Keteladanan RA Kartini Mendobrak Kejumudan

Publish

22 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
814
Surat Kartini kepada Rosa Abendanon Foto Istimewa

Surat Kartini kepada Rosa Abendanon Foto Istimewa

Keteladanan RA Kartini Mendobrak Kejumudan

Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul), Penasehat PRM Troketon

"Tuhan menciptakan manusia dengan hak dan kewajiban yang sama, baik perempuan maupun laki-laki."

Setiap tanggal 21 April, kita memperingati Hari Kartini, mengenang sosok perempuan bernama Raden Ajeng Kartini, putri Raden Mas (RM) Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Kartini juga merupakan keturunan Sultan Hamengku Buwono VI dari Kraton Jogjakarta.

RA Kartini tumbuh sebagai putri seorang bupati di Jepara, hidup dalam lingkungan yang berkecukupan. Meskipun demikian, Kartini dikenal sebagai sosok yang mandiri dan penuh ambisi untuk mencoba hal baru. Dia bercita-cita membebaskan kaum perempuan dari ketertinggalan, agar bisa setara dengan laki-laki. Untuk itu, Kartini rajin membaca buku dan berinteraksi dengan dunia luar.

Dia juga membangun jaringan dengan mengirim surat ke teman-temannya di Eropa, walaupun awalnya orang tuanya menolak. Namun, berkat dorongan dan dukungan dari saudara-saudaranya, Kardinah dan Roekmini, semangat Kartini semakin menyala. Filosofinya adalah "Ilmu adalah jendela dunia," dan dia mengutip ungkapan, "Minnal Dzulumatin Ilan Nur" (Dari kegelapan menuju cahaya yang menerangi).

Selain itu, RA Kartini juga seorang santri yang cerdas, belajar agama dengan KH Sholeh Darat. Dia bahkan meminta penjelasan tafsir dari salah satu surat dalam Al-Qur'an.

Namun, meskipun bersemangat untuk belajar dan membebaskan perempuan dari belenggu ketertinggalan, Kartini harus menerima keputusan orang tuanya, terutama sang ayah, untuk menikah dengan sosok laki-laki pilihan mereka. Dia menikah dengan KRM Adipati Aria Singgih Djoyo Adiningrat, Bupati Rembang, pada 12 November 1903. Meskipun demikian, semangatnya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan tetap menyala.

Keteladanan dari RA Kartini

Dari jejak RA Kartini, ada lima nilai yang bisa kita warisi semangat belajar yang tinggi: Kartini terus belajar dalam kondisi apa pun, termasuk setelah menjadi istri bupati. Dia juga belajar agama dari KH Sholeh Darat, seorang ulama terkenal di Semarang. Supel dalam pergaulan: Kartini tidak membeda-bedakan dalam bergaul, baik dengan kalangan ningrat maupun rakyat biasa.

Menghormati orang tua: Dia mengesampingkan egonya dengan mengikuti kehendak orang tuanya untuk menikah dengan sosok laki-laki pilihan mereka. Berani bermimpi: Kartini berani memimpikan kesetaraan bagi perempuan, melawan ketidakadilan, dan menghadapi tantangan. Berjiwa sosial: Dia gemar membantu orang lain, sebagaimana terlihat dari tindakan-tindakannya.

Sebagai generasi penerus, kita harus meneladani sifat-sifat yang Kartini tunjukkan selama hidupnya. Walaupun jasadnya sudah dikuburkan, nilai-nilai warisannya masih hidup.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Pelajari Bahasa Arab untuk Memahami Al-Qur`an  Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya....

Suara Muhammadiyah

7 June 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan  Sebelum Abu Bakar wafat, ia menominasikan penasihat militernya, Umar bin ....

Suara Muhammadiyah

24 July 2023

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Sebagai Muslim, kita tentu meng....

Suara Muhammadiyah

9 February 2024

Wawasan

Metode Bercerita: Memperkaya Pembelajaran di PAUD Oleh: Wildan Aji Saputra, S.Pd., M.Pd Perkembang....

Suara Muhammadiyah

27 February 2024

Wawasan

Ikhtiar Awal Menuju Keluarga Sakinah (25) Oleh: Mohammad Fakhrudin (warga Muhammadiyah tinggal di M....

Suara Muhammadiyah

22 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah