Islam dan Perdamaian

Publish

22 September 2023

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1074
sumber gambar: pixabay.com

sumber gambar: pixabay.com

Oleh: Donny Syofyan

Pernahkah Anda bertanya kapan perang Rusia-Ukraina akan berakhir? Jika demikian, Anda tidak sendirian. Perang itu telah menewaskan lebih dari 10.000 jiwa. Bukankah itu kelewatan? Jadi bagaimana kita bisa membangun perdamaian?

Kita semua menginginkan kedamaian. Yang menarik adalah bahwa Islam sangat menekankan perdamaian. Semua orang menginginkan kedamaian. Kita menginginkan kedamaian dengan tetangga kita. Kita tidak ingin tidur di malam hari dengan perasaan buruk tentang tetangga kita karena itu bisa sangat menyakitkan, atau dengan teman kita. Kita ingin hidup damai dengan masyarakat luas. Kita ingin berdamai dengan dunia dan kiti ingin dunia berdamai dengan dirinya sendiri. Kita tidak ingin mendengar tentang perang, gejolak, pertumpahan darah dan sebagainya.

Bagaimana kita bisa mencapai kedamaian? Banyak agama di dunia sangat ketat dalam upaya menegakkan kedamaian. Kita menghargai dan senang bahwa banyak hal baik dalam banyak ajaran agama. Apa yang unik tentang Islam adalah bahwa Islam memberikan resep tentang cara mencapai kedamaian itu. Islam adalah solusi untuk masalah utama dunia saat ini.

Pertama-tama, secara teoritis Islam berkorelasi linear dengan perdamaian. Gagasan perdamaian itu tercermin sangat jelas dalam doa yang sering dibaca oleh umat Islam seusai shalat lima kali sehari. Sebagai Muslim kita sering membaca doa ini usai shalat

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَأَدْ خِلْنَ الْجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَرَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَا لَيْتَ يَاذَالْجَلاَلِ وَالْأِ كْرَامِ

“Ya Allah, Engkau adalah Zat yang mempunyai keselamatan dan dari-Mu keselamatan itu kepada-Mu akan kembali lagi segala keselamatan itu, Ya Tuhan kami, hidupkanlah kami dengan selamat. Masukanlah kami ke surga kampung keselamatan. Engkaulah yang berkuasa memberi berkah dan Engkaulah Yang Maha Tinggi, wahai Zat yang memiliki keagungan dan kemuliaan."

Kita melihat bahwa doa ini mencerminkan bahwa kedamaian ada di sekitar kita. Allah adalah sumber kedamaian. Dari Dia datang kedamaian dan kepada-Nya kembali kedamaian. Kita menginginkan Allah menjadikan kita tinggal di dunia dengan damai dan akhirnya memasukan kita ke dalam surga, yang merupakan tempat tinggal yang damai, tempat kebahagiaan abadi yang sepenuhnya damai.

Gagasan perdamaian ini ditekankan berulang kali dalam Al-Qur’an. Misalnya Allah berfirman, “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah” (QS 8: 61). Ini menerangkan bahwa ketika Anda berperang dengan kelompok lain dan mereka tampak condong ke arah perdamaian, dan Anda berkata, "Oke, mari kita ikuti petunjuk itu dan mari kita buat perdamaian sekarang."

Mungkin mereka berpura-pura dan hanya berusaha membuat kita lengah sehingga mereka dapat menyerang kita dari belakang. Tetapi Tuhan memberi tahu kita agar kita memotivasi diri kita menuju kedamaian, menerima kedamaian, dan menerima rekonsiliasi sambil menaruh kepercayaan kepada Allah. Karena jika mereka memutuskan untuk menyerang kita dari belakang, Tuhan akan menjadi pelindung kita.

Perdamaian harus ditegakkan bersama dengan keadilan. Kadang-kadang perang berkobar guna menegakkan keadilan. Di Abad Pertengahan, para sarjana Kristen bekerja keras untuk mencari tahu apa yang mereka sebut sebagai teori perang yang adil. Yang menarik bahwa banyak prinsip teori perang yang adil justru sudah ada dalam Al-Qur’an. Teori ini sudah diajari sejak 1400 tahun yang lalu.

Umat Islam memiliki teori perang yang adil tentang apa yang tepat sebelum memasuki perang, ketika berperang, dan setelah perang. Keadilan sebelum perang berarti bahwa kita ikut berperang dengan niat yang benar dan lurus, yakni untuk mengoreksi ketidakadilan. Itu pun dilakukan sebagai upaya terakhir saja. Ia bukan sesuatu yang terbit di otak, terlintas pertama dalam pikiran.

Terkait dengan keadilan semasa berperang, harus ada proporsionalitas dan keselamatan warga sipil, yakni keselamatan mereka yang tidak kompeten berperang, seperti wanita dan anak-anak. Sementara setelah perang, harus ada repatriasi, rekonsiliasi, dan rehabilitasi. Semua bagian ini disentuh dan dijelaskan dalam Al-Qur’an, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas” (QS  2: 190). Ayat ini kentara sekali bahwa kita tidak boleh memerangi kecuali orang-orang yang memerangi kita. Bahkan Tuhan tidak menyukai orang-orang yang menyukai pelanggaran sebab Muslim tidak boleh melampui batas dengan membuat pelanggaran. Muslim dibolehkan memasuki medan pertempuran defensif bila diperlukan.

Secara terperinci, surah 22:39-40 memberikan alasan pembenaran untuk berperang, “Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sung-guh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu. (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa” (QS 22: 39-40).

Kita bisa melihat bahwa Islam adalah ajaran tentang perdamaian. Ia memberi kita resep tentang bagaimana membangun perdamaian dan perang jika memang diperlukan, bagaimana masuk ke dalam perang dan bertempur dengan cara yang adil.

Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

MUHAMMADIYAH: Medan Tempur dan Lahan Subur Oleh: Bahren Nurdin, Pimpinan Ranting Istimewa NSW, Aust....

Suara Muhammadiyah

9 December 2023

Wawasan

Ancaman terhadap Demokrasi Kita Oleh: Leonita Siwiyanti Baru-baru ini masyarakat dan mahasiswa tur....

Suara Muhammadiyah

27 August 2024

Wawasan

365 Hari Dilalui, 365 Hari Akan Kita Hadapi Oleh : Machnun Uzni, S.I.Kom, Wakil Sekertaris Pimpinan....

Suara Muhammadiyah

31 December 2023

Wawasan

Oleh: Mu’arif Kelahiran Majelis Tarjih yang diputuskan dalam Kongres Muhammadiyah XVI di Peka....

Suara Muhammadiyah

22 January 2024

Wawasan

Mengapa Pemilu Harus Diawasi? Oleh: Ahsan Jamet Hamidi Pemilihan Umum 1997, menjadi yang terakhir....

Suara Muhammadiyah

25 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah