Konsistensi Menjaga Api Literasi, Haedar Nashir Terpilih sebagai Tokoh Perbukuan Islam 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
851
Haedar Nashir

Haedar Nashir

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dikenal sebagai sosok yang tak kenal lelah dalam menulis. Ratusan tulisannya tersebar di media, baik lokal maupun nasional. Termasuk, penulis tetap Rubrik Bingkai Majalah Suara Muhammadiyah, yang jumlahnya lebih dari 500 tulisan.

Karena itu, Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DKI Jakarta memilih Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir sebagai Tokoh Perbukuan Islam 2025 dalam agenda Islamic Book Fair Award 2025. Penghargaan tersebut akan diberikan hari ini, Rabu (18/6) dalam panggung utama 23rd Islamic Book Fair 2025 di Jakarta International Convention Center, Senayan Jakarta.

Haedar dinilai menjaga konsistensi menjadikan api literasi sebagai bagian denyut nadi gerakan dakwah dan tajdid Muhammadiyah. Dengan menggunakan cabang pendekatan secara ilmiah, reflektif, dan humanistik, Haedar terus mendorong penguatan jangkar literasi di Muhammadiyah, pada khususnya dan seluruh masyarakat, pada umumnya.

Bagi Haedar, literasi sangat penting. Bukan saja hanya menyangkut aspek membaca dan menulis, tetapi kongruen dengan kemampuan personal dalam menggodok sebuah informasi yang diterima dan didengar. Hal itu sebagai medium untuk menjadikan hidup lebih cerdas dan berbudaya tinggi.

“Negara manapun tidak akan maju jika warganya tidak punya budaya literasi. Kebudayaan hidup karena literasi. Peradaban juga dicapai dengan budaya literasi. Bangsa nir-literasi mudah diperdaya pihak lain, hatta oleh sesama komponen bangsa sendiri,” kata Haedar.

Haedar berpandangan bahwa bangsa Indonesia akan semakin maju jika budaya literasinya bertumbuh-kembang secara luas yang melekat menjadi kebiasaan sehari-hari.

“Tiada detak jantung tanpa denyut literasi, dan janganlah sia-siakan sedetik waktu berlalu tanpa kesadaran literasi,” tegasnya.

Haedar juga mengajak kepada generasi muda untuk membangun kehidupan yang maju. Kuncinya dimulai dari kebiasaan membaca, menulis, dan gemar main informasi untuk hidup lebih berarti guna merebut masa depan milik kita. “Bukan piawai main game dan rebahan melewati batas. Janganlah sia-siakan sedetik waktu berlalu tanpa kesadaran literasi,” tandasnya.

Memang, tidak dinafikan kalau melihat literatur sejarah, tokoh-tokoh Muhammadiyah sejak zaman dulu, dikenal sebagai penulis dan kutu buku. Mereka bukan hanya ulama, tetapi juga intelektual. Tradisi literasi ini diteruskan oleh generasi berikutnya. Tokoh-tokoh seperti KH Ahmad Dahlan, KH Ahmad Badawi, KH AR Fachruddin, Buya Hamka, Buya Syafi’i Maarif, tumbuh sebagai sosok yang tekun menulis dan membaca.

Dan inilah yang kemudian dilanjutkan oleh Haedar. Haedar secara konsisten menghidupkan api literasi. Karena, “Bangsa Indonesia akan makin maju jika budaya literasinya bertumbuh-kembang secara luas yang melekat menjadi kebiasaan sehari-hari,” timpalnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Korps IMMawati kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung proses d....

Suara Muhammadiyah

13 August 2024

Berita

TEMANGGUNG, Suara Muhammadiyah - Ahad pagi yang menjadi agenda rotin kuliah Shubuh di Masjid Pondok ....

Suara Muhammadiyah

6 November 2023

Berita

KOTIM, Suara Muhammadiyah - Beberapa program diagendakan oleh Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah M....

Suara Muhammadiyah

10 December 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah....

Suara Muhammadiyah

14 October 2023

Berita

BUTON, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Buton (UM Buton) sukses menggelar seraseha....

Suara Muhammadiyah

26 June 2024