Melampaui Perbedaan: Bagaimana Al-Qur`an Menyatukan Kitab Suci Lain

Publish

6 October 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
45
Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Melampaui Perbedaan: Bagaimana Al-Qur`an Menyatukan Kitab Suci Lain

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Dalam diskusi sebelumnya, kita telah menyelami kebenaran bahwa Al-Qur`an  adalah firman Tuhan yang tak terbantahkan. Namun, sebuah pertanyaan mendasar sering muncul: apakah wahyu Ilahi berhenti di situ? Apakah Al-Qur`an  merupakan satu-satunya kitab suci yang diilhami oleh-Nya?

Bagi umat Islam, jawabannya jauh lebih luas dan inklusif. Keyakinan mereka berlandaskan pada pemahaman bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa telah mengirimkan pesan-pesan-Nya melalui serangkaian kitab suci yang suci sepanjang sejarah umat manusia. Al-Qur`an , yang merupakan inti dari keyakinan ini, secara eksplisit mengakui dan menghormati kitab-kitab suci pendahulunya, seperti Taurat Musa, Zabur Daud, dan Injil Yesus. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak melihat dirinya sebagai agama yang terisolasi, tetapi sebagai bagian dari sebuah rantai kenabian yang panjang dan mulia.

Pemahaman ini memberikan landasan yang kuat untuk menyatukan beragam agama di dunia. Alih-alih melihat perbedaan sebagai sumber konflik, umat Muslim memahami bahwa semua wahyu Ilahi memiliki satu tujuan yang sama: membimbing umat manusia menuju kebenaran. Ini menjadi jawaban yang elegan terhadap kritik yang sering dilontarkan—bahwa agama-agama saling bertentangan dan mengklaim sebagai satu-satunya jalan yang benar.

Islam menawarkan perspektif pemersatu, mengakui bahwa Tuhan telah mengutus nabi dan rasul ke setiap bangsa, memastikan tidak ada satu pun orang di dunia yang dibiarkan tanpa bimbingan ilahi. Beberapa dari wahyu ini berhasil dilestarikan dalam bentuk tulisan, menjadi kitab suci yang kita kenal sekarang. Khususnya, Al-Qur`an  sendiri menjadi saksi hidup atas kebenaran kitab-kitab suci Yahudi dan Kristen, menegaskan kembali warisan spiritual yang sama yang dimiliki oleh semua umat beriman.

Dalam tradisi Islam, Al-Qur`an  secara khusus menyoroti peran sentral para nabi Bani Israel dan figur-figur suci dari tradisi Yahudi-Kristen, menegaskan kembali hubungan spiritual yang mendalam. Al-Qur`an  tidak hanya menyebutkan nama-nama yang sudah dikenal, tetapi juga memberikan penghormatan khusus kepada mereka. Misalnya, selain para nabi besar seperti Nuh, Ibrahim, dan Musa, Al-Qur`an  juga mengenalkan Adam sebagai nabi pertama, meletakkan dasar bagi pemahaman tentang kenabian yang terus-menerus. Sejalan dengan ini, banyak nabi-nabi Alkitab lainnya juga dihormati dalam catatan sejarah dan tradisi Islam.

Tidak ada tokoh yang lebih menonjol dalam narasi Al-Qur`an  selain Yesus ('Isa) dan ibunya, Maryam (Maria). Al-Qur`an  menyebut nama Yesus sebanyak 25 kali, dan Maryam disebutkan sebanyak tiga lusin kali. Al-Qur`an  tidak pernah merendahkan mereka; sebaliknya, keduanya digambarkan dengan cara yang sangat mulia sebagai figur-figur sejarah yang agung dan teladan iman yang sempurna. Mereka adalah model bagi umat Muslim untuk diikuti dan dihormati sebagai hamba-hamba Allah yang saleh.

Yesus, secara khusus, diakui sebagai seorang nabi, utusan, dan Al-Masih (Mesias) Allah. Ia melakukan banyak keajaiban, semuanya atas izin dan kehendak Allah. Injilnya, yang disebut dalam Al-Qur`an  sebagai Injil dalam bentuk tunggal, diyakini oleh umat Islam sebagai pesan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi Isa. Keyakinan ini juga berlaku untuk Taurat yang diwahyukan kepada Musa dan Zabur yang diwahyukan kepada Daud.

Prinsip ini, yang mengakui dan menghormati para nabi dan kitab suci terdahulu, menjadi fondasi bagi pandangan Islam yang luas dan inklusif. Umat Muslim memandang Al-Qur`an  sebagai wahyu terakhir dari Allah, yang berfungsi sebagai puncak dari semua kebenaran dan ajaran baik yang telah diberikan dalam kitab-kitab suci sebelumnya. Ini mencakup kitab suci yang disebutkan secara eksplisit maupun wahyu-wahyu lain yang telah datang melalui berbagai nabi sepanjang sejarah kepada semua umat manusia. Dengan demikian, Al-Qur`an  hadir bukan untuk menggantikan, tetapi untuk melengkapi dan menyempurnakan bimbingan ilahi yang telah ada, memastikan bahwa pesan Tuhan tetap relevan untuk sepanjang masa.

Daripada bersaing, Al-Qur`an  hadir sebagai puncak dari wahyu-wahyu sebelumnya, melengkapi dan menyempurnakan ajaran-ajaran yang telah ada. Al-Qur`an  berfungsi sebagai panduan yang relevan dan lengkap bagi umat Islam, terutama karena dua alasan utama.

Al-Qur`an  diwahyukan bukan untuk satu masa atau tempat tertentu, melainkan untuk seluruh umat manusia dan sepanjang zaman. Berbeda dengan kitab suci sebelumnya yang diturunkan dalam konteks spesifik, Al-Qur`an  dipandang sebagai wahyu terakhir yang relevan untuk setiap era. Keunikannya terletak pada kemampuannya untuk beradaptasi dan tetap relevan. Ajaran-ajarannya dapat ditafsirkan dan diterapkan dalam berbagai kondisi, perubahan zaman, dan kehidupan yang terus berkembang. Dengan kata lain, Al-Qur`an  adalah pedoman yang melampaui waktu dan tidak pernah usang.

Keunggulan kedua Al-Qur`an  adalah statusnya sebagai wahyu yang terpelihara. Ini adalah janji langsung dari Allah. Dalam firman-Nya, Allah berfirman, "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an , dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." Ini memberikan jaminan mutlak bagi umat Muslim. Berbeda dengan beberapa kitab suci lain yang penyimpanannya dipercayakan kepada manusia—sehingga rentan terhadap kesalahan penyalinan atau kehilangan—Al-Qur`an  dijamin secara ilahi untuk tetap otentik. Dengan demikian, umat Islam bisa yakin bahwa pesan yang mereka baca dan ikuti hari ini adalah pesan asli yang diturunkan oleh Allah.

Dalam Al-Qur`an , Allah mengungkapkan bahwa penjagaan kitab-kitab suci sebelumnya dipercayakan kepada manusia, khususnya orang-orang saleh di antara mereka. Ini adalah sebuah ujian dan amanah yang besar. Namun, kita tahu betul bahwa manusia memiliki keterbatasan. Ingatan kita tidak selalu sempurna, dan transmisi lisan dari generasi ke generasi rentan terhadap kesalahan. Meskipun akhirnya tulisan-tulisan kuno ini dibukukan, proses penyalinan manual tidak luput dari kekhilafan. 

Para sarjana telah menemukan banyak bukti dalam manuskrip kuno tentang ketidaksempurnaan ini; juru tulis, sebagai manusia biasa, tidak bisa selalu menyalin dengan akurat 100%. Kekeliruan, baik itu disengaja maupun tidak, adalah bagian alami dari proses ini. Akibatnya, seiring berjalannya waktu, beberapa bagian dari wahyu-wahyu tersebut bisa hilang atau berubah, tidak hanya dalam penerjemahan, tetapi juga dalam proses penulisan ulang.

Inilah yang membedakan Al-Qur`an  secara fundamental. Jika kitab-kitab suci sebelumnya dijaga oleh manusia, Al-Qur`an  dijamin pemeliharaannya langsung oleh Allah sendiri. Ini bukan sekadar janji, tetapi sebuah jaminan ilahi yang memberi umat Islam keyakinan mutlak. Mereka percaya bahwa pesan yang mereka baca hari ini adalah pesan yang sama persis dengan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Al-Qur`an  berfungsi sebagai ekspresi terakhir dari kehendak dan wasiat Tuhan untuk seluruh umat manusia, untuk selamanya. Keterjagaan ini memastikan bahwa makna, tujuan, dan bimbingan asli yang diberikan oleh Allah tetap murni, tidak tercampur tangan manusia, dan akan terus membimbing umat Islam di seluruh dunia. Dengan demikian, setiap Muslim memiliki akses langsung ke pesan Ilahi yang asli, sebuah anugerah yang tak ternilai harganya.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Salam Hormat untuk Bapak Ibu Guru Prof. Dr. Imam Sutomo, Ketua PDM Salatiga 2010-2022, Rektor IAIN ....

Suara Muhammadiyah

17 July 2025

Wawasan

Humanisme dalam Islam Oleh Dr. Masud HMN, Dosen Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) J....

Suara Muhammadiyah

20 May 2024

Wawasan

Alkitab untuk Studi Perbandingan Agama Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas ....

Suara Muhammadiyah

29 November 2024

Wawasan

Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko. PP Muhammadiyah, LPCRPM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Seni Dan Budaya.....

Suara Muhammadiyah

6 November 2024

Wawasan

Muslim Tidak Boleh Bergantung pada Keberuntungan Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Un....

Suara Muhammadiyah

3 September 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah