BLITAR, Suara Muhammdiyah - Ketua Pimpinan Pusat 'Aisyiyah Latifah Iskandar turut menghadiri acara Milad 'Aisyiyah ke 108, Selasa (1/7) di Jawa Timur dengan mengusung Tema "Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Qaryah Thayibah untuk Jawa Timur Mandiri dan Sejahtera."
Latifah menyampaikan, bahwa buah dan sayuran ini memiliki posisi utama dalam komposisi makanan manusia menurut Al-Qur’an. Buah-buahan yang disebut dalam Al-Qur’an seperti anggur, delima, kurma, zaitun, dan pisang adalah simbol dari kesempurnaan ciptaan Allah. "Semuanya berbiji dan disebut sebagai bagian dari kenikmatan surga. Sehingga, buah tanpa biji sebaiknya dihindari dikarenakan Qur’an itu mengindikasikan bahwa buah yang berbiji justru tidak menguntungkan,” ujarnya.
Beliau menekankan tentang konsep Qoryah Thayyibah. Sebuah desa Islami yang menjalankan nilai-nilai agama baik dalam hubungan dengan Allah (hablum minallah), sesama manusia (hablum minannas), maupun dengan lingkungan (hamblum minalalam). "Konsep ini telah dicanangkan 'Aisyiyah sejak 2010 dan diperkuat melalui program ketahanan pangan berbasis keluarga," tuturnya
Dalam kesempatan ini, Latifah mengungkapkan keprihatinan atas menurunnya lahan pertanian di Pulau Jawa dan berbagai wilayah lainnya. Ia menyoroti data BPS yang menunjukkan penurunan ketersediaan lahan pangan akibat alih fungsi lahan. Kasus seperti di Pulau Enggano, Bengkulu, di mana ribuan warga mengalami krisis pangan karena tidak ada pasokan masuk, menjadi bukti nyata pentingnya kemandirian pangan.
“Indonesia berada di peringkat ke-66 dari 113 negara dalam indeks ketahanan pangan dunia. Ini angka yang patut jadi perhatian kita bersama,” jelasnya.
'Aisyiyah telah merespons hal tersebut dengan menggalakkan Gerakan Ketahanan Pangan dari tingkat pusat hingga daerah sejak periode 2017–2022, dan akan diperkuat kembali di periode 2022–2027. Gerakan ini mendorong masyarakat untuk “menanam apa yang dimakan, dan makan apa yang ditanam”.
Latifah juga menyinggung terkait Ketahanan Pangan, Tantangan dan Peluang di Masa Transisi Pemerintah, namun juga mengingatkan tantangan nyata seperti tingginya impor beras yang mencapai 3 juta ton pada 2022.
“Kalau semua komponen bangsa bersinergi, swasembada pangan itu bukan mustahil. Tapi harus dimulai dari rumah tangga, dari desa, dari kesadaran bersama,” tambahnya.
Ia pun mengingatkan akan ancaman global seperti pandemi dan potensi konflik internasional yang membuat negara-negara pengekspor mulai menahan produk pangannya untuk kepentingan dalam negeri, sebagaimana terjadi saat COVID-19 ketika Vietnam dan Thailand menahan ekspor beras.
Dalam kesempatan tersebut, Latifah menyambut kehadiran Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang turut hadir dalam acara Milad 'Aisyiyah ke 108. Ia menyampaikan apresiasi atas sinergi yang telah terjalin antara Aisyiyah dan pemerintah daerah.
“ 'Aisyiyah itu DNA-nya memang berkontribusi untuk bangsa ini sejak lahir. Kami tetap mandiri, tetapi bermitra dengan pemerintah adalah bagian dari pengabdian,” pungkasnya. (Anggi)