dan swasta khususnya milik organisasi Islam 172 PTM Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama sangat berat dilihat dari sistem pendidikan yang dikembangkan menurut Buya Anwar Abbas baru sebatas melahirkan manusia pegawai dan pencari kerja. Jadi masih jauh dari diharapkan seperti lembaga pendidikan di Israel dan Singapore serta negara-negara maju yang menyiapakan sebanyak mungkin melahirkan kalangan entrepreneur.

Sebab itulah pasca mempelajari prinsip bisnis dan potensi ekonomi yang ada di dalam tubuh umat Islam penulis dan Dr. Afrizon Syafri, M. Si, CA, Akt, mengusulkan untuk membangun kekuatan dari dalam tubuh umat Islam sendiri. Bukankah contoh Sejarah dan pengalaman lapangan lahirnya kekuatan ekenomi melalui jaringan pasar (captive market) yang ajeg dimiliki umat Islam Indonesia dengan jumlah cukup besar bukan suatu yang mustahil bisa dikembamngkan dengan sistemik dan terukur.

Demikianlah opsi yang paling pas untuk menjawab tantangan umat Islam dan wabil khusus tantangan Muhammadiyah bidang ekonomi dan financial serta tata kelola organisasi dengan mengubah asset menjadi omzet seperti yang sekarang mulai dirasakan pentingnya mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki Muhammadiyah dan umat Islam secara umum di NKRI.

Dorongan Orang Dalam         

Dr. Kris Suyanto-sapaan yang akrab panggilan beliau adalah Mas Kris-menyebutkkan bahwa umumnya manusia berkonflik (memperebutkan) pada awalnya adalah masalah;

1.      Perempuan, 

2.      Lalu masalah minyak (oil),

3.      Ke depan masalah sumber air. 

Sebagai entrepreneur dan pengusaha yang selama ini sudah malang melintang  dan banyak bergerak dalam hal Filantropi Islam termasuk  mewakafkan tanah seluas 10 Ha berdua dengan Pak Haji Noer Sutrisno di Lebak Banten kepada PWM Banten, mengingatkan supaya Muhammadiyah khususnya PWM Banten menguasai Sumber Air. Ke depan persoalan inilah yang menjadi sumber masalah yang serius di tengah masyarakat dan NKRI seperti yang dikatakan di atas.

Usulan Mas Kris di atas mengingatkan penulis testimoni Dr. Safari ANS, seorang wartawan Senior dan Pialang bidang Keuangan Manca Negara serta penulis buku ”Harta Karun Indonesia”,  alumni IMM Ciputat, sebuah kejadian terkait masalah air ini. Simak kisah di bawah ini.

Safari terkejut ketika makan di sebuah resatoran di F X Senayan Jakarta. Karena harus membayar air putih kemasan seharga Rp. 15. 000,- berisi 330ml. Di restoran kawasan Blok M, air mineral denga isi yang sama harus dibayar Rp. 12.000,-

Sudah semestinya air yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai negara. Harganya pun harus diatur negara. Tidak boleh harganya semau produsen dan penjual air kemasan. Air putih jangan sekali-kali diperjualbelikan karena anugrah Tuhan bukan hanya untuk manusia akan tetapi juga untuk makhlkuk hidup yang lain. Berbeda ketika air putih sudah berubah menjadi kopi, teh, atau lainnya. Sudah semestinya negara berfikir seperti itu. 

Pengalaman saya di luar negeri air kran sudah standar untuk diminum secara langsung. Pemerintah wajib menyediakan air kran yang bisa diminum masyarakat tanpa proses apapun. Menurut saya air putih diperjualbelikan itu pastis salah.

Dalam konteks inilah negara harus menguasai sumber air. Negara harus menyediakan air putih untuk diminum dan keperluan lainnya bagi warga negaranya. Jangan mau air putih dengan harga sesuka produsen dan penjual. Negara dan pemerintah harus mengatur harga air putih kemasan. Apalagi sekarang ini air minum dimonopoli Perusahaan asing. Sadarkah kita bahwa air putih kemasan harus membayar ke pihak asing. Apa kita sudah tidak waras lagi bernegara dengan baik, keluh Safari ANS (2-11-023)

Dalam konteks ini penulis ingat fatwa Ulama Indonesia bahwa air, udara dan darat harus/wajib dikelola negara dan diperuntukkan bagi kepentingan rakyat seluas-luasnya. Benarlah Bung Hatta yang memasukkan dalam UUD 1945 pasal 33. Fakta lapangan pengamat ekonomi Dr. Mukhaer Pakkana dari ITB-UAD bilang, NKRI sekarang lebih liberal dari negara yang embahnya liberal AS sendiri.

Selain itu Mas Kris menyebutkan bahwa pentingnya umat Islam khususnya Muhammadiyah wabil khusus PWM Banten menguasai/memiliki perbankan dan masalah Asuransi yang selama ini assetnya (liquid dan non-liquid) diberikan kepada orang lain mengelolanya. Bukankah Muhammadiyah memiliki cuptive market  jelas dan jejaring yang luas se-Nusantara (NKRI). Dibutuhkan memang orang-orang yang memiliki jiwa entrepreneur yang kuat dan kemampuan manajer yang mumpuni mengurusnya.

Masalah asuransi seperti yang ditanyakan dan diusulkan Mas Kris Suyanto sebenarnya penulis dan Afrizon dalam sebuah diskusi terbatas di mana Buya Anwar Abbas dan Buya Yunan Yusuf ikut di dalamnya sebagai peserta aktif sudah mengusulkan dan menulis cukup panjang lebar pada tahun 2021 supaya Muhammadiyah memilikinya yang sementara ini diberikan kepada orang lain. Begitu juga masalah perbankan dengan berbagai pertimbangan mengapa (why) uang Muhammadiyah yang begitu besar di kelola dan diserahkan kepada orang lain.

Mas Kris juga mempertanyakan mengapa kekayaan Muhammadiyah yang begitu besar  dan seksi sementara ini masih “diambil” orang lain mengelolanya khususnya “bisnis turunannya”. 

Beliau membayangkan jika Muhammadiyah memproduksi satu jenis obat saja misalnya anti biotik yang memakainya seluruh RS dan Klinik Milik Muhammadiyah se-Indonesia. Bisa dihitung marginnya berapa besar masuk pundi-pundi Bendahara Muhammadiyah. Bukankah organisasi yang sehat kalau asupan ekonomi dan financialnya sehat dan lancar mulai dari PP sd Pimpinan Rantingnya ikut sehat dan berjalan baik (lancar).

Lalu Mas Kris membayangkan jika seluruh mahasiswa dan siswa (mulai TK-SLTA dan PTM), pegawai AUM, dan anggota persyarikatan memakai Asuranasi milik persyarikatan  bisa dihitung berapa cuan masuk kas Muhmmadiyah.

 Itu baru dua item turunan bisnis dari AUM Muhammadiyah. Bukankah masih ada aspek bisnis lain misalnya masalah pengelolaan limbah (khususnya limbah rumah sakit/klinik), beras, air (yang Mas Kris sebut problem ke depan), sandang, pangan, dan papan serta kekayaan laut yang belum lagi dipikirkan apalagi disentuh. Bagaimana pula dengan ekonomi kreatif dalam bidang parawisata dan wisata ruhani.

Pernah Ketua PWM. Banten Dr. Kyai Haji M. Syamsuddin dalam sebuah kesempatan Safari Ramadhan tahun 1443 H di PDM Tangsel bahwa dengan nada satire beliau mengingatkan  anggota dan pengurus Muhammadiyah/PWA/NA mengapa uang Muhammadiyah kalian diberikan kepada orang lain. 

Cukuplah pelajaran dari “Laskar Pelangi”  sekolah Muhammadiyah yang doyong mau roboh karena persoalan ekonomi dan finanancial. Kasus ini terjadi di Belitong tahun 1970-an. Tentulah diharapkan tahun 2024 ke depan merupakan momentum kebangkitan jiwa entreprenuer di lingkungan Muhmmadiyah sesuai keputusan Muktamar Makasar tahun 2015 bahwa Pilar Ketiga Muhammadiyah adalah kebangkitan ekonomi dan financial.    

Dalam konteks ini Pemilik Hak Paten Cakram Laba-Laba ini siap membantu baik sebagai konsultan dan partisipan untuk Pengembangan usaha-usaha bisnis yang bersifat produktif. Beliau juga membenarkan adanya sistem tukar guling terhadap tanah yang sudah diwakafkan dalam konteks lebih produktif sejauh tidak menghilangkan substansi niat pewakif mewakafkan tanahnya dengan merujuk pengelaman Aa Gym. Pada akhirnya beliau mengingatkan sangat penting mendorong generasi muda Islam khususnya Muhammadiyah untuk berfikir cerdas dan kreatif.

MenghapusTrauma Sejarah

Pada kesempatan penutupan Rakerwil ke-2 PWM Banten Ahad, 5 Mei 2024, Ketua PWM Banten Dr. KH. M. Syamsuddin, M.Pd menyebutkan bahwa berbisnis di Muhammadiyah itu seperti mengayuh pada dua karang. “Ingin memulai satu sisi ingat usaha bisnis yang ada di Muhammadiyah hancur berantakan karena salah kelola (tak penulis sebutkan untuk menjaga Marwah palaku dan keluarganya). Akan tetapi pada sisi lain salah pula jika dilarang dan tidak mau mencoba lagi”, tambahnya sembari berseloroh tertawa.

Memang dari aspek psikis usaha bisnis penuh mengandung resiko dan harus berani mengambil keputusan dalam hal-hal yang sulit. Berbeda dengan karakter pekerja sebagai tenaga didik yang cendrung ajeg dan tidak gambling. Tenang dan lurus tanpa dinamika yang begitu cepat dan mobile. Karakter trust dan ketepatan waktu menjadi kunci keberhasilan sebuah usaha bisnis.

Selain itu mengapa barangkali persoalan bisnis tidak begitu menjadi prioritas kalangan pinpinan ormas Islam mainstream karena pada umumnya elite ormas ini menempati dan ditempatkan sebagai komisaris BUMN dan Perusahaan Swasta sehingga masalah “dunia” sudah selesai tanpa berfikir dan kerja keras.

Ala kulli hal penutupan Rakerwil ke-2 PWM Banten memulai era baru untuk bangkit mengembangkan potensi Muhammadiyah yang berlimpah untuk menjawab Keputusan Muktamar Makasar tahun 2015. PWM Jatim dan Jateng sudah memulai bergerak. Semoga PWM Banten segera menyusul.

Folosof Muslim Muhammad Iqbal (w. 1938) mengatakan bahwa anda lambat  maka anda tergilas, dan anda tidak berfikir maka anda mati sebelum mati.

Fathun min Allah wa fathun qarib wa basysyirin al-Mu’minin.

Penulis adalah Dosen Pascasarjana UM-Surby dan UM- Tangerang


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Isu GEDSI dalam Pilkada dan Pembangunan Daerah yang Inklusif Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, LPPA PW....

Suara Muhammadiyah

4 November 2024

Wawasan

Kenaikan Isa dalam Al-Qur'an Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas M....

Suara Muhammadiyah

28 August 2024

Wawasan

Muhammadiyah dan Hasil Survei  Oleh: Rumini Zulfikar Beberapa hari ini kita sebagai warga, pi....

Suara Muhammadiyah

9 September 2023

Wawasan

Ada Apa Dengan Ekonomi Hijau? Oleh: M. Azrul Tanjung Sejatinya ekonomi hijau bertujuan meningkat....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024

Wawasan

Gugurnya Pejuang dan Solidaritas Palestina Oleh: Teguh Pamungkas, Warga Muhammadiyah Kalsel Tepat ....

Suara Muhammadiyah

10 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah