Islam dan Perang : Antara Perdamaian dan Pembelaan Diri

Publish

9 September 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
367
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

Islam dan Perang: Antara Perdamaian dan Pembelaan Diri

Donny Syofyan

Apakah Islam menganjurkan umatnya untuk berperang melawan mereka yang berbeda keyakinan? Pertanyaan ini seringkali muncul, terutama karena adanya kelompok-kelompok ekstremis yang dengan keji menyalahgunakan ajaran suci Islam untuk membenarkan aksi kekerasan mereka. Namun, apakah pandangan ekstrem ini sejalan dengan esensi sejati Islam yang penuh kasih sayang dan toleransi?

Mari kita menyelami bagaimana Al-Qur`an, kitab suci umat Islam, memandang konsep perang. Pada intinya, perang dipandang sebagai pilihan terakhir yang pahit, sebuah "kejahatan yang diperlukan" ketika segala upaya diplomasi dan dialog telah menemui jalan buntu. Al-Qur`an justru senantiasa mengangkat tinggi nilai-nilai perdamaian. Bahkan, kata "Islam" sendiri berasal dari akar kata yang sama dengan "Salam", yang berarti damai. Salam yang kita ucapkan setiap hari, "Assalamu'alaikum", juga berarti "Semoga kedamaian menyertaimu."

Jadi, perdamaian adalah prinsip dasar yang tertanam dalam jiwa Islam. Al-Qur`an mengajarkan bahwa upaya mencapai kesepakatan dan penyelesaian masalah secara damai adalah jalan terbaik yang harus selalu diupayakan. Namun, bagaimana jika kita dihadapkan pada musuh yang berniat menghancurkan kita, yang menolak segala bentuk perundingan dan perdamaian? Dalam situasi seperti itu, membela diri melalui perang diperbolehkan, tetapi dengan syarat dan ketentuan yang sangat ketat. Islam tidak pernah membenarkan kekerasan yang dilakukan secara sembarangan atau tanpa alasan yang jelas. 

Maka, perdamaian adalah kondisi ideal yang seharusnya selalu kita perjuangkan dengan segenap jiwa. Al-Qur`an dengan tegas menyatakan bahwa mencapai kesepakatan dan penyelesaian masalah secara damai adalah jalan terbaik yang harus kita tempuh. Namun, realitas dunia terkadang tak seindah harapan. Bagaimana jika kita berhadapan dengan musuh yang bertekad bulat untuk memusnahkan kita, yang menolak segala bentuk dialog dan perdamaian? Dalam kondisi terdesak seperti itu, ketika nyawa kita terancam dan tak ada lagi jalan keluar, Islam membolehkan umatnya untuk membela diri melalui jalan perang.

Namun, perang dalam Islam bukanlah tindakan brutal tanpa aturan. Ada etika dan batasan yang harus dipatuhi dengan ketat. Menyerang warga sipil yang tidak terlibat dalam pertempuran adalah tindakan yang dilarang keras. Begitu pula dengan menghabisi nyawa musuh yang sudah tak berdaya. Jika seorang prajurit musuh terluka dan tidak lagi menjadi ancaman, maka kita tidak boleh lagi menyakitinya. Perang adalah upaya terakhir untuk membela diri, bukan ajang untuk melampiaskan dendam atau melakukan kekerasan tanpa batas.

Sebagai contoh, Al-Qur`an dalam Surah Muhammad ayat 4 menyebutkan tentang “pancunglah batang leher mereka.” Namun, ayat ini perlu dipahami dalam konteks peperangan yang sedang berlangsung. Ketika musuh telah takluk, Al-Qur`an memerintahkan untuk memperlakukan mereka dengan baik, baik itu dengan menahan mereka sebagai tawanan, membebaskan mereka dengan tebusan, atau bahkan membebaskan mereka tanpa syarat, hingga peperangan berakhir. Ini menunjukkan bahwa perangbukanlah tujuan akhir, melainkan jalan terakhir untuk mencapai perdamaian. Islam mengajarkan bahwa bahkan dalam situasi perang yang penuh kekerasan, kita harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan berusaha untuk memulihkan perdamaian secepat mungkin. 

Namun, ada satu ayat yang sering disalahpahami dan dikutip di luar konteks, sehingga menimbulkan bayangan kelam tentang Islam. Ayat tersebut berbunyi "Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka" (QS At Taubah: 5). Ayat ini sering dijadikan senjata oleh pihak-pihak yang ingin menggambarkan Islam sebagai agama yang penuh kekerasan. Bagaimana kita seharusnya memahami ayat tersebut agar tidak terjebak dalam interpretasi yang keliru? Nah penting untuk memahami ayat ini dalam konteksnya yang lebih luas, baik dalam keseluruhan Surah At-Taubah maupun dalam kerangka Al-Qur`an secara menyeluruh. 

Ayat ke-6 dalam surah At-Taubah memberikan pencerahan yang sangat penting. Ayat ini menjelaskan bahwa jika ada musuh yang datang kepada Anda mencari perlindungan, maka Anda wajib memberikan perlindungan kepadanya agar ia dapat mendengarkan firman Allah, kemudian mengantarkannya ke tempat yang aman sesuai pilihannya. Ini adalah bukti nyata bahwa bahkan di tengah konflik yang berkecamuk, Islam tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan memberikan kesempatan bagi musuh untuk mencari perlindungan dan memahami kebenaran. 

Ayat ke-5 dan ke-6 ini, jika dibaca bersama-sama, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana Islam memandang perang dan perdamaian. Perang bukanlah tujuan, melainkan jalan terakhir ketika semua upaya damai telah gagal. Dan bahkan dalam situasi perang, Islam tetap mengajarkan umatnya untuk bersikap adil, berbelas kasih, dan memberikan kesempatan bagi musuh untuk bertobat dan mencari jalan menuju perdamaian. 

Bayangkan, di tengah gemuruh perang yang mengguncang jiwa, seorang musuh datang kepada Anda dengan langkah tertatih, memohon perlindungan. Dalam situasi yang penuh ketegangan ini, Anda diperintahkan oleh Allah untuk melindunginya, bahkan membantunya mencapai tempat yang aman sesuai keinginannya. Ini adalah bukti nyata bahwa ayat sebelumnya, yang sering disalahartikan sebagai perintah untuk membunuh tanpa pandang bulu, harus dipahami dalam konteks yang lebih luas dan bijaksana. Islam tidak mengajarkan kekerasan tanpa alasan, bahkan terhadap musuh sekalipun.

Jika kita memahami ayat sebelumnya sebagai perintah untuk membunuh semua non-Muslim tanpa pandang bulu, maka bagaimana kita menjelaskan situasi ketika seorang musuh datang kepada kita untuk mencari perlindungan? Apakah itu berarti kita harus membunuhnya juga? Tentu tidak! Justru sebaliknya, kita diwajibkan untuk memberikan perlindungan kepadanya. Ini menunjukkan bahwa pemahaman yang sempit dan dangkal terhadap ayat tersebut adalah keliru.

Sekarang, mari kita telaah Surah 9 ayat 5 yang sering disalahpahami. Jika kita melihat ayat-ayat sebelumnya, empat ayat pertama dalam surah tersebut, akan terlihat bahwa ada juga perintah sebelum ayat ini yang menyatakan bahwa jika musuh menghentikan permusuhan mereka, maka kita juga harus menghentikan pertempuran. Ini menunjukkan bahwa Islam selalu mengutamakan perdamaian dan hanya membolehkan perang sebagai upaya terakhir untuk membela diri ketika semua jalan damai telah tertutup. 

Ayat ke-5 dalam Surah At-Taubah harus dipahami dalam konteks peperangan yang sedang berlangsung melawan musuh yang terus-menerus menyerang dan menolak perdamaian. Ayat ini bukanlah perintah untuk membunuh semua non-Muslim tanpa pandang bulu, melainkan seruan untuk melawan musuh yang secara aktif memerangi umat Islam.

Ayat-ayat lainnya mengungkapkan situasi kritis di mana umat Islam menghadapi deklarasi perang terbuka, yang memaksa mereka untuk mengambil langkah-langkah tegas dalam mempertahankan diri. Pada masa itu, musuh tidak hanya mengancam keselamatan umat Islam melalui serangan langsung, tetapi juga dengan strategi penyergapan dan tipu daya yang kejam. Dalam konteks ini, umat Islam diberikan izin untuk menggunakan kekuatan penuh dalam membela diri, termasuk menerapkan taktik serupa yang digunakan musuh mereka.

Sebagai tanggapan, sebuah pengumuman resmi disampaikan kepada musuh-musuh mereka, memberi tahu bahwa mereka memiliki waktu empat bulan—bulan-bulan suci yang dihormati—di mana tidak boleh ada tindakan perang yang dilakukan. Waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk mempertimbangkan jalan perdamaian. Namun, jika setelah periode suci ini musuh masih melanjutkan serangan mereka terhadap umat Islam, maka umat Islam pun berhak untuk membalas dengan tindakan yang sama kuatnya, termasuk serangan ofensif jika diperlukan.

Jika terjadi pembunuhan terhadap umat Islam di mana pun, maka umat Islam diperbolehkan untuk membalas dalam skala yang setara. Akan tetapi, jika musuh memutuskan untuk menghentikan serangan mereka, maka konflik tersebut dapat diakhiri dengan damai, dan umat Islam akan meletakkan senjata mereka. Selain itu, jika ada musuh yang menunjukkan keinginan untuk berubah pikiran atau mencari pemahaman lebih lanjut tentang keyakinan dan tindakan umat Islam, mereka akan diberikan perlindungan penuh, dan setelah itu, mereka akan diantar kembali ke tempat aman mereka, memastikan keselamatan dan keamanan mereka terjamin.

Al-Qur'an sejatinya menuntun kita untuk hidup berdampingan dengan orang lain dalam kedamaian, menggarisbawahi bahwa perdamaian adalah keadaan alamiah yang seharusnya menjadi tujuan utama dalam setiap interaksi. Gangguan terhadap perdamaian ini hanya terjadi ketika kita menghadapi serangan, di mana dalam situasi tersebut, kita diwajibkan untuk membela diri. 

Misalnya, dalam Surah Al-Baqarah ayat 190, Al-Qur'an dengan tegas menyatakan, "Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." Ini menunjukkan bahwa meskipun tindakan defensif diizinkan, umat Islam tetap harus menjaga batas-batas etika dan moral, menjadikan perang sebagai jalan terakhir, hanya untuk mempertahankan diri, dan bukan untuk menimbulkan permusuhan atau kekerasan yang tidak perlu.

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Pentingnya Dakwah Komunitas di Era Modern Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon "Mengajak ....

Suara Muhammadiyah

1 September 2024

Wawasan

 Kaum Alit Terjepit Kaum Elit Oleh: Rumini Zulfikar Pada hari senin, 11 September 2023 kita ....

Suara Muhammadiyah

14 September 2023

Wawasan

Ortom Tempat Berkarya, Bukan Untuk Kepentingan Pribadi Oleh: Kens Geo Danuarta Kader IPM Lampung Ti....

Suara Muhammadiyah

26 June 2024

Wawasan

Merawat Spirit ‘Idul Fitri Oleh Muhammad Qorib, PWM Sumatera Utara dan Dekan FAI UMSU &lsquo....

Suara Muhammadiyah

8 April 2024

Wawasan

Oleh: Mu’arif “Bukan H. Akis, tapi H. Anis,” demikian tulis Mh. Djamaluddin Anis ....

Suara Muhammadiyah

21 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah