JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dorong kesadaran kolektif bahwa menjaga lingkungan dan mendukung keadilan energi adalah bagian dari ibadah dan amanah sebagai khalifah di bumi, Kata Data Green, MOSAIC, dan GreenFaith Indonesia menyelenggarakan Workshop Session bertajuk ‘Islam and the Environment: Faith in Action’. Acara ini dilaksanakan sebagai rangkaian kegiatan Katadata SAFE 2025 di Jakarta, 11 September 2025.
Pertemuan ini dihadiri Hening Parlan, National Coordinator GreenFaith Indonesia sebagai pembicara, dan dimoderatori oleh Elok Faiqotul Mutia selaku Associate Campaign Director, Purpose dan Kepala Divisi Komunikasi MOSAIC. Keduanya merupakan bagian dari tim penulis buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan, yang disusun bersama dengan Muhammadiyah.
“Sebagai umat Islam, manusia merupakan khalifah fil ard, maka kita tidak boleh bertindak merusak, karena kita jadi kepanjangan Allah memuliakan bumi,” ungkap Hening. “Rasulullah juga menganjurkan umatnya menyayangi sesama makhluk Allah, termasuk pohon, tumbuhan, sungai, dan segala ciptaanNya yang ada di bumi,” imbuhnya.
Membaca alam sekitar dan merefleksikan yang terjadi, menurut Hening, menjadi hal penting yang perlu dilakukan oleh khalifah, sehingga dapat menyerap informasi dan mengoptimalkan akal dan tubuh yang telah dikaruniakan oleh Allah. “Kita bisa belajar dari ayat-ayat Al Quran, misalnya tentang bagaimana Allah telah menurunkan hujan, menciptakan angin, laut, matahari, hingga mendorong kita mampu berinovasi membuat energi terbarukan,” ungkapnya.
Sementara itu, Mutia mengajak agar teks ajaran agama dapat dimaknai lebih luas. “Kita bisa mulai mendiskusikan dan memperdalam ajaran agama mengenai upaya melestarikan lingkungan ini melalui pengajian, khotbah, dengan tema lingkungan yang disyiarkan oleh para Ustadz dan Ustadzah atau pemimpin keagamaan yang lainnya,” ungkap Mutia.
Adapun perjuangan Rasulullah SAW dalam membangun jamaah melalui dakwah, lanjut Hening, menjadi teladan pentingnya kepemimpinan yang istiqomah dan konsisten dalam membangun gerakan. “Sebagaimana dalam melakukan aksi lingkungan, kita perlu istiqomah, konsisten, fokus pada isu utama, ada kegiatan praktis, dan jangan lupa untuk terus disyiarkan,” kata Hening. “Tidak perlu terburu-buru, yang terpenting adalah istiqomah dalam melangkah,” tandasnya.
Mutia juga menyebutkan dengan mempunyai sumberdaya pengorganisasian yang kuat, organisasi seperti ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah, bisa menyebarluaskan atau menduplikasi inisiatif lingkungan di suatu tempat ke tempat lainnya dengan lebih mudah.
”Contoh inisiasi Shodaqoh Sampah di Yogyakarta, dari sampah, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan. Dengan memiliki komunitas yang kuat, bisa belajar satu sama lainnya, dan berjalan bersama,” ungkap Mutia seraya menegaskan bahwa semangat menyiarkan inisiatif program lingkungan, juga menjadi bagian dari jihad fii sabilillah. (diko)