YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Mahasiswa yang melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Mandiri 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) harus fokus memenuhi 3 kebutuhan dasar masyarakat. Hal itu sebagaimana disampaikan Prof. Dr. Ir. Sukamta, S.T., M.T., IPM, Wakil Rektor bidang Akademik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada kegiatan Expo KKN Mandiri dengan tema “Surga Kecil di Pelosok Nusantara” yang bertempat di Lantai dasar Masjid K.H Ahmad Dahlan UMY, Senin (11/12).
Acara Expo KKN Mandiri tahun ini sukses menciptakan panggung yang penuh warna dengan beragam penampilan seni dan menjelaskan perjalanan masing-masing komunitas dalam masa pengabdian. Mulai dari tarian daerah hingga musik akustik, para peserta expo menunjukkan keberagaman budaya Indonesia yang memukau.
Dalam gelaran tersebut, tarian daerah menjadi sorotan utama dengan peserta yang mempersembahkan keindahan gerak dan kostum tradisional. Terdapat dua tarian yang dibawakan yaitu tarian “Gampang Hala” yang berasal dari Kupang, dan Tari “Tarian Berburu” yang berasal dari Papua. Para penonton terhipnotis oleh keanggunan tarian yang menggambarkan warisan budaya setiap daerah dengan detail yang mengagumkan.
Tujuan utama dari acara Expo KKN Mandiri adalah untuk memperkenalkan KKN mandiri di UMY kepada tamu undangan dan peserta yang hadir. Acara ini dihadiri oleh seluruh komunitas KKN mandiri UMY dan beberapa tamu penting, termasuk perwakilan dari Bank BPD DIY, BMT UMY, dan Bank BRI serta beberapa tokoh penting dari berbagai Universitas, yaiti Universitas Widya Mataram, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Makassar.
3 Kebutuhan dasar masyarakat tersebut yaitu air, listrik, dan teknologi. Sukamta menjelaskan bahwa air harus tersedia di setiap pelosok, meskipun di beberapa tempat, air bawah tanah mungkin sudah ada, tapi perlu adanya teknologi untuk membuatnya dapat dikonsumsi secara langsung.
“Jangan sampai di pelosok kurang air. Kalau di Wakatobi bawahnya sudah ada air tapi tidak bisa langsung dikonsumsi. Nah, bagaimana air di bawah itu langsung bisa dikonsumsi, untuk itu, ada teknologi masuk,” tutur Sukamta.
Selanjutnya menurut Sukamta, kebutuhan dasar listrik juga mesti diperhatikan. Apakah sudah menjangkau daerah 3 T tersebut atau belum. Jika belum, ia mendorong untuk membentuk suatu perangkat atau komponen yang dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik.
“Kalau belum ada listrik, maka teknologi harus masuk, ada solar cell. Anda bisa bentuk solar cell dengan angin, namanya hybrid, dan kami pernah bersama sama dengan Kementerian membentuk itu,” ungkapnya.
Kebutuhan dasar yang ketiga adalah internet. Menurutnya, internet sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok. Keberadaan dan akses internet dianggap sebagai hal penting dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat modern sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman.
“Kalau air, listrik, dan internet sudah masuk di pelosok, itu nanti akan menjadikan mereka nyaman,” imbuh Sukamta.
Jika 3 kebutuhan dasar masyarakat tersebut terpenuhi, maka cita-cita menciptakan surga kecil di pelosok nusantra akan tercapai. Namun, menurut Sukamta, hal itu bukanlah pekerjaan yang ringan dan tidak akan selesai hanya dalam satu kegiatan KKN semata.
“Nah, ini adalah pekerjaan besar dan mulia untuk menjadikan surga kecil itu di pelosok negeri. Oleh karena itu, ini pekerjaan besar. Maka kita bergabung supaya sama- sama menyelesaikan masalah fisik di surga kecil di pelosok negeri ini,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMY, Dr. H. Agung Danarto, M.Ag mengatakan bahwa UMY, meskipun taglinenya Muda Mendunia, tetapi pengabdian masyarakatnya mempelosok. “Mendunianya yang akan dibawa adalah keunggulan lokal,” ungkapnya.
Ia pun menyoroti berbagai keunggulan yang dimiliki oleh Indonesia, termasuk keberagaman suku bangsa, budaya, dan peradaban. Agung menggarisbawahi perbedaan peradaban antara kota dan daerah 3T, yang menunjukkan bahwa Indonesia, meskipun maju, namun di beberapa tempat, masih memiliki daerah yang relatif kurang maju.
Untuk itu, tugas utama perguruan tinggi dalah melakukan pemerataan pembangunan, pendidikan, dan kemajuan di berbagai pelosok Nusantara. UMY secara sengaja memilih daerah 3T untuk terjun, dengan harapan dapat menciptakan pusat pertumbuhan dan keunggulan baru. Agung berharap, pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh UMY dapat memberikan dampak signifikan bagi daerah-daerah yang masih tertinggal.
“Indonesia sangat luas, termasuk daerah-daerah yang bagus juga banyak. Sehingga surga kecil di Indonesia banyak sekali, cuma kalau sudah tinggal di surga kecil tadi itu, ketika pulang jangan lupa untuk tetap berharap surga yang betulan, karena jangan sampai sudah pernah melihat surga kecil lalu tidak mau nanti mengejar surga betulan,” pungkas Agung. (Mut)