Jalan Sunyi Orang Tua kita Memberikan Keteladanan
Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul)
"Kami perintahkan kepada Manusia untuk berbakti kepada kedua ibu-bapaknya, ibunya yang mengandung dalam keadaan yang makin lemah, kemudian disapih sampai dua tahun. Bersyukurlah kamu kepadaku-Ku dan kepada kedua ibu-bapakmu.
(Luqman Ayat 14.)
"Dikala Orang tua membangunkan kita, lantas kita diajak pergi ke pasar dengan membawa obor kecil sambil Mendorong Bronjong Itu Memberikan sebuah pelajaran tentang perjuangan hidup."
Sosok yang tidak bisa dilupakan dan harus dihormati sampai kapan pun adalah kedua orang tua (bapak-ibu) kita, dengan rahmatnya dan kehendak Allah serta lewat wasilah sosok inilah kita menjadi ada di dunia ini. Dengan penuh kasih sayangnya, terutama seorang ibu selalu menjaga, merawat, dan mendoakan kita semoga kita menjadi anak yang sholeh, sukses dunia dan akhirat, walaupun kondisi dari orang tua tidak sama, ada yang berkecukupan dalam hal materi maupun pas-pasan, atau bahkan dalam kondisi yang miskin.
Akan tetapi naluri orang tua bagaimana anak-anaknya besok lebih baik baik itu secara pendidikan, ekonomi maupun yang lainnya, maka apapun tetap dilakukan orang tua, bangun malam pergi ke pasar untuk menjual dagangan dengan berjalan yang berjalan kiloan meter kaki di dampingi seorang suaminya dengan menggunakan sepeda ontel dengan dituntun membawa dagangannya. Dengan sebuah keyakinan ikhtiar bahwa dengan jalan yang dilakukannya dalam menyebut rejeki di mudahkan oleh Sang pencipta, kadang dalam kondisi cuaca hujan, atau bahkan dalam kondisi badan sakit, kadang itu tidak menjadi sebuah alasan untuk tidak mengais rejeki, dengan jalan berjualan atau beraktivitas di kebun. Itulah pengorbanannya.
Dari pengorbanannya itu orang tua kita tidak lantas dan sekonyong-konyong lantas minta imbalan pada anak-anaknya.
Oleh sebab itulah wajib hukumnya seorang anak harus berbakti pada kedua orang tuanya karena Winasis Mengatakan bahwa "Orang tua kita adalah Gusti Allah ingkang katon," dan dalam agama Islam bahkan Nabi Muhammad mewanti wanti pada umatnya agar berbakti pada kedua orang tua kita terutama ibu kita.
Janganlah kita membuat kedua orang tua menjadi murka pada kita karena atas tabiat atau perilaku kita yang tidak berbakti, maka kita sebagai anak harus bisa membuat kedua orang tua kita senang dan bahagia. Banyak cara kita bisa berbuat jika kita diberi kelebihan harta, ilmu maka kita bisa membahagiakan, jika pas-pasan maka kita bisa dengan bersikap lemah lembut pada kedua orang tua dengan akhlak atau adab serta budi pekerti yang baik. Jangan membentak jika kedua orang tua kita kesusahan atau sakit, maka tugas kita merawatnya, meringankan dengan cara yang ma'ruf dan humanis.
MIKUL DUWUR MENDEM JERUH
Sebuah ungkapan dalam bahasa Jawa yang mana itu memberikan pelajaran bagi seorang anak pada kedua orang tua kita yaitu dalam hal ini adalah dengan Mikul yaitu mengangkat atau mikul tinggi-tinggi akan sebuah tinggalan yang diwariskan pada kita yaitu keteladanannya. Dengan merawat, menjaga yang telah diwariskan itu berarti kita menunjukkan sikap berbakti pada kedua orang tua, jangan sampai rusak oleh ulah perilaku kita karena jika tidak bisa menjaganya maka kedua orang tua kita akan sedih.
Sedangkan Mendem jeruh adalah kita mengubur dalam kesalahan, kekhilafan dosa-dosa kedua orang tua kita kita tutupi dalam dalam.
Bulan Ramadan ini merupakan momentum yang tepat bagaimana kita membangun hubungan yang baik pada kedua orang tua yang masih hidup dan apabila kedua orang tua sudah meninggal kewajiban kita adalah mendoakan dan menziarahinya serta meneruskan cita-cita luhur yang belum dilaksanakan selama hidupnya.
Penulis: Penasehat PRM TROKETON, Anggota bidang syiar pemberdayaan MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan.