BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Wilayah Persatuan Islam (Persis) Jawa Barat Iman Setiawan Latief yang hadir dan memberikan tausiah, mengapresiasi gelaran silaturahmi keluarga besar Muhammadiyah Jawa Barat yang bertema “Menguatkan Kolaborasi Gerakan Dakwah dan Kemanusiaan Universal” di Aula Masjid Raya Mujahidin, Jalan Sancang Nomor 6, Kota Bandung, pada Kamis (09/05/2024).
“Silaturahmi merupakan kewajiban bagi seorang muslim yang harus dilakukan, baik dengan sesama muslim maupun dengan non muslim. Saya berharap energi silaturahmi ini bisa diturunkan sampai ke bawah,” ujarnya.
Banyak sekali energi positif yang akan didapatkan dari silaturahmi. Selain mendapatkan cinta dan kasih saya dari sesama, juga mendapatkan ilmu dan hikmah. Kemudian juga akan dipanjangkan umur sebagaimana digambarkan oleh hadis Rasulullah SAW.
Nabi SAW juga bersabda bahwa nanti di akhirat akan ada tempat istimewa yang penghuninya bukan para nabi dan syuhada. Sahabat bertanya siapakah penghuninya? Nabi SAW menjawab bahwa penghuninya adalah mereka yang berkumpul dan bersilaturahmi karena keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Filosofi ramo
Terkait silaturahmi, kata Iman, ada filosofi Sunda yaitu filosofi ramo (jari). Pertama, ada kelingking yang menggambarkan orang-orang kecil. Kalau tidak ada kelingking, tidak ada keseimbangan di dalam jari dan tubuh.
Kedua, ada jari manis yang identik dengan keindahan. Ketiga, ada jari tengah sebagai simbol sineger tengah (moderat). Artinya, tidak terlalu kiri dan jangan terlalu kanan. Keempat, ada jari telunjuk yang menggambarkan kedewasaan dan kebijaksanaan. Kelima, jempol sebagai simbol untuk saling menghargai dan menghormati.
“Kalau jari ini bekerja sendiri, tidak akan bisa berbuat yang lebih banyak dari sekadar memencet layar hape. Kalau semua jari kompak, kita bisa berbuat sesuatu yang lebih besar dan melakukan perubahan,” katanya.
Iman berharap filosofi ini sejatinya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Momen berkumpulnya ormas Islam seperti NU, PUI, Persis, termasuk PB Paguyuban Pasundan, terutama keluarga besar Muhammadiyah, merupakan waktu yang tepat untuk menguatkan kolaborasi gerakan dakwah.
Iman sangat menyambut baik sekali kegiatan Muhammadiyah Jawa Barat ini. Ia berharap kegiatan seperti ini tidak hanya di tingkat wilayah, tetapi di berbagai daerah di Jawa Barat. Dengan demikian, jika ada perbedaan yang menajam bisa diselesaikan dengan baik.
Kata Iman, sebetulnya kalau di tataran elite sudah selesai. Namun, di tataran bawah masih ada yang “ateul tanduk”. Artinya, ada pihak-pihak yang baru tahu ilmu sedikit sudah menyerang sana sini sehingga menyebabkan konflik semakin membesar.
“Saya berharap spirit silaturahmi ini bisa diturunkan ke bawah dan saling berkolaborasi. Dalam hal ini terkait masalah-masalah universal dan kemanusiaan," imbuhnya.
"Soal kemanusiaan, misalnya Palestina, musibah banjir, kan tidak ada perbedaan. Kita mulai dari situ dan mari tinggalkan ego masing-masing. Kalau semua itu kita lakukan, energi positif dari silaturahmi ini bisa ditularkan dan jadi trigger bagi peradaban Islam,” pungkasnya.*