Karakter Entrepreneurship, Tantangan Kemendikdasmen RI

Publish

22 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
33
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Pemerintah Indonesia telah menata kebijakan dan pola pengembangan kewirausahaan dengan mewujudkan ekosistem pendidikan kewirausahaan di institusi pendidikan. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional Tahun 2021-2024 telah menargetkan rasio kewirausahaan pada tahun 2024 adalah 4,0% dengan baseline pada tahun 2019 sebesar 3,3% kemudian meningkat menjadi 3,6% pada tahun 2020, 3,7% tahun 2021, 3,8% tahun 2022, dan 3,9% tahun 2023. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi pengangguran yang masih tinggi dan meningkakan  taraf hidup masyarakat. Pengembangan Kewirausahaan di lembaga pendidikan menjadi PR sekaligus tantangan Mendikdasmen yang baru, Prof Mu’ti. 

Institusi pendidikan memiliki peran strategis mewujudkan program pemerintah tersebut. Ekosistem lingkungan sekolah dan pesantren berpotensi melahirkan peserta didik yang memiliki jiwa entrepeneurship. Lembaga pendidikan merupakan tempat persemaian minat dan karakter kewirausahaan. Individu yang tidak memiliki minat dan kinerja entrepreneurship rentan terhadap kesejahteraan. Minat dan Kinerja entrepreneurship dibangun dalam suatu sistem pendidikan karakter yang memberikan pengalaman dan keterampilan entrepreneurship. 

Sayang sekali lembaga pendidikan yang fokus menanamkan jiwa kewirausahaan kepada peserta didik masih minim. Ijazah dan pengetahuan tidak menjamin lulusan sebuah lembaga pendidikan memperoleh pekerjaan sesuai latar belakang ilmu pengetahuan yang dimiliki. Penanaman jiwa kewirausahaan kepada peserta didik menjadi faktor penting yang berpotensi menjadi solusi alternatif menciptakan lowongan pekerjaan.

Sosok entrepreneur bisa muncul karena faktor hereditas. Temuan David Koch ( 2008 ) menunjukkan 60% pebisnis berasal dari keluarga pengusaha karenanya karakter entrepreneurship merupakan warisan. Berbeda dari Koch, Lange ( 2011 ) menemukan sosok entrepreneur diciptakan melalui pendidikan dan latihan. Lange membuktikan 2/3 peserta pendidikan dan pelatihan entrepreneurship mengembangkan kemampuannya dengan menjadi pelaku usaha  atau pebisnis. Mereka membuka lapangan usaha dan berusaha memiliki kebebasan finansial secara mandiri. Dalam pandangan ini karakter entrepreneurship dapat dibentuk melalui proses pendidikan dan pelatihan. Jika karakter  merupakan watak, perangai, sifat dasar yang khas yang secara kualitas dapat dijadikan ciri yang membedakan seseorang dengan yang lain maka entrepreneurship adalah pengetahuan dan keterampilan memanfaatkan peluang usaha dan menjalankan bisnis. Karakter entrepreneurship dengan demikian dapat ditanamkan dalam proses pendidikan secara berulang dan berkelanjutan.

Penanaman pendidikan karakter entrepreneurship di sekolah ataupun pesantren potensial memberikan dampak positif terhadap peserta didik. Pendidikan karakter semacam ini dapat menciptakan keseimbangan antara sikap kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai bekal penting menghadapi persaingan hidup di masa depan bagi peserta didik. Sekolah dan pesantren seyogyanya memikirkan lebih serius penanaman karakter entrepreneurship agar lulusannya berdaya. Melalui integrasi kurikulum kewirausahaan ke dalam sejumlah mata pelajaran dan mewujudkan ekosistem sekolah yang banyak memberikan praktek bisnis dan unit usaha karakter entrepreneurship dapat terbentuk. Pendidikan karakter entrepreneurship juga mampu memperkuat resiliensi peserta didik menghadapi ancaman dan pengaruh buruk dalam kehidupan sejalan dengan kebutuhan akses terbukanya kesempatan lapangan kerja di dunia usaha dan industri. 

Islam memandang seorang muslim harus memiliki etos kerja dan berusaha keras memenuhi kebutuhan hidupnya. Teks teks Alquran berkaitan dengan pentingnya seorang muslim memiliki karakter entrepreneurship misalnya:

“Katakanlah, (Muhammad) bekerjalah kalian maka Allah dan rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kalian akan dikembalikan kepada Allah yang maha mengetahui yang ghaib dan yang nyata dan akan diberitahukan kepada kalian apa yang kalian lakukan itu” (QS. at Taubah:105). 

Nash di atas dan nash lain seperti dalam al Qashas ayat 77 atau al jum”ah ayat 10 rmenunjukkan bukti agar muslim bekerja keras dan hidup mandiri. Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Rasulullah saw merupakan seorang entrepreneur. Dalam Rasulullah Business School (Laode, 2016) disebutkan adanya 12 prinsip usaha yang dilakukan oleh nabi di antaranya tentang kejujuran dan lihai memasarkan produk. Hadis-hadis nabi tentang dorongan berwirausaha ditemukan dalam riwayat misalnya: sabda beliau bahwa: “Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya sendiri, ‘amalurrajuli biyadihi” (HR. Abu Dawud). Hadis lain juga menyatakan bahwa “ tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”; “al yad al ‘ulya khairun min al yad al sufla” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan bahasa simbolik ini, nabi mendorong umatnya bekerja keras supaya memiliki kekayaan sehingga dapat memberikan sesuatu kepada orang lain atau atuzzakah, infaq dan shadaqoh. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima kunjungan Menteri Agama Nas....

Suara Muhammadiyah

14 March 2025

Berita

MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Isu Lingkungan Hidup masih sering diabaikan dan cenderung kurang mend....

Suara Muhammadiyah

30 September 2023

Berita

PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan akan menangani kerusakan Ke....

Suara Muhammadiyah

16 March 2024

Berita

TEHERAN, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Iran, Terjemahkan Bu....

Suara Muhammadiyah

20 November 2024

Berita

MALAYA, Suara Muhamamdiyah – Berlaga di universitas top Malaysia, Tim Robotika SD Muhammadiyah....

Suara Muhammadiyah

10 September 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah