MANADO, Suara Muhammadiyah – Kesejahteraan dapat terwujud secara nyata manakala diikuti dengan kemakmuran dan kebahagiaan. Dalam dustur Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3 ditekankan, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Demikian juga, dipertegas di dalam Pembukaan UUD 1945. “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”
“Sejahtera itu akan tercapai kalau dilakukan secara adil. Kalau tidak dilakukan secara adil, pasti tidak sejahtera, akan ada ketimpangan,” kata Muhadjir Effendy saat Resepsi Milad ke-113 Muhammadiyah di Sintesa Peninsula Hotel Manado Jenderal Sudirman, Gunung Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Ahad (30/12).
Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah tersebut, kondisi kesejahteraan di Indonesia sendiri masih jauh panggang dari api. “Karena itu kita harus terus kumandangkan, gencarkan, kampanye untuk kesejahteraan dan keadilan sosial itu agar bangsa ini mencapai ke sana,” tekannya.
Spektrum keadilan, tambah Muhadjir, bukan hanya sekadar keadilan dalam ruang sempit, tapi bersifat meluas. “Tapi keadilan sosial,” ucapnya, yang dalam perspektif ini, Muhammadiyah telah bekerja keras memperjuangkan keadilan sosial berkolaborasi dengan semua pihak. “Untuk terciptanya kesejahteraan bersama,” sambungnya.
Dalam konteks ini, Muhadjir mengingatkan, Muhammadiyah memiliki 10 sifat yang termaktub di dalam Kepribadian Muhammadiyah. Salah satu poinnya, “Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT.”
“Jadi Muhammadiyah itu memang secara DNA (deoxyribonucleic acid) membantu pemerintah, bukan untuk melawan pemerintah. Jadi itu watak dasar Muhammadiyah,” ujarnya.
Meskipun demikian, terang Muhadjir, Muhammadiyah tetap memberikan kritik konstruktif kepada pemerintah jika ada yang tidak berkelindan dengan khittah perjuangan Muhammadiyah. Di sinilah berlaku sifat Muhammadiyah poin 10, “Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.”
“Jadi kalau masih belum yakin, diajak berdiskusi dengan cara yang baik. Tidak maki-maki, tidak menggunakan kata-kata kotor, apalagi kemudian menjelek-jelekan orang lain,” pesannya. (Cris)


