YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Bagaimana pun DIY adalah etalase bagi Muhammadiyah. Kota yang memiliki julukan Kota Gudeg tersebut menjadi simbol dari gerakan praksis yang mengakar sampai ke tingkat cabang dan ranting.
Tak terkecuali LAZISMU DIY. Sebagai lembaga yang bergerak di sektor pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, serta sedekah, LAZISMU DIY juga telah menjadi icon nasional. Terutama terkait dengan pelayanan dan pengelolaan dana amanah dari masyarakat. Indikator capaian ini dapat dilihat dari bagaimana LAZISMU DIY selamat 3 tahun berturut-turut berhasil menyabet status keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari pihak yang berwenang.
Ketua LAZISMU Pusat Ahmad Mujadid Rais dalam acara yang berlangsung di Kantor PWM DIY itu mengatakan. Meski LAZISMU memiliki amanah yang besar terkait dana publik yang dikelolanya, dengan ketekunan dan akuntabilitas, ia yakin bahwa itu bukan tugas berat bagi LAZISMU.
Ia pun mengajak seluruh elemen di LAZISMU untuk menerapkan prinsip pengelolaan dana yang terbuka dan akuntabel. Yang mana untuk mewujudkan itu semua diperlukan sistem individu maupun kelembagaan yang sehat serta amanah.
"Selamat menjalani audit keuangan bagi LAZISMU DIY, semoga dapat memenuhi seluruh aspek yang menjadi prasyarat yang diberikan oleh tim audit," ucapnya dalam agenda Audit Laporan Keuangan LAZISMU DIY (14/7).
Terkait dengan potensi besar yang dimiliki Muhammadiyah DIY, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY Ihwan Ahada menjelaskan. Walaupun letak geografis wilayah serta populasi masyarakat DIY relatif cukup kecil jika dibandingkan dengan wilayah lain, namun Muhammadiyah DIY memiliki potensi yang cukup besar.
"Small, Beautiful, and powerful," tegasnya.
Ketika ditanya soal seberapa besar potensi tersebut, Ihwan menerangkan bahwa LAZISMU DIY telah menjadi barometer nasional dalam hal pengumpulan dana masyarakat.
"Kalau Muhammadiyah diberi 1000, akan dikembangkan menjadi 2000," tambahnya. (diko)