YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah hadir berupaya mewujudkan kehidupan yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Maknanya, kondisi kehidupan yang tercipta masyarakat utama, adil, makmur, dan diridhai Allah SwT.
“Satu konsep yang abstrak, tetapi harus menjadi realitas. Sehingga karenanya, tugas kita, tugas orang Muhammadiyah adalah membuat realitas ini menjadi sesuatu sebagaimana dalam idealitas kita,” kata Agung Danarto.
Hal itu disampaikan saat pembukaan Musyawarah Daerah XXII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta dibuka Kamis (11/12) di Gedung E8 Djarnawi Hadikusuma Lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bagi Agung, mencapai idealitas secara sempurna adalah sesuatu yang mustahil. “Itu adanya di surga,” ujarnya. Namun demikian, ia menekankan bahwa hidup tanpa idealisme juga sama mustahilnya. Maka, manusia harus tetap memiliki nilai, tujuan, dan cita-cita luhur sebagai pijakan utama dalam menjelajah luasnya kehidupan di muka bumi.
“Mesti ada hal-hal yang baik di muka bumi ini. Mendekatkan realitas ke arah idealitas itu tanggung jawab kita,” tegasnya.
Di sinilah letak pentingnya kemampuan kader untuk membaca dan menerjemahkan realitas yang dihadapi potret kehidupan Indonesia saat ini. Beragam persoalan yang melekat di kehidupan bangsa, harus dilihat secara utuh agar dapat dipahami dengan benar.
“Kita harus punya realitas yang ada karena kita berada di dunia riil, dunia nyata,” ujarnya.
Agung mengingatkan, kader IMM jangan hanya sekadar menghadapi realitas karena dinilai tidak cukup. Namun, kader IMM harus memiliki gambaran tentang kondisi ideal yang ingin diperjuangkan secara kolektivitas.
“Realitas yang kita hadapi mesti dibarengi dengan pertanyaan dalam mindset kita: bagaimana sih idealnya?” tanyanya, dengan menitiktumpukan membaca realitas harus selalu diiringi dengan orientasi pada nilai dan cita-cita.
Dari situlah kemudian, pelan tapi pasti, sedikit dan bertahap, niscaya bisa melakukan transformasi secara komprehensif ke arah kehidupan yang lebih tersistematisasi dengan baik.
“Dengan begitu, kita melihat realitas bahwa kita bisa mengkritik, bisa melakukan perubahan, bisa melakukan perbaikan, bisa melakukan pembangunan, dan lain sebagainya. Dan itu menjadi tugas dari cendekiawan, intelektual mahasiswa Muhammadiyah,” tegasnya. (Cris)


