YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Sampah plastik masih menjadi salah satu permasalahan lingkungan paling mendesak di Indonesia. Data dari United Nations Environment Programme (UNEP) mencatat bahwa Indonesia menempati peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke laut terbanyak di dunia. Setiap tahun, jutaan ton limbah plastik diproduksi, dan sebagian besar berakhir tanpa pengelolaan yang memadai.
Masalah ini kian kompleks karena penanganan limbah plastik masih banyak bergantung pada metode konvensional seperti pembakaran dan penimbunan, yang justru berisiko menimbulkan dampak lingkungan baru seperti polusi udara dan pencemaran tanah. Di sisi lain, solusi daur ulang plastik kerap terkendala oleh minimnya akses terhadap teknologi yang terjangkau, terutama di kalangan masyarakat dan pelaku UMKM.
Menjawab tantangan tersebut, dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Otomotif, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ir. Rinasa Agistya Anugrah, S.Pd., M.Eng., bersama tim mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menciptakan sebuah inovasi berupa Mesin Peleleh Limbah Plastik. Alat ini dirancang untuk membantu proses daur ulang limbah plastik secara efisien dan menghasilkan produk bernilai ekonomis.
“Mesin ini kami rancang agar proses daur ulang menjadi lebih sederhana dan terjangkau. Secara teknis, mesin terdiri atas beberapa komponen utama seperti tabung peleleh, bilah pengaduk, motor listrik, dan sistem pemanas. Plastik dimasukkan ke dalam tabung, dilelehkan menggunakan pemanas, lalu diaduk hingga homogen sebelum dialirkan ke cetakan sesuai bentuk yang diinginkan,” jelas Rinasa, Jum'at (25/7).
Inovasi ini langsung diimplementasikan melalui skema pengabdian masyarakat dengan menggandeng UMKM PT. Inovasi Waskita Teknologi (Inowastek), perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan sampah dan produksi peralatan kebersihan seperti tempat sampah bilah, komposter, mesin pencacah, hingga produk custom.
“Salah satu kendala utama Inowastek adalah tidak adanya mesin peleleh yang efisien untuk memproses limbah plastik menjadi produk daur ulang dengan kualitas optimal. Padahal, hal ini sangat krusial untuk mendukung visi bisnis mereka,” lanjut Rinasa.
Salah satu keunggulan utama dari mesin ini adalah konstruksinya yang sederhana namun efisien, sehingga memangkas proses produksi menjadi hanya dua tahap: pelelehan dan pencetakan. Mesin ini dapat mengolah jenis plastik PET (Polyethylene Terephthalate), seperti botol air mineral, dengan kapasitas sekitar 5 kilogram per proses.
“Untuk membuat satu paving block bentuk balok dibutuhkan sekitar 1,2 kg plastik, sementara bentuk prisma segi enam memerlukan 2,1 kg. Kami juga menambahkan sekam sebagai bahan penguat dan sedikit oli agar lelehan tidak lengket di tabung,” tambahnya.
Proses pengembangan mesin ini telah dimulai sejak 2019 dan berlanjut hingga tahap pendaftaran paten pada 2021, yang kemudian resmi mendapatkan hak kekayaan intelektual pada 2023. Mesin tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut melalui program Riset Terapan UMY 2024, dan satu unit mesin resmi dihibahkan kepada PT. Inowastek pada Mei 2025.
Ke depan, mesin ini akan terus dikembangkan agar lebih ramah lingkungan dan hemat energi. Salah satu inovasi yang sedang dirancang adalah penggunaan kompor elektrik sebagai pengganti kompor gas dalam sistem pemanas, guna mendukung efisiensi dan keberlanjutan.
Melalui inovasi ini, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjawab persoalan lingkungan dan sekaligus mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat. Mesin peleleh plastik ini bukan hanya solusi tepat guna, tetapi juga simbol sinergi antara kampus dan pelaku usaha dalam menciptakan ekosistem daur ulang yang berkelanjutan. (NF)