Keris dan Makna Filosofi Kehidupan Manusia

Publish

11 July 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
92
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Keris dan Makna Filosofi Kehidupan Manusia

Oleh: Rumini Zulfikar, Penasihat PRM Troketon, Pedan, Klaten.

Keris, selain sebagai benda pusaka hasil budi daya manusia, juga mempunyai nilai-nilai filosofi kehidupan, yang semuanya memberikan pelajaran atau petuah bagi umat manusia itu sendiri.

Kita tahu bahwa bagi masyarakat Jawa, setiap bulan Sura atau Muharram, ada sebuah ritual yang disebut menjamas (membersihkan) pusaka seperti tombak, keris, dan lainnya. Masyarakat Jawa meyakini bahwa pusaka itu seperti manusia: jika tidak dirawat akan cepat rusak atau mudah berkarat. Seperti halnya manusia, jika tidak pernah mandi atau dibersihkan, tentu akan merasa tidak nyaman saat berkumpul. Dengan kata lain, kita seperti orang yang tidak pernah mandi—akan memberi kesan tidak baik, yakni bau badan. Terlebih lagi hati kita—jika tidak pernah dibasuh, maka hati ini akan keruh, kotor, dan memengaruhi tabiat dalam kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini sangat membahayakan, baik bagi diri sendiri maupun orang di sekitar kita.

Kembali pada makna sebenarnya, para empu di masa lalu ketika membuat keris tidak melakukannya secara sembarangan. Mereka menempuh tirakat yang panjang, membersihkan hati dan pikirannya dengan harapan mendapatkan pusaka yang memiliki nilai tinggi serta pamor bagi pemiliknya, sehingga dapat memancarkan keberanian dan kewibawaan bagi yang memakainya.

Jika kita menelisik makna filosofi keris dalam kehidupan manusia berdasarkan beberapa literatur, setidaknya ada 10 nilai filosofi, spiritual, dan budaya yang mendalam:

1.      Wilah adalah bilah utama yang biasanya terbuat dari besi, baja, atau nikel. Memiliki makna filosofi tentang keteguhan, keberanian, dan ketulusan hati pemiliknya. Berbagai jenis pamor atau pola pada bilah memiliki makna dan tujuan spiritual, seperti perlindungan atau keberuntungan bagi pemiliknya.

2.      Ganja adalah bagian bawah dari bilah keris yang berbentuk mirip alas atau penyangga. Ganja sering disimbolkan sebagai bumi atau dunia tempat manusia hidup.

3.      Pamor adalah pola hiasan dari lapisan logam berbeda di bilah keris. Mengandung filosofi tentang nasib dan takdir. Setiap pamor memiliki makna khusus, misalnya pamor blarak sineret yang dipercaya memberikan keberanian dan kewibawaan.

4.      Pesi adalah tangkai yang dimasukkan ke dalam gagang. Pesi memiliki filosofi hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, yakni hubungan spiritual dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5.      Ukiran adalah gagang atau pegangan keris yang biasanya terbuat dari kayu, gading, atau tanduk. Mempunyai filosofi tentang karakter dan kepribadian pemiliknya, dengan simbol-simbol seperti naga atau burung yang melambangkan kekuatan dan kebijaksanaan.

6.      Warangka adalah sarung keris yang melindungi bilah ketika tidak digunakan. Mempunyai filosofi tentang kedamaian dan perlindungan—bahwa kekuatan harus disimpan dan hanya digunakan ketika benar-benar diperlukan, mencerminkan pengendalian dan kebijaksanaan.

7.      Pendok adalah pelindung luar dari warangka, biasanya terbuat dari logam seperti kuningan atau emas. Mempunyai makna keindahan dan perlindungan, serta filosofi tentang pentingnya menjaga martabat dan keindahan lahiriah maupun batiniah.

8.      Mendak adalah cincin yang terletak antara bilah dan gagang. Mempunyai filosofi sebagai penghubung antara aspek spiritual (bilah) dan fisik (gagang), mencerminkan keseimbangan dalam kehidupan manusia.

9.      Deder (RI Pandan) adalah bagian dari ukiran yang berfungsi sebagai pegangan tambahan agar keris dapat dipegang dengan mantap. Mengandung filosofi tentang pentingnya pegangan yang kokoh dan stabil dalam menjalani kehidupan, serta kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

10.  Tangguh adalah aspek penting dalam penilaian keris, mencakup usia, asal-usul, dan teknik pembuatan. Mengandung filosofi tentang nilai budaya, keahlian, serta kualitas yang bertahan lama. Sebuah pusaka keris yang tangguh bukan hanya dihargai karena usianya, tetapi juga karena representasi dari sejarah dan tradisi yang terkandung di dalamnya.

Dengan demikian, keris bukan hanya senjata, tetapi memiliki nilai-nilai filosofi yang mendalam. Hal ini menjadi pelajaran bagi umat manusia dalam menyikapi kehidupan di tengah disrupsi, arus globalisasi, dan era modern—agar menjadi pribadi yang mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan hubungan secara vertikal (hablum minallah) dalam kesalehan spiritual, juga horizontal (hablum minannas) dalam kesalehan sosial.

Maka, momentum Muharram atau bulan Sura merupakan titik awal untuk memperbarui diri secara batiniah dan lahiriah. Seyogianya, kita sebagai umat bertauhid harus mampu mengambil pelajaran dari makna filosofi keris: pentingnya menjaga diri agar tidak keluar dari warangka atau wadah, yaitu nilai-nilai agama dan budaya yang saling berkaitan satu sama lain, sehingga menjadi insan yang kamil. Aamiin.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Anak Saleh (21) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

12 December 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Islam mengajarkan bahwa kita dilahirkan dengan karakter yang bersih tanpa dosa ....

Suara Muhammadiyah

16 October 2023

Wawasan

Sifat Cinta Orang Beriman Kepada Allah SWT Oleh: Rofiq Nurhadi, Dosen AIK Universitas Muhammadiyah ....

Suara Muhammadiyah

12 March 2025

Wawasan

Oleh: Rusydi Umar, Dosen Universitas Ahmad Dahlan, Anggota MPI PP Muhammadiyah (2015-2022) Nasyiatu....

Suara Muhammadiyah

21 May 2025

Wawasan

Homo Digitalis Kehilangan Titik Referensi Oleh: Agusliadi Massere Dalam narasi-narasi semiotik Yas....

Suara Muhammadiyah

10 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah