GRESIK, Suara Muhammadiyah - Asap kopi mengepul perlahan di bawah langit malam yang teduh. Di halaman Masjid KH. Ahmad Dahlan Sidayu, Gresik, gelas-gelas kopi hitam dan teh manis berjejer di atas tikar, bersanding dengan kacang rebus dan beras kencur.
Sabtu malam itu, masjid tak hanya menjadi tempat bersujud, tetapi juga menjadi ruang hangat yang menyatukan gagasan dan tawa, mempertemukan generasi muda dalam suasana santai namun sarat makna.
Malam itu bukan malam biasa. Dibalik singkatnya suguhan, ada semangat besar yang tengah tumbuh yaitu semangat membumikan masjid sebagai pusat kehidupan umat.
Program bertajuk Ayo Ngopi Rek untuk pertama kalinya digelar di Kabupaten Gresik pada Sabtu, 17 Mei 2025. Sebuah inisiatif yang lahir dari inspirasi sederhana namun berdampak luas: video di TikTok.
“Inspirasi ini datang dari video TikTok Masjid 17 Purwokerto. Kami langsung berdiskusi bersama teman-teman Angkatan Muda Muhammadiyah antara lain IPM, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Tapak Suci, dan Hizbul Wathan,” ujar Ainun Nasih, Ketua Takmir Masjid KH. Ahmad Dahlan Sidayu.
Nasih yang akrab disapa H. Acik menuturkan bahwa program ini dirancang sebagai ruang kolaborasi, dialog, dan pertemuan antargenerasi muda di sekitar masjid. Ia menyadari, banyak pemuda yang memiliki gagasan besar namun sering menemukan tempat yang tepat untuk menyuarakannya. Maka dari itu, Ayo Ngopi Rek hadir sebagai jembatan antara ide dan aksi, antara masjid dan masyarakat.
Menu yang disuguhkan memang sederhana, antara lain kopi, teh, beras kencur, kacang rebus, bahkan nasi bungkus. Semuanya disiapkan secara gotong royong oleh para pemuda masjid.
Namun lebih dari sekedar urusan perut, kegiatan ini membawa pesan penting: masjid bisa menjadi rumah kedua bagi para pemuda, tempat mereka merasa diterima, didengar, dan diberdayakan.
“Sudah saatnya menyatukan pemuda dengan memberi mereka wadah seperti ini,” tutur Falaq Fazarudhin, Koordinator Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Sidayu.
Ia mengapresiasi takmir masjid yang telah membuka ruang bagi generasi muda untuk tumbuh dan berkontribusi.
Lebih jauh lagi, Falaq menekankan pentingnya menghidupkan kembali peran masjid sebagai pusat peradaban.
“Dalam sejarah Islam, masjid bukan hanya sekedar tempat beribadah, tetapi juga tempat berdiskusi, merancang strategi, hingga melahirkan pergerakan. Bahkan Revolusi Prancis dimulai dari kedai kopi. Maka ruang informal seperti ini justru sering kali melahirkan inspirasi besar,” ujarnya.
Rencananya, program ini akan menjadi agenda rutin setiap Sabtu malam. Didesain bukan hanya sebagai ajang silaturahmi, tetapi juga forum belajar sosial, pertukaran ide, dan mempelajari peran pemuda dalam kehidupan bermasyarakat.
“Semoga dari secangkir kopi ini lahir perubahan besar,” harap H. Acik, Ketua Takmir Masjid KH. Ahmad Dahlan Sidayu.
Dari gelas-gelas sederhana itu, harapan tumbuh. Bukan hanya untuk memakmurkan masjid, tetapi juga untuk memakmurkan umat dari perbincangan ringan menjadi rencana besar, dari suasana santai menuju perubahan yang nyata. (azhar/diko)